Peretas Bocorkan Data 1.000 Polisi Belarus Saat Protes Anti Pemerintah

Mereka menolak penangkapan ribuan demonstran

Jakarta, IDN Times - Peretas anonim membocorkan data pribadi milik lebih dari 1.000 anggota kepolisian Belarus pada Minggu, 20 September 2020. Mereka mengaku melakukan itu sebagai bentuk balas dendam, karena polisi telah menangkap ribuan demonstran dan membubarkan unjuk rasa anti-pemerintah di Minsk.

Seperti dilaporkan AFP, data-data yang dimasukkan ke dalam format dokumen Google itu, disebarluaskan melalui aplikasi pesan instan Telegram oleh stasiun berita pro oposisi NEXTA Live. Isinya adalah 1.300 nama polisi sekaligus tanggal lahir, jabatan, alamat kantor dan asalnya.

1. Peretas mengancam akan membocorkan lebih banyak data

Peretas Bocorkan Data 1.000 Polisi Belarus Saat Protes Anti PemerintahDemonstrasi anti pemerintah di Minsk, Belarus, pada 13 September 2020. ANTARA FOTO/Tut.By via REUTERS

Dalam sebuah pernyataan resmi, NEXTA mengancam ini bukan terakhir kali data-data otoritas dibocorkan. "Jika penangkapan terus berlangsung, kami akan mempublikasikan data dalam skala masif," kata NEXTA. 

Ada juga dokumen lain yang bersifat terpisah dan dirilis untuk membalas aksi pemerintah. Dokumen itu berisi informasi pribadi, termasuk alamat dan nomor telepon, anggota unit anti-teror khusus yang berada di bawah Kementerian Dalam Negeri Belarus.

Sejauh ini, belum diketahui apakah memang data-data itu akurat. Jika benar, belum ada informasi juga mengenai apakah nama-nama yang terdapat di dalam dokumen itu, memang menangkap para demonstran seperti yang dikatakan NEXTA.

Baca Juga: Tuntut Presiden Mundur, Ratusan Ribu Warga Belarus Demo Berhari-hari

2. Lebih dari 300 perempuan ditangkap polisi

Peretas Bocorkan Data 1.000 Polisi Belarus Saat Protes Anti PemerintahDemonstrasi anti pemerintah di Minsk, Belarus, pada 5 September 2020. ANTARA FOTO/Tut.By/Handout via REUTERS

Menurut laporan terakhir yang dikutip AP, perempuan Belarus tidak ketinggalan turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan mereka terhadap kepemimpinan Alexander Lukashenko, yang baru kembali terpilih sebagai presiden.

Sebanyak lebih dari 2 ribu perempuan ikut berunjuk rasa di Minsk dalam beberapa minggu terakhir. Kemudian, lebih dari 300 dari mereka ditangkap polisi, termasuk seorang perempuan usia lanjut bernama Nina Baginskaya yang dijadikan simbol dari demonstrasi tersebut.

Perempuan 73 tahun yang merupakan mantan ahli geologi itu ditangkap usai terlibat dalam sebuah protes yang menurut polisi tidak memiliki izin.

3. Warga Belarus menuntut Lukashenko mundur

Peretas Bocorkan Data 1.000 Polisi Belarus Saat Protes Anti PemerintahDemonstrasi anti pemerintah di Istana Kemerdekaan di Minsk, Belarus, pada 30 Agustus 2020. ANTARA FOTO/ Tut.By via REUTERS

Demonstrasi anti-pemerintah mulai terjadi setelah Lukashenko dinyatakan sebagai pemenang Pilpres pada 9 Agustus lalu. Ia disebut memenangkan 80 persen suara, sehingga membuatnya menjabat untuk keenam kalinya.

Akan tetapi, oposisi dan mayoritas warga Belarus menuding hasil itu sudah dicurangi untuk memenangkan Lukashenko. Ia sendiri bergeming dengan menolak untuk memenuhi tuntutan tersebut.

Bahkan, terkait data-data yang bocor, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Olga Chemodanova menegaskan kepada kantor berita Rusia Tass bahwa pemerintah akan menangkap siapa pun yang berada di baliknya.

"Cara dan teknologi yang dimiliki oleh penegak hukum memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi dan mengusut mayoritas dari yang bersalah dalam membocorkan data personal," tegasnya.

Baca Juga: Demonstrasi Belarus Berlanjut, Video Polisi Hajar Wanita Tuai Kecaman

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya