Panik COVID-19, Warga Amerika Serikat Borong Senjata Api dan Amunisi

Emangnya The Walking Dead?

Tulsa, IDN Times - Pandemik COVID-19 membuat warga Amerika Serikat panik kemudian memutuskan untuk membeli senjata api beserta amunisinya. Misalnya di Tulsa, Oklahoma, di mana sebuah toko senjata mengalami krisis persediaan senjata dalam beberapa waktu terakhir.

"Saat saya bilang penjualan meroket, itu meremehkan," kata David Stone, pemilik toko senjata bernama Dong’s Guns, kepada The Los Angeles Times. Ia mengaku telah menjual beberapa senjata kepada beberapa sopir truk. Salah satu dari mereka membeli senjata dan amunisi senilai Rp37,6 juta. Seorang lainnya, kata Stone, membayar Rp3 juta untuk amunisi saja.

Baca Juga: Khawatir Wabah Virus Corona Meluas, Trump Tunda KTT AS-ASEAN

1. Mereka percaya bahwa situasi sekarang sangat kacau sehingga membutuhkan senjata

Panik COVID-19, Warga Amerika Serikat Borong Senjata Api dan AmunisiSejumlah mobil berbaris saat warga menunggu untuk melakukan tes COVID-19 di tempat pengujian lantatur (drive-thru) di Denver, Colorado, Amerika Serikat, pada 14 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Drone Base

Sudah bukan rahasia bahwa warga Amerika Serikat banyak yang terpikat pada senjata api dan menganggap itu bisa menyelesaikan banyak persoalan, tak terkecuali ketika ada penyebaran virus seperti sekarang. Mereka berbondong-bondong mengantre di depan toko senjata karena percaya akan ada kekacauan sosial di masyarakat.

"Politisi dan orang-orang anti-senjata berkata kepada kami sejak lama bahwa kita tak perlu senjata," ujar John Gore yang turut melakukan pembelian. "Namun, sekarang banyak orang benar-benar takut dan mereka membuat keputusan itu [membeli senjata] sendiri."

California, New York dan Washington yang merupakan tiga negara bagian paling banyak melaporkan kasus COVID-19 juga mencatatkan penjualan senjata paling besar. Amerika Serikat melaporkan 4.661 kasus COVID-19 di mana 17 sembuh dan 85 meninggal dunia per Selasa (17/3). 

2. Mereka percaya orang bisa bertindak gila, jadi ingin melindungi diri sendiri dengan senjata

Panik COVID-19, Warga Amerika Serikat Borong Senjata Api dan AmunisiJudul utama tabloid di sebuah toko bahan makanan Ralphs di Encinitas, California, Amerika Serikat, pada 12 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Blake

ABC News melaporkan bahwa di negara-negara bagian lain situasinya tak jauh berbeda. Saat supermarket dipadati oleh warga yang memborong tisu toilet, toko senjata di Idaho diserbu penggemar senjata api sehingga pemilik memutuskan untuk membatasi penjualan karena jumlah barang di rak hampir kosong.

Seorang pemilik toko senjata di Georgia bahkan mendeskripsikan bahwa "ini sangat gila". Beberapa pembeli tidak memiliki senjata sebelumnya. Beberapa lainnya menambah stok untuk berjaga-jaga karena banyak toko bahan makanan dan sekolah tutup. Mereka percaya sekarang sedang krisis dan orang bisa bertindak gila, oleh karena itu mereka ingin melindungi diri.

Senjata yang paling dicari adalah semi otomatis AR-15 yang memang digunakan untuk menarget manusia. Larry Hyatt, pemilik salah satu toko senjata terbesar di Amerika Serikat, mengatakan kepada The Guardian: "Kita mengalami dorongan masif untuk membeli senjata dan amunisi saat orang merasa perlu melindungi diri dan keluarga."

"Kejatuhan finansial, pandemik, kejahatan, politik..Anda campur itu semua ke dalam satu wadah, dan Anda memiliki satu kekacauan luar biasa," tambahnya, menjelaskan alasan di balik fenomena ini.

3. Aktivis anti-senjata khawatir situasi tersebut menimbulkan tragedi yang tidak perlu

Panik COVID-19, Warga Amerika Serikat Borong Senjata Api dan AmunisiPekerja memakai pakaian pelindung berinteraksi langsung dengan penumpang kapal pesiar Grand Princess di Bandara Internasional Oakland, California, Amerika Serikat, pada 10 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Stephen Lam

Anak Donald Trump, Donald Trump Jr., justru memuji apa yang terjadi. "Anda tidak memerlukannya, sampai Anda memerlukannya," cuitnya. Sedangkan Kris Brown, Presiden sebuah organisasi anti-senjata, mengaku resah dengan lonjakan pembelian senjata besar-besaran ini.

"Konsekuensi tidak disengaja dari pembelian karena kepanikan dalam merespons pandemik COVID-19 ini bisa menambah tragis kematian yang bisa dicegah akibat senjata terhadap orang-orang yang coba dilindungi oleh individu-individu tersebut," tuturnya.

Baca Juga: Presiden Trump Mengaku Bersedia Ikut Tes Virus Corona

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya