Putin Klaim Rusia Tangani COVID-19 Lebih Baik daripada Amerika Serikat

Jumlah kasus COVID-19 di Rusia sendiri masih diperdebatkan

Moscow, IDN Times - Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim Rusia menangani pandemik COVID-19 secara lebih baik dibandingkan Amerika Serikat. Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam siaran nasional di stasiun TV pemerintah pada Minggu (14/6).

Amerika Serikat menjadi negara dengan laporan kasus COVID-19 terbanyak di dunia saat ini, dengan lebih dari dua juta kasus dan 115.000 kematian. Sedangkan Rusia berada di urutan ketiga dengan lebih dari 528.000 kasus dan 6.938 kematian. 

1. Putin berpendapat politik di Amerika Serikat menjadi penghalang

Putin Klaim Rusia Tangani COVID-19 Lebih Baik daripada Amerika SerikatPresiden Rusia Vladimir Putin melakukan panggilan video dengan Perdana Menteri Mikhail Mishustin di kediaman resmi Novo-Ogaryovo, Rusia, pada 2 Juni 2020. ANTARA FOTO/Sputnik/Alexei Nikolsky/Kremlin via REUTERS

Menurut Putin, yang menjadi penyebab Amerika Serikat tidak maksimal dalam menangani krisis kesehatan masyarakat saat ini adalah politik negara itu sendiri. "Kami bekerja cukup mulus dan keluar dari situasi dengan virus corona ini secara percaya diri dan dengan korban jiwa minimal," kata dia, seperti dikutip Reuters. "Namun, di Amerika [Serikat] ini tidak terjadi."

Di Rusia, lanjut Putin, pemerintah di level federal dan regional bekerja sebagai satu tim tanpa silang pendapat seperti yang terlihat di Amerika Serikat. Wajar saja mengingat Rusia tergolong sebagai negara dengan sistem politik yang saat ini cukup berpusat pada Putin sebagai pembuat keputusan.

"Saya tak bisa bayangkan seseorang di pemerintahan atau daerah [di Rusia] berkata kita takkan melakukan apa yang pemerintah atau presiden katakan. Menurut saya, masalahnya [di Amerika Serikat] adalah kelompok, dalam kasus ini kepentingan partai, berada di atas kepentingan masyarakat secara keseluruhan, di atas kepentingan penduduk."

Baca Juga: [UPDATE] Kasus Baru Positif COVID-19 di Rusia Per Hari Tembus 8.855

2. Jumlah kasus dan kematian akibat COVID-19 di Rusia masih diperdebatkan

Putin Klaim Rusia Tangani COVID-19 Lebih Baik daripada Amerika SerikatSuasana pemakaman jenazah pasien COVID-19 di Saint Petersburg, Rusia, pada 5 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Anton Vaganov

Ketika banyak pemerintah di dunia mulai berjuang menghadapi pandemik yang semakin melonjak pada Februari, Rusia melaporkan kasus dan kematian yang relatif lebih sedikit dibandingkan negara-negara lain di Eropa. 

Belakangan, jumlah kasus mulai melonjak di negara bekas Uni Soviet itu, pemerintah Rusia pun dituding menyembunyikan angka kasus sesungguhnya. Tudingan paling keras muncul dari media-media di Amerika Serikat, salah satunya The New York Times.

Dalam pemberitaan pada Mei lalu, media itu mengutip data kematian yang dikeluarkan pemerintah Rusia. Walau pemerintah menyatakan penyebab kematian tidak hanya COVID-19, tapi analisis yang muncul adalah kematian karena SARS-CoV-2 sejatinya lebih tinggi dari yang diumumkan.

Data itu mengungkap kematian di Moscow pada April, lebih dari 1.700 kematian, lima kali lebih banyak dibandingkan dengan periode yang sama selama lima tahun terakhir. Angka itu jauh lebih tinggi daripada jumlah kematian resmi akibat COVID-19 yang dikeluarkan pemerintah yaitu 642.

The New York Times menyebutnya "suatu indikasi pengurangan laporan yang signifikan oleh otoritas [Rusia]". 

Kemudian, pada awal Juni lalu, Reuters mengutip data "kematian karena semua penyebab" yang dirilis oleh pemerintah kota St. Petersburg. Salah satu penyebabnya adalah COVID-19. Kota terbesar kedua di Rusia itu mencatatkan lebih dari 1.400 kematian pada bulan Mei.

Sama seperti laporan The New York Times, angka itu juga menunjukkan jumlah kematian di atas rata-rata untuk periode yang sama sepanjang lima tahun terakhir. Peningkatannya pun mencapai hampir 30 persen.

ABC News melansir kata pakar yang menduga ini memperlihatkan "kemungkinan adanya ratusan kematian akibat virus corona lebih banyak dibandingkan yang dicatat secara resmi" oleh pemerintah kota yaitu 171 jiwa.

3. Sejumlah tempat hiburan dan restoran di New York City jadi sorotan karena warga gagal terapkan jaga jarak

Putin Klaim Rusia Tangani COVID-19 Lebih Baik daripada Amerika SerikatSuasana di sebuah bar di East Village, New York City, Amerika Serikat, saat pandemik COVID-19 pada 12 Juni 2020. Foto diambil tanggal 12 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Jeenah Moon

Sementara itu, Amerika Serikat melihat sulitnya menerapkan pedoman kesehatan karena banyak sekali warga yang melanggarnya tanpa alasan darurat. Menjelang akhir pekan hingga Minggu, banyak laporan tentang ramainya tempat-tempat hiburan di New York City di mana para pengunjung gagal melakukan jaga jarak--bahkan mayoritas tidak memakai masker.

Ini terjadi seiring dengan pelonggaran aturan yang diberlakukan oleh pemerintah negara bagian New York. Seperti dilaporkan New York Daily, Gubernur New York Andrew Cuomo mengungkap pihaknya menerima 25.000 keluhan dari warga karena kafe, bar dan restoran mengizinkan konsumen makan di tempat secara bergerombol, termasuk minum-minum di trotoar.

Dua area "paling melanggar" adalah Manhattan dan Hamptons. "Saya peringatkan hari ini dengan cara baik-baik: konsekuensi dari tindakan Anda," kata Cuomo. Ia mengancam pemilik usaha bisa kehilangan izin menjual alkohol jika melanggar protokol jaga jarak. "Saya takkan menutup mata," tegasnya.

Baca Juga: 84 Pelanggan Salon di Amerika Serikat Tertular COVID-19 Tukang Cukur

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya