Protes di Hong Kong Diwarnai Kekerasan, Beijing Buka Suara Siang Ini

Demonstrasi Hong Kong sudah berjalan selama delapan minggu

Hong Kong, IDN Times - Pejabat pemerintah Tiongkok yang mengurus kebijakan terhadap Hong Kong dijadwalkan akan melakukan konferensi pers pada Senin pukul 15.00 waktu setempat (29/7).

Keputusan tersebut dianggap cukup mengejutkan mengingat selama demonstrasi berlangsung hingga minggu ke-8, baru kali ini Beijing secara resmi akan berbicara di hadapan publik dan media.

Sementara itu, aksi unjuk rasa pada sehari sebelumnya kembali diwarnai kekerasan. Massa tidak mendapatkan izin untuk menggelar protes pada akhir pekan. Akan tetapi, mereka menolak patuh.

Pada Minggu malam (28/7), polisi anti-huru-hara berusaha membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata dan peluru karet.

1. Polisi mencoba mengamankan kantor perwakilan Beijing

Dalam demonstrasi sebelumnya, massa menyerbu gedung Dewan Legislatif Hong Kong dan mencoret-coret beberapa simbol Tiongkok. Aksi ini mendapatkan kecaman dari pejabat di kantor perwakilan Beijing di Hong Kong. Karena khawatir hal ini akan terjadi lagi, kepolisian Hong Kong pun mengamankan kantor perwakilan Tiongkok menjelang unjuk rasa kemarin.

Sejumlah aktivis mengunggah foto yang memperlihatkan emblem Tiongkok dibungkus dengan kotak plastik agar tidak jadi sasaran vandalisme massa. Aparat juga memasang barikade di sekitar kawasan gedung untuk mencegah peserta protes yang dianggap bisa saja memaksa masuk ke dalam.

Baca Juga: Kembali Protes, Ratusan Demonstran Hong Kong Padati Bandara

2. Bentrok antara demonstran dan kepolisian terjadi lagi

Protes di Hong Kong Diwarnai Kekerasan, Beijing Buka Suara Siang IniANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Massa sebenarnya sudah berulang kali memprotes polisi yang dinilai terlalu berlebihan dalam merespons aksi damai mereka. Hanya saja, polisi Hong Kong kembali menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membuat demonstran meninggalkan lokasi aksi.

Salah satu aktivis mengatakan lewat Twitter bahwa massa hanya melakukan protes damai dengan menduduki jalan sehingga tak perlu ditanggapi dengan kekerasan. Dilansir dari CNN, massa pun tak tinggal diam. Banyak yang membawa beberapa perlengkapan untuk melindungi diri, misalnya tongkat bambu. Ada juga yang membakar keranjang dan mengarahkannya ke tempat polisi berada.

3. Demonstran mengembangkan cara sendiri untuk melawan tembakan gas air mata

Peserta unjuk rasa selama ini tak kekurangan akal untuk membentengi diri dari serangan polisi. Di beberapa kesempatan, mereka memakai payung untuk melindungi diri dari tembakan gas air mata. Di kesempatan lain, mereka menggunakan kode tertentu ketika mendistribusikan air atau masker wajah kepada demonstran lain di garis depan yang bentrok dengan polisi.

Pada Minggu kemarin, video yang menunjukkan beberapa peserta mengakali tembakan gas air mata viral di media sosial. Dalam video tersebut tampak beberapa tabung gas air mata ditembakkan oleh polisi di jalanan. Untuk mengurangi efeknya terhadap demonstran atau warga sipil di sekitar, mereka langsung menutupnya dengan kerucut jalan.

4. Polisi menangkap lebih dari 40 orang

Protes di Hong Kong Diwarnai Kekerasan, Beijing Buka Suara Siang IniANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Sementara itu, dilansir dari Reuters, polisi menangkap setidaknya 49 peserta demonstrasi yang melakukan aksi mereka kemarin. Penangkapan ini berkaitan dengan unjuk rasa tanpa izin serta kepemilikan senjata yang dinilai bisa melukai warga sipil. 

Di saat bersamaan, para aktivis mengunggah foto dan video yang memungkinkan netizen melihat apa yang terjadi di lokasi protes. Serangan polisi menyebabkan beberapa demonstran terluka hingga darah mereka berceceran.

Salah satu tokoh demonstrasi, Joshua Wong, mengungkap melalui Twitter bahwa polisi menembakkan 10 tabung gas air mata dalam waktu satu menit. "Kami hampir tak bisa bernafas dan kehilangan kesadaran," tulis Wong.

5. Protes tak lagi hanya fokus kepada RUU Ekstradisi

Protes di Hong Kong Diwarnai Kekerasan, Beijing Buka Suara Siang IniANTARA FOTO/REUTERS/Edgar Su

Demonstrasi besar-besaran di Hong Kong berawal pada awal Juni lalu ketika pemerintah mengajukan pembahasan Rancangan Undang-undang (RUU) Ekstradisi. Jika ini lolos, orang-orang yang dinilai melakukan tindak kejahatan berpotensi diekstradisi ke Tiongkok dan diadili di bawah sistem peradilan Partai Komunis yang selama ini tak memiliki rekam jejak soal transparansi.

Pemimpin Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, sempat bersikeras dengan posisinya. Setelah protes tak berhenti selama beberapa hari, ia akhirnya mengumumkan RUU itu sudah mati. Ini tak membuat massa puas. Ratusan ribu orang kembali turun ke jalan dengan tuntutan agar Lam mundur. Selain itu, mereka juga menuntut demokrasi di Hong Kong.

Dalam beberapa hari terakhir, demonstran meminta pemerintah menyelidiki aksi brutal polisi saat menanggapi unjuk rasa. Salah satu pemicunya adalah kecurigaan terhadap aparat keamanan yang memanfaatkan kelompok preman bertopeng untuk menyerang demonstran di sebuah stasiun.

Baca Juga: Pemerintah Tiongkok Serang Balik Demonstran Hong Kong

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya