Korban Pemerkosaan Tentara ISIS Terima Nobel Perdamaian

Denis Mukwege dan Nadia Murad menerima Nobel Perdamaian

Oslo, IDN Times - Dua aktivis anti-kekerasan seksual dalam peperangan, Denis Mukwege dan Nadia Murad, dinobatkan menjadi pemenang penghargaan Nobel Perdamaian 2018 pada Jumat (5/10). 

Komite Nobel Perdamaian menuliskan melalui akun Twitter bahwa keduanya berperan dalam "mengakhiri penggunaan kekerasan seksual sebagai senjata perang dan konflik bersenjata".

1. Nadia Murad adalah perempuan Yazidi yang pernah diperkosa oleh tentara ISIS

Korban Pemerkosaan Tentara ISIS Terima Nobel PerdamaianTwitter.com/NobelPrize

Latar belakang Murad sebagai aktivis sungguh di luar dugaan. Dikutip dari BBC, perempuan Yazidi berusia 25 tahun asal Irak tersebut pernah diculik oleh tentara-tentara ISIS pada Agustus 2014. Tak hanya disiksa, ia juga diperkosa dan diperjualbelikan kepada beberapa orang bersama dengan ribuan perempuan Yazidi lainnya.

Setelah berhasil melarikan diri, ia terus memperjuangkan nasib sesamanya yang sampai kini masih menjadi target ISIS. Pada 2016, Murad menerima penghargaan HAM presitisius Uni Eropa. Ia pun menjadi penerima Nobel Perdamaian termuda kedua setelah Malala Yousafzai yang masih berumur 17 tahun ketika memenangkan penghargaan itu pada 2014.

Baca Juga: 300 Pastor di AS Dituduh Lakukan Kekerasan Seksual Kepada Anak-anak

2. Mukwege merupakan dokter kandungan yang mengabdikan hidupnya untuk membantu korban kekerasan seksual di Kongo

Korban Pemerkosaan Tentara ISIS Terima Nobel PerdamaianTwitter.com/NobelPrize

Sementara itu, Mukwege menerima Nobel Perdamaian atas dedikasinya menyelamatkan perempuan-perempuan Kongo yang menjadi korban kekerasan seksual selama konflik. Seperti dilaporkanThe Guardian, dokter kandungan itu mendirikan pusat rehabilitasi dan kesehatan bagi para korban pada 1999.

Pusat Kebahagiaan, begitu Mukwege menamainya, telah menerima dan merawat ribuan perempuan Kongo yang diperkosa dengan cara keji hingga merusak organ reproduksi mereka. Bahkan, masyarakan luar pun sempat menyebut salah satu daerah Kongo sebagai "ibu kota perkosaan dunia".

3. Komite Nobel memuji keduanya atas "kontribusi krusial" dalam usaha mengakhiri kekerasan seksual terhadap perempuan

Dalam pernyataan resmi mereka, Komite Nobel Perdamaian menyebut Murad dan Mukwege telah "membuat sebuah kontribusi krusial untuk memfokuskan perhatian dan melawan kejahatan perang" seperti perkosaan terhadap perempuan. 

"Denis Mukwege adalah simbol paling menyatukan baik secara nasional maupun internasional dari perjuangan untuk mengakhiri kekerasan seksual dalam perang dan konflik bersenjata. Prinsip dasarnya adalah bahwa keadilan merupakan urusan semua orang," tulis Komite Nobel Perdamaian.

"Nadia Murad sendiri juga merupakan korban kejahatan perang. Ia menolak menerima aturan sosial bahwa perempuan harus diam dan malu karena sudah menjadi korban kekerasan. Dia terus menunjukkan keberanian yang tak biasa ketika mengingat kembali penderitaannya dan berbicara atas nama korban-korban yang lain."

Baca Juga: 5 Masalah Korban Kekerasan Seksual yang Tak Kunjung Usai

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya