"Saya Buru Orang Korea": Kedubes Korsel di Jepang Terima Surat Ancaman

Dalam surat itu juga ada sebuah peluru

Tokyo, IDN Times - Sebuah surat berisi ancaman dikirim orang tak dikenal ke Kedutaan Besar Korea Selatan di Tokyo, Jepang. Media setempat, Kyodo, melaporkan pada Selasa (3/9) bahwa penulis surat mengancam akan memburu warga Korea Selatan. Bahkan, di dalamnya juga terdapat sebuah peluru.

Hubungan Korea Selatan dan Jepang memang tidak begitu solid. Ini dipengaruhi oleh penjajahan Kekaisaran Jepang di Semenanjung Korea pada 1910 hingga 1945. Baru-baru ini, sentimen anti-Jepang di Korea Selatan juga tersulut lagi setelah Jepang membatasi ekspor perangkat teknologi ke negara tersebut.

1. Penulis surat mengaku memiliki senjata api

Saya Buru Orang Korea: Kedubes Korsel di Jepang Terima Surat AncamanSeorang pria mengikuti reli anti Jepang di Seoul, Korea Selatan, pada 24 Agustus 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji

Menurut kantor berita Kyodo, surat dikirimkan ke Kedutaaan Besar Korea Selatan pada minggu lalu. "Saya punya sebuah senjata api dan saya sedang memburu warga Korea," tulis orang tak dikenal tersebut.

Dilansir dari Reuters, kepolisian sendiri mengatakan sedang menyelidiki kasus ini, akan tetapi menolak untuk berkomentar. Staf di Kedubes Korea Selatan membenarkan adanya surat tersebut tapi juga tidak bersedia untuk memberikan informasi lebih detil.

2. Korea Selatan menuntut ganti rugi Jepang

Saya Buru Orang Korea: Kedubes Korsel di Jepang Terima Surat AncamanSejumlah pria memakai seragam militer kekaisaran Jepang di Kuil Yasukuni, Tokyo, Jepang, saat peringatan berakhirnya Perang Dunia II pada 15 Agustus 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Menurut Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, Jepang memutuskan untuk membatasi ekspor perangkat yang dipakai untuk membuat smartphone itu untuk balas dendam. Ini karena pengadilan Korea Selatan menuntut perusahaan-perusahaan Jepang memberikan ganti rugi terhadap para pekerja paksa.

Tenaga kerja paksa, atau yang dikenal di Indonesia sebagai romusha, menjadi salah satu ciri penjajahan Jepang di berbagai wilayah Asia, tak terkecuali di Semenanjung Korea, selama sebelum Perang Dunia I hingga Perang Dunia II berakhir.

Baca Juga: Peringatan Perang Dunia II: Kaisar Naruhito Ungkap Penyesalan

3. Tokyo bersikeras alasannya adalah ketidakmampuan Seoul dalam manajemen barang-barang kimia

Saya Buru Orang Korea: Kedubes Korsel di Jepang Terima Surat AncamanWarga Korea Selatan membawa potret korban meninggal akibat kerja paksa selama penjajahan Jepang di Seoul pada 15 Agustus 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji

Menurut Jepang, masalah ganti rugi itu sudah selesai melalui perjanjian pada 1965 antara kedua negara. Seoul menerima US$800 juta dari Jepang dalam bentuk bantuan dan pinjaman ekonomi.

South China Morning Post melaporkan Tokyo menggunakan alasan lain sebagai penyebab pembatasan ekspor tersebut. Pemerintah Jepang beranggapan manajemen Seoul tidak baik dalam mengelola ekspor bahan-bahan kimia sensitif termasuk hydrogen fluoride yang berpotensi digunakan Korea Utara untuk membuat senjata.

4. Samsung bergantung kepada pasokan produk dari Jepang

Saya Buru Orang Korea: Kedubes Korsel di Jepang Terima Surat AncamanPasangan mengikuti reli anti Jepang di Seoul, pada 24 Agustus 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji

Raksasa teknologi Korea Selatan seperti Samsung terkena dampak kebijakan dagang itu karena perusahaan tersebut sangat bergantung kepada sejumlah perangkat Jepang. Troy Stangarone dari Institute Ekonomi Korea di Washington menilai Jepang sedang memanfaatkan faktor interdependensi ekonomi untuk merugikan negara tersebut.

Akan tetapi, Japan Times mengutip pernyataan pemerintah di Tokyo bahwa efek dari pembatasan ekspor oleh Jepang terhadap Korea Selatan sejauh ini masih terbatas. Samsung sendiri dikabarkan mencari alternatif penyuplai lainnya seperti Tiongkok dan Taiwan.

5. Perseteruan dua negara berdampak ke sektor budaya dan hiburan

Saya Buru Orang Korea: Kedubes Korsel di Jepang Terima Surat AncamanPara Menteri Luar Negeri dari Korea Selatan, Tiongkok dan Jepang saat melakukan konferensi pers trilateral di Beijing pada 21 Agustus 2019. ANTARA FOTO/Wu Hong/Pool via REUTERS

Tak hanya di perdagangan, perseteruan antara Jepang dan Korea Selatan merembet ke sektor budaya dan hiburan. Dikutip dari Reuters, sebuah ekshibisi seni membatalkan pameran patung karya seniman Korea yang merepresentasikan para perempuan sedang dipaksa melayani hasrat seksual tentara Jepang selama Perang Dunia II.

Kemudian, tabloid Jepang, Shukan Post, mempublikasikan laporan khusus dengan tajuk "Kami Tidak Butuh Korea" yang menimbulkan rasa amarah serta melahirkan tudingan bahwa media itu sedang menyebarluaskan ujaran kebencian. Shukan Post sendiri meminta maaf kemarin.

Baca Juga: Jepang dan Korsel Dijadikan Acuan untuk UKM di Indonesia

Topik:

Berita Terkini Lainnya