Protes Rompi Kuning Berakhir Rusuh, Monumen Bersejarah Prancis Dirusak

Ratusan ribu warga memprotes kenaikan harga BBM

Paris, IDN Times - Protes Rompi Kuning di Prancis mencapai puncaknya pada Sabtu (1/12). Ratusan ribu orang memenuhi ruas jalan ibu kota. Mereka menuntut penurunan harga bahan bakar.

Unjuk rasa ini berakhir dengan kerusuhan yang tak hanya mengakibatkan korban luka, tapi juga menyebabkan kerusakan pada monumen bersejarah.

1. Sejumlah fasilitas publik dirusak

Protes Rompi Kuning Berakhir Rusuh, Monumen Bersejarah Prancis DirusakANTARA FOTO/REUTERS/Benoit Tessier

Dikutip dari Le Monde, Menteri Dalam Negeri Prancis mengestimasi ada sekitar 136ribu orang turun ke jalan pada minggu kemarin. Polisi huru-hara pun diterjunkan untuk mengamankan demonstrasi yang dimulai sejak pagi.

Sejumlah mobil dibakar para demonstran, beberapa bangunan juga dicoret-coret dengan cat semprot. Polisi pun menyemprotkan water cannon ke arah mereka untuk membubarkan massa yang ternyata tidak menyerah.

Baca Juga: Rakyat Tak Puas, Popularitas Presiden Prancis Terjun Bebas

2. Sejauh ini sudah ada tiga korban jiwa akibat demonstrasi Rompi Kuning

Protes Rompi Kuning Berakhir Rusuh, Monumen Bersejarah Prancis DirusakANTARA FOTO/REUTERS/Stephane Mahe

Situasi mulai memanas tepat sebelum pukul 09.00 pagi. Seperti dilaporkan Euronews, sekitar 1.500 peserta protes mulai membongkar paksa trotoar yang terbuat dari batu, kemudian melemparkannya ke petugas kepolisian. Sebanyak 412 orang ditahan dan 133 lainnya terluka, termasuk 23 penegak hukum.

Kementerian Dalam Negeri juga melaporkan dinas pemadam kebakaran Paris harus memadamkan api di 190 titik, termasuk enam bangunan yang sengaja dibakar. Selama protes Rompi Kuning berlangsung dalam tiga minggu terakhir, ada tiga korban jiwa dan rausan orang yang terluka.

3. Macron menilai tak ada alasan yang bisa mendasari terjadinya kerusuhan

Protes Rompi Kuning Berakhir Rusuh, Monumen Bersejarah Prancis DirusakANTARA FOTO/REUTERS/Benoit Tessier

Ketika kerusuhan terjadi, Macron sedang berada di Buenos Aires, Argentina, untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G20. Ia sempat melakukan konferensi pers untuk merespons kondisi di negaranya. "Aku takkan pernah menerima kekerasan," ujar presiden berusia 40 tahun tersebut.

"Tak ada alasan yang menjustifikasi otoritas diserang, usaha dihancurkan, pejalan kaki atau wartawan diancam atau Arc du Triomphe dirusak," lanjutnya, merujuk kepada sebuah monumen bersejarah di Paris yang dijadikan target vandalisme oleh sebagian demonstran. France24 melaporkan patung Marianne yang merupakan simbol republik telah hancur.

4. Ia bertemu dengan anggota kabinet untuk membicarakan respons berikutnya, termasuk menerjunkan pasukan keamanan

Protes Rompi Kuning Berakhir Rusuh, Monumen Bersejarah Prancis DirusakANTARA FOTO/REUTERS/Benoit Tessier

Macron kembali mendarat di Paris pada Minggu (2/12) dan langsung meninjau titik-titik yang mengalami kerusakan parah. Salah satu tempat yang didatanginya adalah Arc du Triomphe. Setelahnya, ia bertemu dengan sejumlah anggota kabinet untuk membicarakan respons terhadap situasi ini dan mengantisipasi kerusuhan selanjutnya.

Media sempat melaporkan bahwa Macron mempertimbangkan deklarasi situasi darurat di mana akan ada jam malam yang berlaku untuk warga. Namun, informasi itu dibantah oleh pemerintah. Meski belum ada langkah spesifik yang diambil, tapi mengumumkan bahwa Prancis berada dalam kondisi genting belum menjadi pilihan.

5. Demonstran menuntut penurunan harga bahan bakar yang berpengaruh terhadap kebutuhan pokok

Protes Rompi Kuning Berakhir Rusuh, Monumen Bersejarah Prancis DirusakANTARA FOTO/REUTERS/Jean-Paul Pelissier

Protes dipicu oleh keputusan Macron menaikkan harga bahan bakar pada awal 2019 lalu. Para demonstran yang memakai rompi kuning dan memblokade jalan-jalan di seluruh Prancis itu menuding Macron tidak sensitif pada realita warga sehari-hari. Sedangkan Macron yakin dengan menaikkan harga, maka para pemilik kendaraan di Prancis akan lebih ramah lingkungan. 

Para pakar mengatakan kesalahan tidak sepenuhnya berada di tangan Macron yang ingin menunjukkan program-program visionernya. Mereka menyebut Macron memimpin di masa depan. Namun, konsekuensinya adalah ia tak bisa melihat apa masalah sesungguhnya yang terjadi Prancis. 

Tidak hanya angka pengangguran yang tinggi, pertumbuhan ekonomi Prancis yang masih lamban sebesar 1,7 persen juga jadi hambatan. Mayoritas masyarakat menilai kebijakan-kebijakan Macron yang berorientasi pada perang melawan perubahan iklim dan ambisi menjadikan Prancis sebagai negara visioner justru membuat mereka ditinggalkan. Ini berdampak pada anjloknya popularitas Macron hingga 25 persen pada November kemarin.

Baca Juga: Emmanuel Macron, "Anak Baru" yang Terpilih sebagai Presiden Prancis

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya