Mark Zuckerberg Diam-diam Bertemu Donald Trump di Gedung Putih
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Washington DC, IDN Times - CEO Facebook, Mark Zuckerberg, dilaporkan bertemu Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dalam sebuah acara makan malam privat di Gedung Putih pada Oktober lalu. NBC News mengungkap informasi ini pada Kamis (21/11) dan menyebut bahwa pertemuan antara keduanya dirahasiakan dari media.
Hal yang tak kalah mengejutkan adalah waktu pertemuan keduanya. Saat itu, Zuckerberg tengah berada di Washington DC karena dipanggil oleh Kongres untuk memberikan penjelasan tentang sejumlah topik, termasuk kebijakan Facebook terkait iklan politik yang mengandung disinformasi.
1. Facebook menganggap pertemuan kedua Zuckerberg dan Trump dalam dua bulan ini sebagai hal yang wajar
Juru bicara Facebook mengonfirmasi pertemuan Zuckerberg dan Trump tersebut dalam sebuah pernyataan resmi. Perusahaan teknologi itu menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar. Ini adalah kedua kalinya Zuckerberg dan Trump bertemu dalam dua bulan terakhir.
"Selayaknya sesuatu yang normal bagi seorang CEO dari perusahaan besar di Amerika Serikat, Mark menerima sebuah undangan untuk makan malam dengan Presiden dan Ibu Negara di Gedung Putih," kata juru bicara itu. Konglomerat konservatif pendukung Trump sekaligus anggota Dewan Direksi Facebook, Peter Thiel, juga dilaporkan hadir.
Baca Juga: Ubah Citra, Facebook Umumkan Logo Baru
2. Tidak jelas mengapa pertemuan itu harus ditutupi
Editor’s picks
Agenda sepenting itu seharusnya ada di dalam jadwal Trump yang diberikan kepada para wartawan, terutama karena bertempat di Gedung Putih. Dengan kata lain, Trump tidak sedang melakukan pertemuan sebagai warga sipil, melainkan seorang Presiden. Gedung Putih sendiri menolak berkomentar.
Profil Thiel pun membuat publik bertanya-tanya tentang apa yang mereka bicarakan. Ini karena dia merupakan bos Palantir, sebuah perusahaan teknologi yang bergerak di bidang data pribadi dan telah menjadi salah satu penerima kontrak pertahanan terbesar dari pemerintah Amerika Serikat sejak Trump menjabat.
3. Zuckerberg juga disorot karena mengkritik rencana pajak kekayaan kandidat calon presiden dari Partai Demokrat
Dalam beberapa waktu terakhir Zuckerberg disorot setidaknya karena dua hal. Pertama, kebijakan untuk mengizinkan iklan kampanye politik walau mengandung klaim menyesatkan atau keliru di Facebook. Jika dirunut, ini tak lepas dari skandal Cambridge Analytica di mana Facebook membiarkan puluhan juta data pengguna digunakan untuk kepentingan kampanye, salah satunya oleh Trump.
Kedua, karena ia memprotes rencana pajak kekayaan kandidat calon presiden dari Partai Demokrat, Elizabeth Warren. Sebuah transkrip pertemuan Facebook yang bocor pada Juli lalu mengungkap Zuckerberg berkat bahwa dirinya akan melawan Warren jika terpilih dan menarget perusahaannya.
Warren sendiri mengolok-olok Facebok dengan memasang iklan palsu pada 12 Oktober lalu. Dalam iklan tersebut, Warren seakan memberikan informasi bahwa Zuckerberg dan Facebook "baru saja mendukung Donald Trump agar terpilih kembali" pada Pemilu 2020.
Ia pun mengoreksi bahwa unggahan itu tidak benar. "Facebook sudah membantu memilih Donald Trump sekali. Kini mereka sengaja membiarkan kandidat untuk membohongi rakyat Amerika Serikat," tulisnya, lalu menambahkan bahwa "sekarang saatnya menuntut pertanggung jawaban" Zuckerberg.
Baca Juga: Bill Gates Kritik Rencana Pajak Kandidat Presiden Amerika Serikat