PM Malaysia: Kami Tidak Bisa Lagi Tampung Pengungsi Rohingya

Sedangkan warga Aceh sukarela menyelamatkan mereka

Kuala Lumpur, IDN Times - Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengatakan negaranya tak bisa lagi menerima pengungsi Rohingya karena kesulitan ekonomi dan keterbatasan sumber daya akibat pandemik virus corona.

Pernyataan tersebut disampaikan pada Jumat (26/6) usai sebanyak 269 pengungsi Rohingya masuk ke wilayah perairan Malaysia karena ingin menyelamatkan diri dari persekusi oleh militer Myanmar. Mereka datang dengan menggunakan perahu dalam kondisi menyedihkan.

1. Ada pengungsi yang dikembalikan ke tengah laut, ada yang sedang berada di rumah detensi

PM Malaysia: Kami Tidak Bisa Lagi Tampung Pengungsi RohingyaPengungsi Rohingya turun dari kapal di pesisir Pantai Lancok, Kecamatan Syantalira Bayu, Aceh Utara, Aceh, pada 25 Juni 2020. ANTARA FOTO/Rahmad

Sejak Agustus 2017, militer Myanmar gencar memburu dan membunuh warga Rohingya sehingga menyebabkan mereka melarikan diri ke Bangladesh. Sebanyak hampir satu juta pengungsi berada di kamp Cox's Bazar yang merupakan kamp paling padat di dunia.

Ratusan dari mereka terpaksa melakukan perjalanan laut dengan kapal tidak layak menuju negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia dan Indonesia. Namun, ketiga negara tidak memberikan status pengungsi sebab tidak menandatangani Konvensi Pengungsi PBB.

Hanya saja, setiap negara dilarang mengembalikan para pengungsi ke laut sesuai dengan prinsip non-refoulment. Meski begitu, seperti dilaporkan AFP, Malaysia tetap saja melakukannya beberapa waktu terakhir. Sedangkan sisanya dimasukkan ke rumah detensi.

"Kami tak bisa lagi menerima lebih banyak [pengungsi] mengingat sumber daya dan kapasitas kami sudah terbatas karena pandemik COVID-19," kata Muhyiddin dalam sebuah telekonferensi dengan negara-negara anggota ASEAN, termasuk, Myanmar. 

"Tetapi, Malaysia masih saja diharapkan secara tidak adil untuk melakukan lebih guna mengakomodasi para pengungsi yang masuk," tambahnya. Myanmar sendiri menolak kewarganegaraan Rohingya dan menganggap mereka sebagai orang asing.

Baca Juga: Rohingya Jadi Korban Hoaks, Bangladesh Diminta Buka Akses Internet 

2. Malaysia meminta ASEAN dan PBB bertindak cepat

PM Malaysia: Kami Tidak Bisa Lagi Tampung Pengungsi RohingyaPengungsi Rohingya turun dari kapal di pesisir Pantai Lancok, Kecamatan Syantalira Bayu, Aceh Utara, Aceh, pada 25 Juni 2020. ANTARA FOTO/Rahmad

Salah satu mekanisme yang diatur oleh PBB perihal pengungsi adalah memproses mereka dan menempatkan ke negara ketiga yang telah menandatangani Konvensi Pengungsi. Muhyiddin meminta badan PBB yang mengurusi pengungsi (UNHCR) untuk segera mempercepat proses tersebut.

UNHCR menyebut ada lebih dari 100.000 Rohingya di Malaysia. Sementara kelompok HAM lainnya percaya jumlah jauh lebih banyak. Muhyiddin juga meminta ASEAN serta Myanmar untuk segera bertindak supaya krisis ini segera berakhir, apalagi saat pandemik virus corona belum berakhir.

"ASEAN wajib melakukan yang lebih untuk membantu Myanmar, dan Myanmar harus melakukan lebih untuk membantu diri kalian sendiri agar krisis ini segera usai," ucapnya. Ia pun mengingatkan ada risiko perdagangan manusia, perbudakan dan eksploitasi yang menghantui jika para pengungsi Rohingya terlantar terus-menerus.

3. Warga Aceh memaksa evakuasi pengungsi Rohingya dari laut

PM Malaysia: Kami Tidak Bisa Lagi Tampung Pengungsi RohingyaPengungsi Rohingya turun dari kapal di pesisir Pantai Lancok, Kecamatan Syantalira Bayu, Aceh Utara, Aceh, pada 25 Juni 2020. ANTARA FOTO/Rahmad

Sikap pemerintah Indonesia pun tidak jelas ketika sebanyak 94 pengungsi Rohingya terombang-ambing di perairan negara. Mereka pun mencapai pesisir Pantai  Lancok di Aceh tapi tidak diizinkan turun oleh otoritas setempat dengan alasan berisiko menyebarkan virus corona kepada masyarakat lokal.

Namun, warga tidak menggubris itu dan terus memaksa agar para pengungsi yang terdiri dari anak-anak sampai orang tua bisa diselamatkan. Karena tak juga didengar, mereka pun mengambil alih situasi. Dengan memakai tali, mereka menarik kapal ke jarak aman agar para pengungsi bisa turun.

"Kami tak khawatir bermasalah [dengan otoritas] sebab kami percaya apa yang kami lakukan sudah benar," kata seorang kepala desa bernama Nasruddin Guechik kepada The Guardian. "Hanya melihat para pengungsi, kami langsung menangis," tambahnya.

Ia mengaku bangga dengan masyarakat sekitar yang sukarela memberikan para pengungsi Rohingya makanan dan pakaian bersih. Mereka juga ditempatkan di sebuah bangunan yang sebelumnya berfungsi sebagai fasilitas imigrasi.

"Ada kemungkinan besar mereka bisa saja meninggal di lautan jika penduduk desa tak mengambil tindakan. Menunggu pemerintah itu terlalu lama," kata dia.

Baca Juga: Amnesty Minta Indonesia dan Australia Bantu Krisis Rohingya

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya