Paul Whelan, Mantan Marinir AS Dihukum 16 Tahun Penjara di Rusia

Paul Whelan disebut terbukti jadi agen mata-mata AS

Moscow, IDN Times - Pengadilan di Moscow, Rusia, menjatuhkan hukuman penjara 16 tahun kepada Paul Whelan, karena disebut terbukti menjadi agen mata-mata Amerika Serikat di negara tersebut. Vonis itu dibacakan hakim pada Senin (15/6) waktu setempat. Persidangan turut dihadiri Duta Besar Amerika Serikat untuk Rusia John Sullivan.

Whelan, mantan anggota Korps Marinir Amerika Serikat itu diputus bersalah oleh hakim dan akan menghuni penjara dengan tingkat keamanan tinggi. Putusan pengadilan itu menjadi kontroversi diplomatik antara kedua negara. Presiden Donald Trump pun diminta segera bernegosiasi dengan Vladimir Putin supaya Whelan bebas.

1. Amerika Serikat menilai persidangan berlangsung tanpa bukti

Juru bicara Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Rusia Rebecca Ross menyampaikan lewat Twitter bahwa pemerintahnya tidak melihat ada bukti yang bisa menjerat Whelan sesuai tuduhan. Ini turut disampaikan pihak kedutaan di hadapan para reporter yang menanti di luar pengadilan.

"Duta Besar Sullivan: Hari ini, #PaulWhelan dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara selama 16 tahun di Rusia. Persidangan rahasia di mana tak ada bukti yang disampaikan tersebut merupakan pelanggaran HAM dan norma-norma legal internasional yang mengerikan. @mfa_russia," tulis Ross dengan mencantumkan akun Twitter Kementerian Luar Negeri Rusia.

Baca Juga: Juru Bicara Presiden Rusia Vladimir Putin Tertular Virus Corona

2. Persidangan berlangsung dalam Bahasa Rusia dan terjadi secara tertutup

Paul Whelan, Mantan Marinir AS Dihukum 16 Tahun Penjara di RusiaPresiden Rusia Vladimir Putin melakukan panggilan video dengan Perdana Menteri Mikhail Mishustin di kediaman resmi Novo-Ogaryovo, Rusia, pada 2 Juni 2020. ANTARA FOTO/Sputnik/Alexei Nikolsky/Kremlin via REUTERS

Usai pembacaan vonis, Whelan mengaku sangat kecewa dan menegaskan bahwa dirinya tidak bersalah. "Ini semua adalah teater politik," ujar dia, seperti dikutip The New York Times. Vonisnya dua tahun lebih singkat dari yang dituntut jaksa.

Laki-laki berusia 50 tahun itu berpendapat, apa yang menimpa dirinya bisa menjadi alat untuk meningkatkan nilai pertukaran warga Rusia, yang kemungkinan ditahan Amerika Serikat pada masa depan. 

Whelan pun mengaku sama sekali tak memahami jalannya persidangan, sebab seluruhnya berlangsung dalam Bahasa Rusia. Pemegang paspor Inggris, Kanada dan Irlandia tersebut meminta Trump memenuhi janji "Keep America Great" dengan segera menghubungi Putin.

"Kami berhadap pengadilan memperlihatkan independensi, tapi pada akhirnya, hakim-hakim Rusia itu entitas politik, bukan legal," kata David Whelan, adik Paul Whelan, setelah persidangan.

"Kami tahu bahwa para pengacara Paul mungkin mengajukan banding untuk putusan ini dalam dua minggu ke depan. Kami harap, dalam upaya mencari keadilan bagi Paul, banding akan sukses. Namun, orang Rusia saja tak berharap pada sistem hukum mereka, begitu juga kami," sambung David.

3. Whelan ditangkap pada 2018 dan sejak itu ditahan di penjara Rusia

Paul Whelan, Mantan Marinir AS Dihukum 16 Tahun Penjara di RusiaPresiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara kepada wartawan di Gedung Putih sebelum ia berangkat menuju Michigan saat pandemik COVID-19 di Washington, Amerika Serikat, pada 21 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Ernst

Whelan disebut sering mengunjungi Rusia sebelum akhirnya ditangkap pada Desember 2018 oleh pasukan keamanan federal. Saat itu, ia menghadiri sebuah pesta pernikahan di sebuah hotel mewah di Moscow.

Sejak ditangkap, Whelan menjadi penghuni penjara berkemanan maksimum, di mana ia dikenai tuduhan sebagai spionase Amerika Serikat.

Menurut Whelan, seorang rekan yang berkewarga negara Rusia sempat memberikan dia sebuah diska lepas, yang ia kira berisi foto-foto perjalanan mereka ke sebuah kota di dekat Moscow. Tetapi, otoritas Rusia bersikeras di dalamnya ada informasi rahasia--sebuah tuduhan yang dibantah Whelan.

Sayangnya, persidangan tidak terbuka untuk umum. Pengacara Whelan, Vladimir A Zherebenkov menilai, tak ada bukti yang cukup untuk menjerat kliennya. Sebelum pembacaan vonis, Zherebenkov mengaku pihaknya "percaya ini adalah provokasi," bukan kasus hukum murni.

Baca Juga: Putin Klaim Rusia Tangani COVID-19 Lebih Baik daripada Amerika Serikat

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya