Paus Fransiskus: Gibah Lebih Buruk daripada Wabah COVID-19

"Gibah menutup hati masyarakat, menutup persatuan Gereja"

Jakarta, IDN Times - Pemimpin umat Katolik, Paus Fransiskus, dalam ceramah Misa Minggu di Vatikan mengatakan, gibah merupakan wabah yang lebih buruk daripada COVID-19. Menurutnya, orang-orang yang doyan gibah juga mengarahkan kata-kata mereka untuk memecah-belah Gereja Katolik.

"Gibah menutup hati masyarakat, menutup persatuan Gereja Katolik," ucapnya, seperti dikutip CNN.

"Orang paling jago berbicara adalah setan yang selalu mengatakan hal-hal buruk tentang orang lain, karena dia adalah pembohong yang mencoba merusak persatuan Gereja, untuk mengasingkan saudara-saudaranya dan tak menciptakan persatuan," lanjut Paus.

"Jadi, tolong saudara sekalian, kita membuat usaha agar jangan sampai gibah. Gibah adalah wabah yang lebih buruk dibandingkan COVID," Paus menegaskan.

Baca Juga: Media Italia Sebut Paus Fransiskus Negatif dari Virus Corona

1. Paus Fransiskus pernah menyinggung soal dampak buruk gibah

Paus Fransiskus: Gibah Lebih Buruk daripada Wabah COVID-19Paus Fransiskus menghadiri pertemuan dengan sejumlah uskup dari kedutaan Vatikan di Tokyo, Jepang, pada 23 November 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Remo Casilli

Berdasarkan catatan, Paus Fransiskus pernah menyinggung soal dampak buruk gibah pada 2016 lalu. Bahkan, kalimatnya saat itu lebih keras dibandingkan sekarang. Saat itu ia mengingatkan para pastor dan biarawati agar tidak mendorong "terorisme gibah".

Ia pun meminta mereka menolak godaan untuk menyebarluaskan cerita-cerita tidak benar kepada satu sama lain. "Jika Anda memiliki dorongan untuk berkata sesuatu soal saudara Anda, untuk menjatuhkan bom gibah, gigit lidah Anda! Dengan keras!" tegas Paus Fransiskus.

Menurut situs Vatican News, pada 2018 ia kembali mengatakan kepada para jemaat di Vatikan bahwa gibah membunuh. Sebab, "lidah membunuh seperti sebilah pisau".

2. Misa di Vatikan sempat berlangsung tanpa jemaat akibat COVID-19

Paus Fransiskus: Gibah Lebih Buruk daripada Wabah COVID-19Warga memberi selamat kepada Paur Fransiskus saat kunjungannya ke Rumah Sakit St. Louis di Bangkok, Thailand, pada 21 November 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva

Ibadah Minggu tersebut masih terasa istimewa bagi banyak umat Katolik di Vatikan, karena banyak gereja masih belum bisa membuka pintu gegara pandemik. Di Vatikan sendiri, gereja harus mengikuti aturan pemerintah untuk melarang ibadah massal selama beberapa bulan, ketika Italia menjadi hotspot penyebaran COVID-19.

Saat perayaan Minggu Palma, Paus Fransiskus memimpin ibadah virtual dalam gereja yang kosong. Pada akhir Mei, ketika angka penularan COVID-19 mulai menurun di sana, jemaat kembali berbondong-bondong beribadah di Alun-alun Santo Petrus.

3. Paus minta umat Katolik tingkatkan solidaritas di tengah krisis kesehatan saat ini

Paus Fransiskus: Gibah Lebih Buruk daripada Wabah COVID-19Paus Fransiskus mengunjungi gereja St. Peter's Parish di distrik Sam Phran, Provinsi Nakhon Pathom, Thailand, pada 22 November 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Soe Zeya Tun

Pada Juli lalu, Paus Fransiskus juga meminta umat Katolik untuk meningkatkan solidaritas di tengah pandemik.

"Ini adalah situasi dramatis," kata Paus lewat pesan tertulis. Krisis kesehatan ini "menyoroti kerentanan alamiah dari kondisi manusia yang dibatasi oleh waktu dan kemungkinan".

"Ini mengingatkan kita bahwa kita telah melupakan atau menunda memperhatikan masalah-masalah penting dalam hidup kita. Ini membuat kita mengevaluasi apa yang benar-benar penting dan dibutuhkan, dan apa yang jadi hal kedua atau hanya seolah-olah penting," ujar Paus.

Baca Juga: [UPDATE] Naik 2.880, Kasus COVID-19 RI Makin Dekati 200 Ribu!

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya