Meski Diprotes, Jepang Lanjutkan Perburuan Ikan Paus untuk Dikonsumsi

Sebanyak 630 ekor paus ditangkap selama 2018

Tokyo, IDN Times - Jepang melanjutkan perburuan ikan paus pada Senin (1/7), setelah lebih dari tiga dekade memutuskan memberlakukan jeda. Langkah terbaru Negeri Sakura ini menimbulkan protes dari kelompok konservasi ikan paus, yang mengkhawatirkan spesies tersebut akan punah karena diburu manusia.

Namun, muncul pertanyaan juga mengenai kembalinya penangkapan ikan paus secara komersial. Sebab, konsumsi daging ikan jenis ini sudah menurun. Di sisi lain, Jepang tidak menyurutkan untuk mengubah pola pikir publik bahwa ikan paus layak dikonsumsi.

1. Jepang keluar dari Komisi Perburuan Paus International (IWC)

Meski Diprotes, Jepang Lanjutkan Perburuan Ikan Paus untuk DikonsumsiKyodo

Perburuan ikan paus selalu menjadi masalah diplomatik tersendiri bagi Jepang. Ini karena aktivitas tersebut diharamkan pada 1986 oleh banyak negara yang tergabung dalam Komisi Perburuan Paus Internasional (IWC). Jepang menjadi bagian dari organisasi tersebut, namun pada akhir 2018, Tokyo memutuskan keluar dan menyatakan akan kembali memberlakukan perburuan ikan paus bagi kepentingan konsumsi.

Selama ini, Jepang selalu berdalih tidak pernah lagi memburu ikan paus untuk kepentingan komersial. Negara tersebut mengaku hanya menangkap hewan laut tersebut untuk kebutuhan riset. Setelah pemberlakuan aktivitas perburuan kembali, CNN melaporkan ada dua ikan paus yang dibunuh pada hari pertama.

Baca Juga: 6 Fakta Paus Bertanduk Narwhal, Unicorn Laut dari Antartika

2. Jepang menyebut perburuan ikan paus adalah bagian dari tradisi dan sejarah

Meski Diprotes, Jepang Lanjutkan Perburuan Ikan Paus untuk DikonsumsiKyodo

Keteguhan Jepang tetap melestarikan perburuan ikan paus dilandasi keyakinan bahwa ini merupakan bagian dari tradisi dan sejarah bangsa. Tokyo tidak terlalu mempedulikan kritik dari komunitas internasional. Menurut Jepang, apa yang dilakukan negaranya tak berbeda dengan Norwegia dan Islandia yang memburu ikan paus untuk komersial.

Begitu juga dengan Amerika Serikat dan Kanada, di mana masyarakat suku pedalaman kedua negara menangkap dan mengonsumsi ikan paus. Hisayo Takada, juru bicara Greenpeace Jepang, berkata kepada New York Times, sebenarnya penduduk di negaranya punya "perasaan campur aduk" terkait perburuan ikan paus.

Ia menilai Jepang punya rasa bangga terhadap aktivitas itu dan para politisi pun memanfaatkan untuk meraup suara. Maka tak heran ketika orang-orang berkuasa di Jepang membela secara total kegiatan tersebut. Sedangkan sebuah jajak pendapat oleh NHK dan Kementerian Luar Negeri Jepang menunjukkan, warga mendukung perburuan ikan paus meski mereka tak benar-benar ingin memakan dagingnya.

3. Konsumsi ikan paus menurun di Jepang

Meski Diprotes, Jepang Lanjutkan Perburuan Ikan Paus untuk DikonsumsiKyodo

Kembali diberlakukan perburuan ikan paus memunculkan pertanyaan baru bagi Jepang. "Akan kah ini sukses secara komersial?" kata Masayuki Komatsu, mantan pejabat pemerintah yang mengurusi negosiasi negaranya terkait masalah ini, kepada New York Times. "Tidak mungkin," jawab dia.

Perkaranya adalah ekonomi itu sendiri. Permintaan daging ikan paus menurun dalam tiga dekade terakhir. Produksi nya sendiri mencapai puncak pada 1962. Keraguan juga muncul terkait apakah industri ini mampu bertahan secara mandiri, sebab selama ini pemerintah yang memberikan subsidi Rp650 miliar per tahun.

4. Industri perburuan ikan paus diminta mencari pasar baru

Meski Diprotes, Jepang Lanjutkan Perburuan Ikan Paus untuk Dikonsumsiunsplash.com/James Lee

Pemerintah Jepang yang tidak mau menyudahi perburuan paus sendiri enggan membayar mahal aktivitas tersebut. Dalam tiga tahun ini, Jepang berharap bisa mengakhiri subsidi kepada para pemburu. Namun, untuk menggapai harapan ini, industri harus menemukan pasarnya yang menguntungkan.

Mitsuo Tani, pemilik sekaligus juru masak ikan paus di restorannya, mengatakan kepada AFP, "Saya takut kuantitas daging ikan paus akan menurun." Oleh karena itu, ia menyarankan ada perubahan penyajian informasi yang akan mengubah pola pikir publik terhadap daging ikan paus.

Sumiko Koizumi, pemilik restoran yang menyajikan daging ikan paus lainnya, sepakat dengan Tani. Dengan menghapus stigma terkait ikan paus, maka konsumen akan berdatangan.

5. Pemerintah menurunkan kuota perburuan

Meski Diprotes, Jepang Lanjutkan Perburuan Ikan Paus untuk Dikonsumsiunsplash.com/Michael Blum

Bagi para pemburu ikan paus, pemerintah Jepang telah menetapkan kepada mereka yang berburu hanya boleh menangkap 227 ekor sejak Juli hingga Desember. Angka ini turun dibandingkan sepanjang 2018, ketika Jepang masih menjadi anggota IWC. Tahun lalu, Jepang memberlakukan pembatasan maksimal 630 ekor dari dua spesies ikan paus.

Greenpeace pun mengaku meski secara umum khawatir dengan keberlangsungan jumlah ikan paus di alam liar, tapi berpendapat apa yang terjadi di Jepang masih bisa ditoleransi. Takada mengatakan, "Industri perburuan ikan paus mungkin bertahan dalam skala kecil, tapi sulit dipercaya ikan paus akan kembali jadi makanan sehari-hari bagi masyarakat Jepang."

Baca Juga: 6 Fakta Hiu Paus, Si Besar Penghuni Lautan

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya