Nasib Perjanjian Dagang RI-Australia, Mendag: Tergantung Sikap Mereka 

Australia mewacanakan pemindahan kedubes mereka ke Yerusalem

Jakarta, IDN Times - Rencana Australia memindahkan kantor kedutaan mereka dari Tel Aviv ke Yerusalem memicu reaksi sejumlah negara, termasuk Indonesia. Indonesia bahkan dikabarkan akan menangguhkan perjanjian dagang. 

Kabar bahwa Indonesia belum akan menandatangani perjanjian tersebut beredar setelah Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyatakan rencana pemindahan kantor kedutaan besarnya di Israel tersebut, hari ini.

Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita angkat bicara mengenai rumor tersebut. 

Baca Juga: Australia Ingin Pindahkan Kedutaan ke Yerusalem, Ini Respons Indonesia

1. Menteri Perdagangan: Tergantung sikap mereka

Nasib Perjanjian Dagang RI-Australia, Mendag: Tergantung Sikap Mereka IDN Times/Helmi Shemi

Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita mengklarifikasi rumor bahwa Indonesia mempertimbangkan penundaan penandatanganan perjanjian dagang dengan jawaban menggantung. "Kita lihat perkembangannya. Tergantung sikap mereka (Australia)," kata Enggartiasto kepada IDN Times pada Selasa (16/10).

Seperti dilaporkan Sydney Morning Herald, perjanjian itu hanya sepanjang satu halaman dan sudah mulai dinegosiasikan sejak 2012. Morrison sendiri baru mendiskusikannya lebih serius dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika berkunjung ke Indonesia akhir Agustus lalu.

Direktur Asia Timur dan Pasifik dari Kementerian Luar Negeri Indonesia, Edi Yusuf, mengatakan, "Begitu selesai, pada dasarnya itu menunjukkan negosiasi komplit. Teks lengkap dari perjanjian akan ditandatangani akhir tahun ini, tapi aku masih belum bisa mengonfirmasinya sebab masih dalam tahap negosiasi."

2. Morrison menilai pemindahan tersebut masuk akal

Nasib Perjanjian Dagang RI-Australia, Mendag: Tergantung Sikap Mereka Instagram.com/scottmorrison

Seperti dilaporkan Australian Broadcasting Corporation, PM Morrison mengeluarkan komentar terkait kemungkinan memindahkan kedutaan besar ke Yerusalem pada Selasa (16/10). Menurutnya, wacana itu "persuasif" dan patut untuk dipertimbangkan.

"Saat orang-orang berkata hal-hal yang masuk akal, aku kira penting untuk mendengarkan mereka—dan khususnya ketika mereka memiliki pengalaman seperti Dave Sharma," ujar Morrison merujuk kepada mantan duta besar Australia untuk Israel.

"Kami berkomitmen terhadap solusi dua negara, tapi sejujurnya itu berjalan kurang baik, tak banyak kemajuan yang sudah dibuat. Kamu tak bisa melakukan hal yang sama dan berharap hasil yang berbeda," tambahnya.

3. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan keberatannya kepada Australia

Nasib Perjanjian Dagang RI-Australia, Mendag: Tergantung Sikap Mereka ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG//Nyoman Budhiana

Komentar Morrison pun memicu reaksi pemerintah Indonesia. Menter Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan kepada IDN Times bahwa ia telah "menyampaikan strong concern" kepada Australia. Retno sendiri mengaku sudah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne untuk mengomunikasikan persoalan ini.

Indonesia sudah berkali-kali menyatakan dukungannya kepada kemerdekaan Palestina. Retno mengatakan "tidak ada perubahan posisi tentang two-state solution" yang sudah diambil oleh Indonesia. 

Iapun mempertanyakan tentang komentar Morrison terkait wacana pemindahan kedutaan besar Australia ke Yerusalem. "Keputusan akhir [tentang] pemindahan kedutaan besar dan pengakuan ibu kota [Israel] juga belum diambil. Jadi, apa keuntungan mengumumkan itu?"

Koresponden Australian Broadcasting Corporation, David Lipson, menuliskan lewat Twitter bahwa Retno "mengajak Australia dan negara-negara lain untuk terus mendukung proses perdamaian dan tidak melakukan aksi apapun yang bisa menghambat proses perdamaian serta keamanan global".

Baca Juga: Pembukaan Dubes AS di Yerusalem Diboikot 54 Negara Sahabat Israel

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya