Samira Gutoc, Caleg Perempuan Muslim Satu-satunya di Pemilu Filipina
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Manila, IDN Times - Ada satu hal yang berbeda dalam Pemilu Sela Filipina pada Senin (13/5). Perbedaan itu terwujud dalam seorang kandidat bernama Samira Gutoc. Bukan saja namanya yang terdengar bukan seperti nama orang Filipina, tapi juga penampilan dan latar belakangnya.
Samira adalah satu-satunya kandidat Senat yang beragama Islam dan memakai jilbab. Ini membuatnya terlihat mencolok sebab sebanyak 92 persen populasi Filipina adalah pemeluk Katolik. Ia juga adalah kandidat dari pihak oposisi yang kerap vokal mengkritik Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
1. Ia merupakan satu-satunya perempuan di koalisi oposisi
Samira, 44 tahun, adalah satu-satunya perempuan dari delapan orang anggota koalisi partai oposisi bernama Otso Diretso yang mencalonkan diri sebagai calon Senator. Perempuan yang lahir di Provinsi Lanao del Sur tersebut mengatakan bahwa alasannya menjadi kandidat parlemen adalah untuk mengakhiri ketiadaan Muslim di Senat yang telah berlangsung selama 20 tahun.
Ini tentu bukan proses yang mudah dilalui. Tujuannya pun belum tentu mulus untuk dicapai. Ini karena untuk duduk di Senat, seorang kandidat harus mencalonkan diri secara nasional. Artinya, Samira wajib mendapatkan dukungan sebanyak mungkin pemilih yang mayoritas bukan Muslim.
2. Samira punya latar belakang sebagai aktivis perempuan
Salah satu modal yang dipakai Samira adalah profesinya sebagai aktivis hak-hak perempuan. Ia pun tak ragu mengkritik Duterte ketika laki-laki tersebut mengeluarkan pernyataan merendahkan kepada Wali Kota Garcia Hernandez bernama Tita Baja-Gallantes.
Seperti dilaporkan Inquirer.net, ketika berkunjung ke kota itu pada minggu lalu, Duterte yang tahu bahwa Baja-Gallantes sudah bercerai memintanya untuk “melarikan diri” bersamanya. “Anda sangat cantik. Kalau saya jadi suami Anda, mana mungkin saya mau berpisah? Saya akan memegangi celana dalam Anda jika Anda coba pergi,” kata Duterte.
Gutoc pun mengeluarkan respons. “Saya berharap Presiden belajar menghormati perempuan selama sisa masa jabatannya dan memperbaiki apapun tingkahnya yang tak sesuai adab, humor perkosaan dan menghinanya masih membekas di dalam pikiran nasional dan kolektif kita. Ini benar-benar harapan saya jelang Hari Ibu Internasional agar dia sadar nilai perempuan di masyarakat kita.”
3. Agama diyakini tak menjadi halangan bagi Samira
Editor’s picks
Meski minoritas, tapi media Filipina melaporkan bahwa selama ini Samira tak pernah menemukan kepercayaannya sebagai halangan dalam berkampanye. Apalagi Duterte, seorang yang lahir dan dibesarkan sebagai Katolik, beberapa kali menyerang gereja ketika mendapatkan kritikan mengenai kebijakan yang diambilnya.
Bahkan, koalisi Samira disebut menggunakan statusnya sebagai minoritas—perempuan dan Muslim—sebagai modal meraup suara. Hanya saja, sejumlah kepala desa pernah dilaporkan tidak bersedia menerima kehadirannya. Dilansir dari Rappler, ia menduga ini karena mereka takut kepada Duterte.
“Ada perluasan kekuasaan berlebihan ketika pemerintah lokal takut menerima Otso Diretso di lokasi-lokasi mereka. Diamnya publik juga berarti ada perluasan kekuasaan berlebihan dari eksekutif kita, sang Presiden,” ucapnya.
4. Kondisi Marawi menjadi salah satu motivasi terbesarnya
Modal lain yang digunakannya adalah situasi terkini di Marawi. Provinsi Lanao del Sur berlokasi di Mindanao yang mayoritas adalah Muslim. Marawi merupakan ibukotanya.
Seperti diketahui, setelah porak-poranda karena Pertempuran Marawi pada 2017 yang melibatkan kelompok teroris seperti Abu Sayyaf yang berafiliasi dengan ISIS dengan militer pemerintah Filipina, kota itu seperti tak lagi bernyawa.
Gutoc pernah menjadi sukarelawan untuk menyelamatkan penduduk sipil yang terjebak di sana. Ia sendiri kini tak bisa lagi mengunjungi Marawi dengan mudah karena akses tertutup.
“Ini adalah satu motivasi yang mendorong saya untuk berada di hadapan publik, karena saya ingin berbicara soal kesusahan mereka. Dan juga kesusahan siapapun yang mencoba mencari sebuah rumah dan tempat perlindungan serta keamanan.”
5. Samira mengecam rencana Duterte soal rehabilitasi Marawi
Sementara itu, Duterte sendiri belum mengeluarkan kebijakan tegas tentang rehabilitasi Marawi yang sudah hancur lebur. Ia sempat menyinggung kemungkinan menyerahkan nasib Marawi ke tangan para pengusaha kaya dan berpengaruh.
Menurut Samira, rencana seperti itu menunjukkan pemerintah tak serius membantu rakyatnya sendiri. “Ini adalah alasan malas-malasan untuk upaya malas-malasan yang diberikan pemerintahan ini untuk merehabilitasi Marawi,” kata Gutoc.
“Ini membuat saya patah hati ketika mendengar kata-kata Presiden bahwa dia benar-benar tak berniat mendanai rehabilitasi Marawi yang sudah sangat terlambat dan begitu dinanti, dua tahun usai ia memerintahkan untuk menjatuhkan bom-bom di kota tercinta saya tanpa bertanya dulu kepada warga yang tinggal di sana."
Baca Juga: Duterte: Dosaku Hanya Soal Pembunuhan Ekstra Yudisial