Rusia Mengaku Tidak Mungkin Kembali Bergabung dengan G7/G8

Rusia didepak dari G7/G8 pada usai aneksasi Krimea

Moscow, IDN Times - Pemerintah Rusia mengatakan bahwa negaranya "tidak mungkin" untuk kembali menjadi anggota G7/G8. Ini disampaikan Moscow pada Senin (26/8) usai negara-negara G7 membuat tajuk utama di sejumlah media terkait apakah ingin mengundang Rusia lagi.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, membuat usulan tersebut pada tahun lalu. Usulan ini menjadi topik hangat ketika Jerman, Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Kanada dan Prancis melakukan pertemuan tahunan sejak Sabtu (24/8) hingga Senin (26/8).

1. Rusia mengatakan G7/G8 bukan tujuan

Rusia Mengaku Tidak Mungkin Kembali Bergabung dengan G7/G8Presiden Rusia Vladimir Putin mendengarkan pemimpin Krimea Sergei Aksyonov saat keduanya bertemu di Simferopol, Krimea. ANTARA FOTO/Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin via REUTERS

Dalam sebuah konferensi pers dengan para reporter, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan Rusia tidak bisa bergabung lagi dengan G7/G8 atas undangan dari "satu negara saja".

Ini karena semua keputusan dalam kelompok tersebut dibuat berdasarkan konsensus. "Bagi Rusia, keanggotaan di G7 atau kembali ke G7 bukanlah sebuah tujuan tersendiri," ujar Peskov, seperti dilansir dari Reuters.

2. Rusia pernah bergabung dengan G7/G8

Rusia Mengaku Tidak Mungkin Kembali Bergabung dengan G7/G8Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri sebuah wawancara. ANTARA FOTO/Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin via REUTERS

Keberadaan G7 tidak bisa dilepaskan dari konteks hubungan internasional yang terjadi sepanjang perkembangannya. Karena ini para kepala pemerintahan menolak menjadikan KTT G7 sebagai forum yang kaku.

Dan ini juga yang menjadikan penambahan anggota mungkin terjadi seperti usai Perang Dingin, tepatnya di KTT G7 di Birmingham pada 1998, ketika Rusia bergabung. Keikutsertaan Rusia sendiri tidak terlalu mudah.

Sejak masih berbentuk Uni Soviet, Mikhail Gorbachev sudah mengungkapkan keinginan untuk masuk ke lingkaran inti dari G7. Gorbachev juga beberapa kali bertemu dengan para pemimpin G7, meskipun ini terjadi di luar KTT.

Baru saat KTT G7 pada 1994 lah Rusia diundang sebagai mitra penuh, walau tidak semua negara anggota menyambutnya dengan positif. Empat tahun kemudian, sentimen yang sama masih terasa.

Apalagi muncul banyak pertanyaan sejak awal tentang situasi ekonomi dan politik di negara itu yang cukup mengkhawatirkan sehingga ada skeptisisme apakah Moscow bisa berkontribusi terhadap G8. Belum lagi tonggak demokrasi di Rusia belum sekuat anggota lainnya.

Baca Juga: Ini Alasan Rusia Didepak dari KTT G7/G8

3. Russia didepak dari G8 setelah menganeksasi Krimea

Rusia Mengaku Tidak Mungkin Kembali Bergabung dengan G7/G8Pertemuan G7 di Biarritz, Prancis, pada 24-26 Agustus 2019. ANTARA FOTO/Andrew Harnik/Pool via REUTERS

Rusia memang volatil. Kredensial sebagai negara demokratis dengan perekonomian pasar yang diperoleh melalui G8 rupanya tidak bertahan lama. Pada Maret 2014, sertifikat itu ditangguhkan setelah Vladimir Putin memerintahkan aneksasi Krimea. Tiga tahun setelahnya, Moscow mengumumkan pengunduran diri secara permanen.

Krimea awalnya menjadi bagian dari Uni Soviet. Pasca Perang Dingin, kawasan itu masuk ke dalam teritori Ukraina yang baru merdeka. Cara yang dipakai Putin untuk mengambil paksa Krimea adalah dengan mendukung pemberontak-pemberontak pro-Rusia di sana.

Maret lalu, Putin bahkan merayakan lima tahun aneksasi Krimea dengan hadir di peluncuran pembangkit listrik baru di sana. Ukraina sendiri telah memutus pasokan energi ke Krimea usai wilayah itu diambil oleh Rusia. G8 kembali menjadi G7.

Amerika Serikat, dan kemudian Uni Eropa yang berpartisipasi dalam KTT G7, menjatuhkan sanksi kepada Rusia sebagai konsekuensi dari keterlibatan Rusia dalam konflik Ukraina. Menurut data PBB, sebanyak kurang lebih 13.000 warga sipil terbunuh dalam peristiwa tersebut.

4. Hanya Italia yang mendukung usulan Trump agar Rusia diundang kembali

Rusia Mengaku Tidak Mungkin Kembali Bergabung dengan G7/G8Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbincang dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe setelah pertemuan bilateral disela KTT G7 di Prancis pada 24-26 Agustus 2019. ANTARA FOTO/Neil Hall/Pool via REUTERS

Dengan Krimea yang masih berstatus di bawah kontrol Rusia, Presiden Dewan Uni Eropa menegaskan pihaknya menolak usulan Trump. "Setahun lalu, di Kanada, Presiden Trump menawarkan untuk mengundang Rusia kembali ke G7, menyebut secara terbuka bahwa aneksasi Krimea oleh Rusia sebagian bisa dibenarkan," kata Donald Tusk, dilansir dari Reuters.

"Dalam kondisi apa pun, kami tidak bisa menyetujui logika ini," tambahnya. "Ketika Rusia dulu diundang ke G7 untuk pertama kali, negara itu diyakini bisa menempuh jalur demokrasi liberal, penegakan hukum dan HAM penuh. Apa ada di antara kita sekarang, yang bisa mengatakan dengan penuh keyakinan, bukan perhitungan bisnis, bahwa Rusia ada di jalur itu?"

Sebelumnya, Jerman, Prancis dan Inggris juga menolak usulan Trump itu. Dikutip dari The Guardian, Jepang, melalui Perdana Menteri Shinzo Abe, menyatakan sikap netral. Sementara itu, hanya Perdana Menteri Giuseppe Conte dari Italia yang mengungkapkan dukungan terhadap usulan Trump.

Baca Juga: Lima Momen Paling Diingat Selama KTT G7 di Prancis

Topik:

Berita Terkini Lainnya