Murid Sekolah di 112 Negara Lakukan Aksi Perubahan Iklim

Remaja Greta Thunberg menginspirasi #FridaysForFuture

Jakarta, IDN Times - Para murid sekolah di 112 negara akan mengadakan aksi untuk memprotes lambannya penanganan perubahan iklim pada Jumat (15/3). Aksi yang termasuk ke dalam gerakan internasional dan bersifat spontan tersebut dikenal dengan #FridaysForFuture. Aksi ini terinspirasi dari seorang remaja Swedia bernama Greta Thunberg.

Melalui akun Twitternya, Thunberg mengajak para pelajar di seluruh dunia untuk terlibat dalam aksi tersebut.

"Semua orang dipersilakan ikut. Semua orang dibutuhkan. Mari ubah sejarah dan jangan pernah berhenti selama diperlukan," tulisnya pada Jumat (15/3). 

Bahkan, aksi ini juga mendorong gerakan serupa di Jakarta lho. Bagaimana kira-kira persiapan aksi anak-anak sekolah di Jakarta? 

1. Aksi #FridaysForFuture didukung oleh para ilmuwan di Eropa

Murid Sekolah di 112 Negara Lakukan Aksi Perubahan Iklim(Aksi Friday for Future di Swedia) www.twitter.com/@GretaThunberg

Pada minggu ini, setelah mendengar aksi akan terjadi di sejumlah lokasi di berbagai penjuru dunia, kelompok ilmuwan dari Jerman, Austria dan Swiss yang tergabung dalam Scientist For Future pun menyatakan dukungan mereka dalam bentuk petisi. Mereka mengaku berusaha mengumpulkan lebih dari 12.000 tanda tangan ilmuwan dan peneliti di negara-negara yang memakai bahasa Jerman.

Hal ini lantaran ada beberapa pihak, termasuk figur publik, yang mempertanyakan apakah para murid sebaiknya diizinkan membolos. Beberapa lainnya meragukan anak-anak muda tersebut memahami isu perubahan iklim dengan baik.

"Tujuan dari inisiatif ini adalah untuk mengirimkan sebuah sinyal yang jelas bahwa protes yang dilakukan anak-anak muda tersebut sepenuhnya benar," kata Maja Göpel, salah satu ilmuwan sekaligus penyelenggara petisi itu kepada media Jerman Tagesspiegel. 

Baca Juga: 5 Hal Terpenting yang Perlu Kamu Pahami Tentang Perubahan Iklim

2. Murid-murid sekolah di Selandia Baru sudah mulai menjalankan aksi mereka

Murid Sekolah di 112 Negara Lakukan Aksi Perubahan Iklim(Gerakan aksi Friday for Future di Selandia Baru) www.twitter.com/@MikeHudema

Selandia Baru merupakan negara pertama yang melakukan aksi #FridaysForFuture pada hari ini. Aktivis Greenpeace setempat, Mike Hudema, menginformasikan lewat media sosial bahwa ada lebih dari 30 aksi berbeda di seluruh Selandia Baru. Jumlah pesertanya pun dilaporkan tidak main-main yaitu sekitar seribuan pelajar.

Aksi ini pun mendapatkan banyak pujian dari netizen. "Luar biasa bahwa kita orang-orang 'dewasa' menyerahkan kepada anak-anak muda untuk memperjuangkan apa yang benar," tulis salah seorang warganet.

Sementara, warganet lainnya mengaku kagum karena menyaksikan langsung perjuangan anak-anak muda di Selandia Baru. 

"Baru saja berjalan melewati mereka. Sungguh keren! Lanjutkan perjuangan baik ini," tulis warganet lainnya.

Sedangkan yang lain memperhatikan bahwa anak-anak muda adalah para pemilih di generasi berikutnya. 

3. Thunberg dinominasikan sebagai calon peraih penghargaan Nobel Perdamaian

Murid Sekolah di 112 Negara Lakukan Aksi Perubahan Iklimtwitter.com/GretaThunberg

Sebagai tokoh yang menginspirasi pergerakan anak-anak muda untuk melakukan aksi #FridaysForFuture, tiga anggota parlemen Norwegia menominasikan Thunberg sebagai kandidat penerima penghargaan Nobel Perdamaian.

"Merasa terhormat dan sangat bersyukur atas nominasi ini," tulis remaja berusia 16 tahun tersebut melalui Twitter.

Seperti dilaporkan BBC, Thunberg pertama kali melakukan aksinya seorang diri di depan parlemen Swedia pada Agustus 2018. Sejak itu, dia selalu membolos hampir di semua pelajaran pada hari Jumat karena ingin aksinya berjalan secara rutin.

Thunberg pun kian populer di media sosial dengan menginisiasi tagar #FridaysForFuture atau #JumatUntukMasaDepan. Ia menjadi pembicara di acara UN Climate Talks pada Desember lalu di Polandia. Bahkan, ia juga diundang ke World Economic Forum di Davos pada awal tahun 2019. 

Jika menang, ia akan menjadi penerima penghargaan Nobel Perdamaian termuda sepanjang sejarah. Saat ini, rekor tersebut dipegang oleh aktivis pendidikan asal Pakistan, Malala Yousafzai, yang mendapatkan penghargaan prestisius itu ketika berumur 17 tahun.

Baca Juga: Karena Perubahan Iklim, Ribuan Murid di Australia Mogok Sekolah

Topik:

Berita Terkini Lainnya