Penelitian: 76% Air di Jakarta Mengandung Mikroplastik

Diprediksi berbahaya bagi kesehatan.

Sebuah penelitian yang dilakukan para ilmuwan menunjukkan bahwa miliaran orang di seluruh dunia mengonsumsi air yang terkontaminasi partikel-partikel plastik. Hasil investigasi yang dipublikasi oleh Orb Media dan dikutip oleh The Guardian tersebut mengambil sampel dari lebih dari sepuluh negara di dunia dan menemukan 83 persen di antaranya mengandung mikroplastik. Salah satu negara yang jadi obyek penelitian adalah Indonesia.

75 persen dari 21 sampel air di Jakarta terkontaminasi fiber plastik.

Penelitian: 76% Air di Jakarta Mengandung MikroplastikOrb Media

"Kita hidup di Era Plastik. Plastik membebaskan kita, meningkatkan kehidupan kita sehari-hari dengan cara yang tak tanggung-tanggung. Dan plastik memenjarakan kita dalam bentuk sampah dan polusi mikroskopik," tulis para peneliti.

Tingkat kontaminasi air di Jakarta tergolong tinggi. Dari 21 sampel air yang di ambil para peneliti, 16 di antaranya, atau 76 persen, mengandung fiber plastik tersebut. Sampel tersebut diteliti dengan teknik standar untuk mengeliminasi kontaminasi dari sumber lain dan dilakukan di University of Minnesota School of Public Health.

Selain Indonesia, level kontaminasi mikroplastik dalam air minum yang tergolong mengkhawatirkan terjadi di benua Eropa (72 persen). Sementara itu, level tertinggi terjadi Amerika Serikat dan Lebanon (Beirut) yang masing-masing sebesar 94 persen.

Baca Juga: [INFOGRAFIS] "Spesies" Laut Baru Bernama Sampah Plastik

Ilmuwan menyebut mikroplastik berasal pola hidup kita sehari-hari.

Penelitian: 76% Air di Jakarta Mengandung MikroplastikOrb Media

Dalam hasil penelitian tersebut, ilmuwan menyebutkan bahwa,"Fiber mikroplastik mungkin berasal dari abrasi sehari-hari pakaian, pembuatan furnitur, dan karpet." Sejauh ini sudah ada penelitian bahwa plastik terkandung dalam air laut.

Oleh karena itu, tak mengagetkan jika mikroplastik juga menginfiltrasi air minum di seluruh dunia. "Jika ada dalam air minummu, para pakar berkata mikroplastik juga ada dalam makananmu - seperti susu bayi, pasta, sup dan kecap, entah dari dapur atau dari supermarket."

Para peneliti mencontohkan bahwa pakaian berbahan dasar sintetis seperti acrylic dan polyester mengeluarkan ribuan fiber plastik dalam sekali cuci. Air bekas cucian tersebut mengalir melalui got yang kemudian mengontaminasi sumber air.

Cat yang dipakai untuk mengecat rumah juga berkontribusi untuk lebih dari 10 persen polusi mikroplastik di laut.  Plastik yang dipakai untuk tas, sedotan dan botol air mineral juga membahayakan. Setidaknya ada delapan juta ton sampah plastik yang berakhir di laut, sungai dan danau setiap tahun.

Semua ini terjadi karena belum ada manajemen sampah yang baik. Salah satu pemenang Nobel Perdamaian dari Bangladesh berkata,"Ini harus menyadarkan kita. Kita tahu plastik akan kembali kepada kita melalui rantai makanan. Kini kita melihatnya kembali melalui air minum. Apa kita punya jalan keluar?"

Perlu penelitian lebih lanjut terkait dampaknya pada kesehatan.

Penelitian: 76% Air di Jakarta Mengandung MikroplastikOrb Media

Dr. Anne Marie Mahon dari Galway-Mayo Institute of Technology berkata kepada The Guardian,"Kami belum tahu pasti apa implikasinya terhadap kesehatan dan oleh karena itu kita harus mengikuti prinsip kewaspadaan dan mengeluarkan usaha yang cukup untuk meneliti sehingga diketahui risiko sebenarnya."

Namun, ia menegaskan bahwa mikroplastik mampu menarik bakteri yang ditemukan di saluran air. "Beberapa penelitian menunjukkan ada lebih banyak patogen pada mikroplastik yang membahayakan di saluran manajemen air kotor," tambahnya.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mulai mengurangi plastik dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya adalah tidak menggunakan tas plastik, sedotan, air mineral kemasan, serta memakai sikat gigi dari bahan alternatif seperti bambu.

Baca Juga: Kantong Plastik Gratis Lagi: Sebuah Kemajuan atau Kemunduran?

Topik:

Berita Terkini Lainnya