Mantan Penjaga Kamp Nazi Berusia 93 Tahun Dihukum Penjara
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Seorang mantan anggota Schutzstaffel (SS) sekaligus penjaga kamp konsentrasi Nazi bernama Bruno Dey, resmi dijatuhi hukuman penjara selama dua tahun pada Kamis 23 Juli 2020.
Laki-laki berusia 93 tahun itu dipercaya jadi kasus terakhir di mana seseorang yang terlibat dalam keganasan Nazi saat Perang Dunia II. Proses peradilan terhadap Dey dilakukan di pengadilan Hamburg, Jerman, dengan menghadirkan beberapa saksi.
Dey sendiri tinggal di Hamburg dan berprofesi sebagai tukang pembuat roti begitu Perang Dunia II selesai. Ia memiliki dua anak perempuan. Pada 2011, namanya masuk ke pantauan jaksa saat melakukan persidangan kepada John Demjanjuk, seorang mantan penjaga kamp Nazi.
1. Ia divonis terlibat dalam pembunuhan 5.232 orang
Melansir Deutsche Welle, hakim menyatakan Day terlibat dalam pembunuhan 5.232 orang tak bersalah yang ditahan di Kamp Stutthof, Polandia. Beberapa korban dieksekusi, sedangkan sisanya meninggal karena sakit.
Dalam persidangan yang berjalan selama sembilan bulan, ada sekitar 40 penyintas dan kerabat dari para korban yang meninggal sebagai penggugat. Banyak dari mereka yang memberikan kesaksian soal kejinya pasukan Nazi.
Hakim Anne Meier-Göring mengatakan, Day bersedia mengikuti semua persidangan dan mendengarkan seluruh kesaksian, tetapi menolak mengakui kesalahan sampai di menit-menit terakhir. Meier-Göring juga menantang klaim Day bahwa dia tidak akan berada di kamp seandainya tahu ada jalan keluar.
"Itu tidak benar. Anda tidak mencari jalan keluar," kata hakim.
Baca Juga: Mengenal St. Louis, Kapal Penyelamat Pengungsi dari Kejamnya Nazi
2. Day meminta maaf, tapi tak mengakui bersalah
Editor’s picks
Dey terus-menerus mengatakan dirinya dipaksa mengerjakan perannya di kamp. Dengan kata lain, ia menolak tudingan bahwa dirinya secara sadar menjadi penjaga di tempat penyiksaan dan pembunuhan orang-orang tak bersalah yang ditarget oleh Nazi. Ia hanya menyampaikan permintaan maaf.
"Hari ini saya ingin meminta maaf kepada mereka yang merasakan neraka kegilaan itu, sebagaimana saudara-saudara mereka. Sesuatu seperti ini seharusnya tidak pernah terjadi lagi," ujar Dey, kemudian menambahkan bahwa ia dibuat bergetar oleh pernyataan para saksi.
Tetapi, salah satu penyintas yaitu Marek Dunin-Wasowicz menolak permintaan maaf Dey.
"Saya tidak bisa berkata-kata. Saya tak mau permintaan maafnya. Saya tidak butuh," kata laki-laki Polandia berusia 93 tahun tersebut kepada AFP.
3. Sebanyak 110.000 orang ditahan di Kamp Stutthof
Melalui pengacaranya, Dey menyampaikan bahwa dirinya menjadi penjaga kamp saat masih berusia 17 atau 18 tahun antara April 1944 hingga April 1945. Hakim menegaskan Dey terlibat dalam melakukan dehumanisasi umat manusia dan mengubah mereka menjadi angka semata.
Dey juga mengklaim dirinya tidak tahu kekejaman apa yang terjadi di dalam kamp, seperti keberadaan kamar gas di mana para tahanan diracun hingga meninggal. Menurut pengakuannya, ia hanya sekali mendengar suara-suara teriakan. Namun, hakim tidak percaya.
"Tentu saja Anda tahu mengapa mereka meninggal. Mereka meninggal akibat neraka manusia Stutthof," respons hakim.
Kamp Stutthof sendiri didirikan pada 1939 ketika permulaan Perang Dunia II. Awalnya, lokasi itu dipakai untuk menahan para tahanan politik asal Polandia. Seiring berjalannya waktu, ada sekitar 110.000 orang yang dijebloskan ke sana, termasuk orang-orang Yahudi.
Sekitar 65.000 tewas di dalam kamp, sedangkan ada 4.000 di antaranya yang meninggal di dalam kamar gas.
Baca Juga: 5 Senjata Perang Milik Nazi yang Paling Mematikan