Penasihat COVID-19 Tiongkok: Awalnya Pejabat Wuhan Tidak Berkata Jujur

Ia diperingatkan bahwa jumlah kasus sebenarnya lebih tinggi

Wuhan, IDN Times - Penasihat medis senior pemerintah Tiongkok untuk memerangi COVID-19, Dr. Zhong Nanshan, mengungkap bahwa otoritas Wuhan sempat menolak untuk membuka fakta tentang seberapa serius wabah pada Januari lalu.

Informasi tersebut dibeberkan oleh Zhong dalam sebuah wawancara eksklusif dengan stasiun televisi CNN pada akhir pekan kemarin. Virus corona baru, yang telah ditetapkan sebagai pandemik oleh badan kesehatan dunia (WHO), pertama kali dilaporkan pada Desember 2019 di Wuhan.

Kini, total ada hampir 4,7 juta kasus COVID-19 dan lebih dari 314.000 kematian di seluruh dunia.

1. Zhong diperingatkan bahwa kasus sebenarnya lebih banyak daripada yang dilaporkan secara resmi

Penasihat COVID-19 Tiongkok: Awalnya Pejabat Wuhan Tidak Berkata JujurWarga memakai masker pelindung mengendarai sepeda di Wuhan, Pprovinsi Hubei, Tiongkok, pada 14 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Di Tiongkok sendiri ada lebih dari 84.000 kasus dan 4.600 kematian akibat COVID-19. Zhong, yang disebut merupakan salah satu pahlawan bidang kesehatan saat wabah SARS (Sindrom Pernapasan Akut Berat) terjadi, dikirim oleh pemerintah pusat ke Wuhan untuk menyelidiki munculnya virus pada 18 Januari.

Dua hari kemudian, Zhong menginformasikan kepada stasiun TV Tiongkok CCTV bahwa virus corona bisa bertransmisi antar manusia. Sebelumnya, selama hampir tiga minggu otoritas Wuhan mengatakan tidak ada bukti bahwa virus bisa menyerang dan menyebar di antara manusia. Bahkan, WHO juga mengulangi pernyataan tersebut.

Di Wuhan, Zhong diperingatkan oleh sejumlah dokter dan mantan mahasiswa bahwa situasi sebenarnya lebih buruk dari yang dilaporkan oleh para pejabat setempat. Pada awal Januari, kasus yang dilaporkan baru 40-an. Lalu, angka yang diumumkan per hari pada Februari mencapai 3.000-an.

Baca Juga: Virus Corona Jadi Ujian Politik dan Diplomatik Tiongkok 

2. Pejabat Wuhan tak berkata jujur pada awal wabah

Penasihat COVID-19 Tiongkok: Awalnya Pejabat Wuhan Tidak Berkata JujurAntrean untuk tes asam nukleat di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, pada 16 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Zhong mengaku curiga ketika kasus resmi yang dicatatkan di Wuhan masih sangat rendah, padahal virus sudah mencapai Thailand, Jepang dan Korea Selatan pada Januari. "Otoritas lokal, mereka tidak suka untuk berkata jujur pada waktu itu. Di awal, mereka diam saja, dan lalu saya katakan kita mungkin punya angka (yang lebih besar) orang-orang yang terinfeksi," tutur Zhong.

"Saya tak percaya hasil itu, jadi saya (terus) bertanya dan kemudian, Anda harus memberikan saya angka sebenarnya," tambah Zhong, merujuk pada laporan pemerintah Wuhan. "Saya rasa mereka sangat enggan untuk menjawab pertanyaan saya." Dalam pertemuan dengan pemerintah pusat, Zhong mengajukan proposal untuk memberlakukan lockdown di Wuhan. Pada 23 Januari, sekitar 11 juta populasi Wuhan dilarang beraktivitas di luar rumah.

3. Zhong membantah semua data dari Tiongkok palsu

Penasihat COVID-19 Tiongkok: Awalnya Pejabat Wuhan Tidak Berkata JujurTes asam nukleat kepada warga di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, pada 15 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Setelah lebih dari 70 hari hidup dalam lockdown, masyarakat Wuhan diizinkan kembali hidup normal karena mulai ada penurunan kasus secara signifikan. Bahkan, selama lebih dari sebulan, tidak ada kasus baru yang dilaporkan. Situasi ini tak bertahan lama karena kini pemerintah mengumumkan munculnya kasus COVID-19 lagi.

Ketika Wuhan dianggap aman, keberadaan laporan rahasia dari komunitas intelijen Amerika Serikat terungkap ke publik. Di dalamnya, intelijen menuduh Tiongkok memalsukan data kasus ke publik. Usai membenarkan bahwa pejabat Wuhan tak berkata jujur, Zhong kemudian membantah tuduhan ini.

Ia menjelaskan pemerintah Tiongkok belajar dari SARS saat menutupi "wabah...selama dua atau tiga bulan". Menurut Zhong, data yang diberikan saat ini sesuai kenyataan sebab jika tidak (melaporkan angka kasus sebenarnya), akan dihukum.

"Jadi sejak 23 Januari, saya pikir seluruh data adalah benar," katanya.

Baca Juga: Menlu AS Klaim Ada Bukti Virus Corona Dibuat di Laboratorium Wuhan 

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya