Penembakan Pesawat Ukraina: Merasa Dibohongi, 2 Jurnalis Iran Mundur

Iran mengaku salah tembak dan menewaskan 176 penumpang

Teheran, IDN Times - Dua jurnalis yang bekerja di stasiun TV pemerintah Iran, IRIB, mengumumkan pengunduran diri mereka pada awal pekan ini. Melalui media sosial, Zahra Khatami, menuliskan ucapan terima kasih karena publik telah menerimanya sebagai pembawa berita. "Saya takkan pernah kembali ke TV. Maafkan saya," tambahnya.

Sedangkan Saba Rad, rekannya sesama pembawa berita, juga berterima kasih atas karier yang diberikan selama 21 tahun di radio dan TV. "Saya tak bisa melanjutkan pekerjaan saya lagi di media. Saya tidak bisa," tulisnya.

Keduanya memilih mundur setelah Iran mengaku bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Ukraina yang menewaskan 176 orang.

1. Iran sempat menutupi kebenaran dari insiden tersebut

Penembakan Pesawat Ukraina: Merasa Dibohongi, 2 Jurnalis Iran MundurSerpihan pesawat Maskapai Internasional Ukraina, yang jatuh setelah lepas landas dari bandara Imam Khomeini Iran, di pinggiran Teheran, Iran, pada 8 Januari 2020. ANTARA FOTO/Nazanin Tabatabaee/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS

Pesawat Boeing 737-800 milik Maskapai Ukraina Internasional dijadwalkan terbang dari Tehran ke Kiev pada Rabu (8/1). Ini adalah hari yang sama dengan serangan misil Iran ke pangkalan militer Irak, Al Asad, yang dipakai oleh pasukan koalisi tentara-tentara Barat. Pesawat yang mengangkut 176 orang itu jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas.

Muncul spekulasi bahwa Iran ada di balik peristiwa tersebut. Namun, Tehran membantahnya dengan keras dan mengatakan tak ada bukti untuk mendukung kecurigaan itu. Apalagi Tehran menegaskan takkan menyerahkan black box atau kotak hitam pesawat kepada siapa pun.

2. Amerika Serikat mengatakan laporan intelijen menunjukkan sebaliknya

Penembakan Pesawat Ukraina: Merasa Dibohongi, 2 Jurnalis Iran MundurTim penyelamat memeriksa sisa serpihan pesawat milik Maskapai Internasional Ukraina yang jatuh setelah lepas landas dari bandara Iran Imam Khomeini, di pinggiran Teheran, Iran, pada 8 Januari 2020. ANTARA FOTO/Nazanin Tabatabaee/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS

Sehari setelahnya, Amerika Serikat mengungkap kepada jurnalis CBS News bahwa ada tanda kuat Iran menembakkan rudal ke arah pesawat itu. Dalam berbagai video yang beredar, badan pesawat tampak terbakar di angkasa sebelum akhirnya jatuh.

Keyakinan tersebut muncul setelah intelijen Amerika Serikat mengaku menangkap sinyal dari radar serta satelit yang mendeteksi adanya dua rudal yang diluncurkan dari Iran. Menurut salah satu sumber intelijen, di sekitar lokasi jatuhnya pesawat juga ditemukan beberapa komponen rudal yang semakin menguatkan kecurigaan itu.

Setelah laporan itu muncul, CBS News mengabarkan bahwa kepala otoritas penerbangan Iran membantah ada rudal salah sasaran yang membuat pesawat itu jatuh dan menewaskan semua orang di dalamnya.

Sebuah situs yang berafiliasi dengan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) menyebut laporan intelijen Amerika Serikat itu sebagai sebuah konspirasi yang dibuat oleh musuh-musuh Iran.

3. Butuh tiga hari untuk Iran membeberkan kejadian sesungguhnya

Penembakan Pesawat Ukraina: Merasa Dibohongi, 2 Jurnalis Iran MundurKerabat anggota kru pesawat Boeing 737-800 Ukraine International Airlines yang jatuh di Iran ANTARA FOTO/REUTERS/Valentyn Ogirenko

Pada Sabtu (11/1), militer Iran mengaku bahwa pihaknya "salah tembak". Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Jenderal Amir Ali Hajizadeh, membenarkan bahwa pihaknya yang bertanggung jawab. "Pesawat itu terbang dalam arah normal tanpa kesalahan apa pun dan semua orang melakukan pekerjaan mereka dengan baik," katanya, seperti dilansir dari AFP.

"Jika ada kesalahan, itu dibuat oleh salah satu anggota kami," tambahnya. Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif menyampaikan permintaan maaf melalui Twitter. Tapi ia tak melepaskan kesalahan itu dari "waktu krisis yang disebabkan oleh petualangan Amerika Serikat sehingga berakhir pada bencana".

Presiden Hassan Rouhani juga menggunakan Twitter untuk menyampaikan "penyesalan mendalam atas kesalahan yang sangat buruk ini". Kemudian, kantor berita FARS menayangkan pernyataan resminya. "Insiden menyakitkan ini bukanlah sesuatu yang bisa kita atasi dengan mudah," tuturnya.

4. Rasa tak percaya kepada pemerintah semakin tinggi

Penembakan Pesawat Ukraina: Merasa Dibohongi, 2 Jurnalis Iran MundurPemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berpidato saat pertemuan di Tehran, Iran, 1 Januari 2020. ANTARA FOTO/Official Khamenei website/Handout via REUTERS

Rangkaian upaya menutup-nutupi itu memengaruhi reaksi publik. "Ada sedikit ketidakpercayaan kepada pemerintah dan masyarakat ingin kebebasan lebih,"  kata komentator Iran, Ghanbar Naderi, kepada BBC Today.

"Kebohongan-kebohongan yang mereka katakan tentang penembakan pesawat telah mengikis kepercayaan publik. Korps Garda Revolusi Islam sangat tahun ini." Ia menambahkan bahwa Iran kehilangan momentum dukungan rakyat usai kematian Soleimani dengan mengatakan kebohongan.

"Sebagai jurnalis, kamu harus bisa tidur pada malam hari. Saya takkan pernah menjauhkan diri dari kebenaran. Ini adalah bangsa yang besar. Bangsa ini telah membuat banyak kesalahan tak termaafkan. Jika IRGC menembak jatuh pesawat sipil, saya tak punya pilihan selain mengecamnya."

5. Publik sangat geram dengan respons pemerintah

Penembakan Pesawat Ukraina: Merasa Dibohongi, 2 Jurnalis Iran MundurPresiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy meletakkan bunga untuk memperingati korban jatuh pesawat Boeing 737-800 Ukraine International Airlines, di sebuah memorial di Bandara International Boryspil diluar Kiev, Ukraina, pada 9 Januari 2020. ANTARA FOTO/Ukrainian Presidential Press Service/Handout via REUTERS

Seperti dilaporkan The New York Times, setelah Iran mengaku salah tembak, ribuan warga turun ke jalan untuk memprotes pemerintah. "Kematian bagi para pembohong!" dan "Kematian bagi diktator!" adalah dua teriakan yang diucapkan para demonstran berulang kali.

Mereka juga menyebut IRGC "tidak kompeten" serta telah "mempermalukan rakyat". Saking geramnya, mereka bahkan menyasar Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei yang memimpin militer. Dalam sebuah video, mereka terdengar meminta Khamanei muncur. "Khamenei adalah seorang pembunuh! Rezimnya sudah hancur!"

Sedangkan Asosiasi Jurnalis Iran menilai media pemerintah punya andil dalam menyebarkan kebohongan. Dalam pernyataan resmi yang dikutip The Guardian, mereka menilai wartawan seharusnya tidak langsung percaya dengan apa yang disuguhkan pemerintah.

"Harus dicatat, bagaimanapun juga, media-media lainnya keberatan dengan situasi tersebut, tapi stasiun TV milik Republik Islam Iran menyukainya. Insiden ini memperlihatkan bahwa orang tidak bisa percaya data resmi dan jurnalis sebisa mungkin harus mencoba mengisi kesenjangan ini."

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya