Ogah Salaman dengan Assad, Utusan Khusus PBB di Suriah Pilih Mundur

Ia mengaku tidak mengikuti instruksi sebagai negosiator

Damascus, IDN Times - Mantan Utusan Khusus PBB di Suriah, Staffan de Mistura, mengungkapkan alasan dirinya memilih mundur dari jabatannya pada 2018. De Mistura mengaku tidak ada pilihan lain, setelah menyadari Presiden Suriah Bashar al-Assad, memenangkan perang sipil di sana.

Mistura sadar usai mengetahui Assad mampu menguasai mayoritas teritori yang sebelumnya sempat dikuasai pemberontak. Menurut dia, kenyataan ini sulit ia terima, apalagi jika harus menjabat tangan sang presiden untuk mediasi.

1. Mistura menjabat sebagai mediator selama empat tahun

Ogah Salaman dengan Assad, Utusan Khusus PBB di Suriah Pilih MundurSebuah helikopter terbang di atas perbatasan Turki-Suriah saat patroli gabungan Amerika Serikat-Truki, seperti yang terlihat dari dekat kota Akcakale, Turki, pada 8 September 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Murad Sezer

Setelah mundur pada 2018, ini kali pertama Mistura berbicara di depan publik dan buka-bukaan tentang sudut pandangnya selama empat tahun menjabat sebagai negosiator utusan PBB. Sejak 2014 hingga 2018, puluhan ribu nyawa juga melayang, termasuk ketika Rusia intervensi militer.

"Mengapa saya keluar tahun lalu? Ya, secara resmi, untuk alasan pribadi. Secara tak resmi, sebab saya merasa perang secara teritorial menuju berakhir dan usai berjuang melawan apa yang terjadi di Aleppo, di Idlib, di Daraya, saya tak bisa jadi orang yang menjabat tangan Assad dan berkata 'malesh' [Bahasa Arab untuk 'jangan khawatir']," kata dia, seperti dilansir The Guardian.

2. Pertempuran Aleppo dipandang sebagai titik balik bagi pemerintah Suriah

Ogah Salaman dengan Assad, Utusan Khusus PBB di Suriah Pilih MundurIlustrasi kota Aleppo, Suriah. unsplash.com/Aladdin Hamma

Di Aleppo, perang antara pemerintah Suriah dan pasukan oposisi yang di antaranya terdiri dari Front al-Nusra dan Tentara Pembebasan Suriah terjadi sejak 2012 hingga 2016. Kedua pihak saling menyerang, di mana pemerintah mendapat dukungan dari Hezbollah, Iran, dan Rusia.

Setelah empat tahun, Suriah menyetujui serangan udara dari militer Rusia, ke titik-titik yang dianggap krusial bagi pertahanan kelompok oposisi. Salah satu akibatnya adalah memutus jalur suplai makanan dan obat-obatan, sehingga perlawanan terhadap pemerintah semakin melemah.

Pertempuran Aleppo dimenangkan Assad dan disebut sebagai 'ibu segala pertempuran', karena skalanya masif dan mampu menguntungkan pemerintah. Dari sini, sejumlah wilayah lain yang dikontrol pemberontak mampu diambil alih kembali Damascus.

3. Mistura mengaku tidak mengikuti buku teks mediator ketika menjalankan posisinya

Ogah Salaman dengan Assad, Utusan Khusus PBB di Suriah Pilih MundurPrajurit Amerika Serikat dan Turki bertemu di perbatasan Turki-Suriah sebelum patroli gabungan Amerika Serikat-Truki, seperti yang terlihat dari dekat kota Akcakale, Turki, pada 8 September 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Murad Sezer

Salah satu tugas utama Mistura sebagai mediator adalah bersedia duduk satu meja dengan semua pihak, yang dinilai penting untuk mencapai kesepakatan. Termasuk, Assad dan mungkin, Presiden Rusia Vladimir Putin. Kendati, ia mengaku tidak mengikuti "manual dari mediator yang sempurna".

Sebabnya Mistura mengecam keras apa yang disebutnya kejahatan perang dan pengepungan pemerintah dan oposisi. Bagi dia, Aleppo tetaplah hancur meski barangkali pemerintah telah menyelamatkan 700 ribu nyawa. Namun ia tidak menyesali keputusannya.

4. Mistura menuding Rusia tidak punya komitmen membantu rekonstruksi Suriah pasca-perang

Ogah Salaman dengan Assad, Utusan Khusus PBB di Suriah Pilih MundurPresiden Rusia Vladimir Putin memasukkan kertas suaranya di sebuah tempat pemungutan suara dalam pemilihan parlemen kota Moskow di Moskow, Rusia, pada 8 September 2019. ANTARA FOTO/Sputnik/Alexei Nikolsky/Kremlin via REUTERS

Mistura juga mengatakan menggandeng Rusia adalah sebuah keputusan sulit. "Rusia tak punya kepentingan, cara, kapasitas untuk merekonstruksi Suriah dan memang tidak ada niat."

"Jika mereka pintar, untuk diserahi lilin di tangan yang kemudian membakar tangan mereka. Mereka pilih menyerahkan kepada Eropa yang bisa berkontribusi terhadap rekonstruksi," kata dia, melanjutkan.

Dikutip dari Al Jazeera, Utusan Khusus PBB bertemu dengan Menteri Luar Negeri dari Rusia, Iran dan Turki di Jenewa, Swiss, pada akhir Oktober lalu.

Geir Pedersen, pengganti Mistura, mengatakan saat ini penting bagi semua pihak untuk memulai proses politik. Turki telah dilibatkan setelah melancarkan serangan terhadap tentara Kurdi di Suriah.

Baca Juga: Ini Isi Surat Aneh Trump untuk Erdogan soal Suriah yang Kini Viral

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya