Pilot Pakistan Bahas Virus Corona di Kokpit Sebelum Pesawat Jatuh
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Karachi, IDN Times - Pilot maskapai Pakistan International Airlines yang kecelakaan pada 22 Mei lalu, sedang membicarakan soal virus corona di dalam kokpit sebelum pesawat jatuh dan menewaskan 98 orang. Begitu bunyi temuan awal yang dilaporkan Kementerian Penerbangan Pakistan pada Rabu (24/6) waktu setempat.
Dikutip dari The New York Times, hasil penyelidikan awal menyebut, pilot-pilot dalam pesawat sibuk membicarakan soal pandemik dan berkali-kali tidak mengindahkan arahan dari pengendali lalu lintas udara, kemudian pesawat jatuh.
Pilot juga tidak memedulikan peringatan otomatis, lalu gagal menurunkan perlengkapan mendarat dan mengakibatkan mesin pesawat menghantam landasan. Kecelakaan itu disebut sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah penerbangan Pakistan.
Baca Juga: Pakistan International Airlines: Black Box Ditemukan, 97 Orang Tewas
1. Pesawat terbang terlalu tinggi padahal sudah dekat landasan
Menurut keterangan Menteri Penerbangan Ghulam Sarwar Khan, pengendali lalu lintas udara sudah mengingatkan pilot sebanyak tiga kali bahwa pesawat Pakistan International Airlines yang berangkat dari Lahore menuju Karachi itu terbang terlalu tinggi. Padahal, pesawat sudah mendekati landasan. Petugas pun meminta pilot tidak mendarat.
"Namun, pilot tidak mengacuhkan peringatan-peringatan ini," kata Khan.
"Pilot dan kopilot sedang tidak fokus dan selama itu mereka sedang membicarakan soal (virus) corona. (Virus) itu ada di pikiran mereka. Keluarga mereka terdampak dan mereka mendiskusikan itu. Sayangnya pilot terlalu percaya diri," jelas dia lagi.
2. Tidak ada masalah dengan kondisi pesawat
Editor’s picks
Tim penyelidik menemukan, pilot menerbangkan pesawat tidak dalam ketinggian yang tepat ketika pertama mendekati landasan. Petugas mengingatkan sebaiknya kapten pesawat yaitu pilot Sajjad Gul berputar dulu agar mendapatkan posisi yang pas secara gradual untuk mendarat.
"Saat petugas pengendali mengatakan kepada pilot soal ketinggian pesawat yang berbahaya, pilot berkata 'saya bisa atur', dan pilot kembali membicarakan soal virus corona," tutur Khan. Pilot pun memaksakan pendaratan padahal roda sudah dimasukkan ke badan pesawat.
The Guardian melaporkan, para petugas di menara pengendali melihat mesin pesawat itu bergesekan dengan landasan dan menghasilkan percikan-percikan api, tapi tidak memberitahu kokpit. Mesin pun gagal berfungsi saat pesawat mencoba pendaratan kedua.
Laporan awal juga menyebut, pesawat jenis Airbus A320 itu sebelumnya tidak terbang selama 46 hari karena virus corona. Akan tetapi, Khan memastikan bahwa kondisinya 100 persen layak terbang, tidak ada kesalahan teknis. Sementara itu, Juru Bicara Asosiasi Pilot Pakistan Qasim Qadim mengaku, temuan awal itu membingungkan.
"Bagaimana itu bisa terjadi? Saya bingung," ucapnya. "Pilot-pilot terhebat dengan catatan terbaik pun bisa membuat kesalahan. Manusia membuat kesalahan," tambahnya.
3. Tak ada masalah dengan catatan penerbangan pilot Pakistan International Airlines
Walau Khan menyinggung soal adanya masalah dengan izin terbang para pilot, tapi ia menekankan bahwa kapten pesawat saat penerbangan itu adalah orang berpengalaman. Ia juga tak melaporkan adanya gangguan teknis selama di udara.
Tahun lalu, kata Khan, penyelidikan menemukan dari 860 pilot aktif di Pakistan, sebanyak 262 memiliki izin terbang palsu atau curang saat menjalani ujian, termasuk beberapa pilot Pakistan International Airlines, walau tak disebutkan berapa jumlahnya.
Banyak penumpang pesawat penerbangan pada 22 Mei itu ingin pulang kampung untuk merayakan Hari Raya Idulfitri bersama keluarga. Sayang, sebagian besar harus menemui ajal. Bangunan dan rumah-rumah warga pun porak-poranda karena terkena sayap pesawat ketika kecelakaan terjadi.
Baca Juga: [BREAKING] Pesawat Pakistan Airlines Jatuh di Permukiman Warga