Nasib Tuna Wisma di Tengah Lockdown, Sulit Makan sampai Terancam Denda

Para tuna wisma di Eropa menanggung beban yang amat berat

Roma, IDN Times - Pandemik COVID-19 semakin memperjelas betapa masyarakat bawah adalah pihak yang paling rentan menanggung beban berat, tidak terkecuali di kota-kota besar Eropa. Misalnya di Roma, Italia, begitu pemerintah menetapkan lockdown secara nasional untuk menekan penyebaran virus corona.

Para tuna wisma tidak memiliki tempat tinggal sehingga tidak mungkin bagi mereka untuk mematuhi instruksi agar tinggal di rumah. Ketika kampanye cuci tangan digencarkan, mereka kesulitan mendapatkan akses ke air bersih dan sabun. Saat dilarang berkumpul, yang mereka punya adalah sesama tuna wisma untuk saling berbagi keluh-kesah.

1. Organisasi amal membantu menyediakan makanan, tapi bukan tanpa hambatan

Nasib Tuna Wisma di Tengah Lockdown, Sulit Makan sampai Terancam DendaSeorang tuna wisma berbaring di pintu masuk restoran di tengah pandemik COVID-19 di Dublin, Irlandia, pada 29 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Jason Cairnduff

Francesca Zuccari, koordinator organisasi amal Santo Egidio di Roma, mengatakan bahwa situasi seperti ini sangat sulit bagi para tuna wisma. "Masalahnya adalah mereka merupakan anggota masyarakat yang paling rentan," kata Zuccari kepada The New York Times. "Warga diminta sering mencuci tangan. Tuna wisma tidak tahu harus ke mana."

Zuccari dan organisasinya pun melakukan apa yang mereka bisa lakukan untuk meringankan beban sekitar 8.000 tuna wisma di Roma, misalnya menyediakan makan dan rumah singgah sementara. Karena keharusan menjaga jarak, pengurus membatasi jumlah orang yang bisa makan di dalam ruangan. Alhasil, jam beroperasi mereka lebih panjang.

Sebanyak tiga kali dalam seminggu mereka bisa mendapatkan makanan di titik-titik tertentu, termasuk pusat kota Roma. Kini mereka kesulitan mengakses makanan gratis karena polisi mengancam memberikan denda sampai Rp3,6 juta atau penjara selama tiga bulan jika mereka tetap berkeliaran di jalan. 

Baca Juga: COVID-19 Masih Merajalela, Italia Perpanjang Lockdown hingga 31 Juli

2. Pekerja sosial yang membantu para tuna wisma kesulitan mendapatkan alat pelindung kesehatan

Nasib Tuna Wisma di Tengah Lockdown, Sulit Makan sampai Terancam DendaKeranjang yang disediakan untuk warga yang akan memberikan donasi atau mengambil makanan gratis saat pandemik COVID-19 di Napoli, Italia,pada 3 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Ciro De Luca

Bukan hanya Italia yang memiliki masalah tersebut. Para tuna wisma di Prancis juga menghadapi situasi sulit di tengah perintah untuk tetap tinggal di rumah. Di saat bersamaan, para pekerja sosial yang sehari-hari membantu mereka menceritakan bagaimana krisis alat pelindung kesehatan sangat mengkhawatirkan.

"Ketika saya bekerja di pagi hari, saya hanya punya satu masker untuk satu hari meski saya keluar bertemu banyak orang," tutur Johan Douaze, salah satu staf CHRS yang menyediakan akomodasi dan layanan sosial bagi tuna wisma di Prancis, kepada AFP. Padahal, yang mereka temui berpotensi terinfeksi virus corona.

"Negara tak boleh melupakan orang-orang yang merawat anggota masyarakat yang tak tampak," tambah Douaze, sambil menegaskan bahwa perawat dan dokter tetap harus diprioritaskan untuk mendapatkan suplai masker dan hand sanitizer.

3. Pemerintah Berlin sediakan satu hostel untuk ditempati tuna wisma

Nasib Tuna Wisma di Tengah Lockdown, Sulit Makan sampai Terancam DendaPengantar surat lewat di depan pub dengan tanda "TUTUP" saat pembatasan aktivitas publik akibat pandemik COVID-19, di Richmon, London, Inggris, pada 24 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS//Toby Melville

Sementara itu, pemerintah Berlin, Jerman, memutuskan menyediakan satu hostel untuk dipakai sebanyak 200 tuna wisma di kota tersebut untuk tinggal sementara waktu. Juru bicara Dinas Sosial Berlin, Stefan Straus, mengatakan kepada Deutsche Welle bahwa masing-masing kamar bisa ditempati dua orang. Ada 20 kasus terpisah yang khusus untuk perempuan.

Straus juga menambahkan jika masih diperlukan, pihaknya akan menyediakan 150 kamar tambahan di sebuah gedung lain. Bahkan, saat dibutuhkan, ada lantai yang secara spesifik bisa dimanfaatkan untuk zona karantina. Sampai kini, otoritas kesehatan Berlin belum menemukan ada tuna wisma yang terinfeksi virus corona.

Ada masalah lain yang belum diselesaikan. Kebanyakan sukarelawan yang biasanya mengurus tuna wisma, seperti membagikan makan atau memeriksa keadaan mereka, sudah berusia lanjut sehingga memilih tinggal di rumah. Di saat bersamaan, tak sedikit tuna wisma yang sudah memiliki penyakit bawaan, jadi semakin rentan saat tertular virus corona.

Baca Juga: Kisah WNI dalam Lockdown Prancis: Keluar Rumah Didenda hingga Rp2 Juta

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya