Seksisme dan Voyeurisme Mendalam di Korea Selatan

9 dari 10 perempuan menilai Korea Selatan negara seksis

Seoul, IDN Times - Kepolisian Korea Selatan menangkap empat laki-laki dengan tuduhan merekam sebanyak 800 pasangan secara diam-diam. Keempatnya diduga memasang kamera pengintai berlensa 1mm di beberapa titik seperti hair dryer dan colokan listrik di lebih dari 40 kamar hotel yang berlokasi di beberapa kota di Korea Selatan.

Kasus ini merupakan tamparan terbaru terhadap masyarakat setempat, terutama para perempuan, setelah terungkapnya dugaan skandal video seks dan prostitusi yang menyeret nama artis K-Pop Seungri dari grup Big Bang dan penyanyi Jung Joon-young.

1. Merekam perempuan diam-diam dikenal sebagai 'molka'

Seksisme dan Voyeurisme Mendalam di Korea Selatanunsplash.com/Adli Wahid

Apa yang dituduhkan kepada keempat laki-laki itu dikenal di Korea Selatan sebagai 'molka'. The Verge mendefinisikannya sebagai aksi merekam perempuan secara diam-diam di tempat umum seperti toilet dan kamar ganti, tapi kadang-kadang juga di rumah mereka sendiri.

Apa yang direkam kemudian ditayangkan secara langsung di sebuah situs internet. The Korea Times menyebut situs milik keempat laki-laki itu memiliki lebih dari 4.000 pelanggan. Bahkan tak sedikit yang bersedia membayar lebih dari Rp600 ribu agar bisa mengakses konten yang sudah melalui proses penyuntingan.

Baca Juga: Lebih dari 800 Pasangan Korea Selatan Direkam Diam-diam di Hotel

2. Ribuan kasus 'molka' dilaporkan ke kepolisian pada 2017

Seksisme dan Voyeurisme Mendalam di Korea Selatanunsplash.com/Steven Roe

Polisi menyebut bahwa keempat tersangka itu merekam dan menayangkan aktivitas personal para tamu hotel sejak 24 November 2018 hingga 3 Maret 2019. Keempatnya mampu mengantongi lebih dari Rp87 juta dengan cara menjual video-video kepada pelanggan yang berminat.

Ini bukan kasus 'molka' pertama. Pada 2017 lalu, ada sebanyak 6.470 kasus yang dilaporkan ke kepolisian. Angka ini meroket jika dibandingkan pada 2012 di mana pihak berwajib menangani sebanyak 1.353 kasus.

3. Mayoritas pelaku adalah laki-laki, sedangkan sebagian besar korban merupakan perempuan

Seksisme dan Voyeurisme Mendalam di Korea Selatanunsplash.com/DK Song

Begitu banyaknya kasus 'molka' yang dilaporkan, tapi sangat sedikit yang benar-benar mendapatkan hukuman tegas dari polisi. Data yang dikutip BBC menunjukkan lebih dari 5.400 orang ditangkap pada 2017 karena merekam aktivitas pribadi orang lain secara diam-diam.

Sebanyak 95 persen pelakunya adalah laki-laki. Sedangkan polisi menyebut lebih dari 80 persen korban adalah perempuan. Tragisnya, kurang dari dua persen yang menerima hukuman penjara.

Lalu, muncullah satu kasus yang memantik amarah kaum hawa. Seorang perempuan ditangkap memotret lawan jenis diam-diam saat ia menjadi model telanjang di jurusan seni sebuah universitas pada Mei 2018 lalu.

4. 'Molka' menginsipirasi puluhan ribu perempuan melakukan aksi #MeToo

Seksisme dan Voyeurisme Mendalam di Korea Selatanunsplash.com/Shawn Ang

The Korea Herald melabeli perempuan tersebut dan komunitasnya sebagai pihak yang mendukung prasangka buruk dan sikap memusuhi laki-laki. Tak jarang juga warga Korea Selatan menyebut mereka sebagai feminis radikal.

Puluhan ribu perempuan Korea Selatan pun turun ke jalanan kota Seoul pada musim panas 2018 untuk melakukan gerakan #MeToo. Mereka tampak mengangkat plakat dan poster bertuliskan "hidupku bukan pornomu". Bagi mereka, polisi sangat cepat menangkap perempuan itu karena jenis kelaminnya.

Perempuan-perempuan itu pun menuntut agar polisi memberi hukuman tegas kepada pelaku 'molka' dan siapapun yang menonton videonya tidak peduli apakah dia laki-laki atau perempuan. Apa yang terjadi ini bahkan sampai ke Korea Utara dan membuat mereka bertanya, "Ada apa dengan laki-laki di Korea Selatan?"

5. Persoalannya bukan ada pada teknologi

Seksisme dan Voyeurisme Mendalam di Korea Selatanunsplash.com/Ciaran O'Brien

Polisi sendiri menginformasikan bahwa sebanyak 90 persen pelaku 'molka' merekam korban dengan smartphone. Apalagi, menurut CNET, koneksi internet di Korea Selatan adalah yang tercepat di dunia.

Mengetahui fakta ini, polisi sempat sampai membagi-bagikan stiker di pintu masuk sebuah kolam renang umum. Stiker itu diharapkan menyadarkan orang bahwa 'molka' adalah kejahatan serius.

Pada 2018, Freedom House memberikan Korea Selatan status 'bebas sebagian' untuk urusan kebebasan di internet. Bukan hanya karena gambar tubuh perempuan bisa sewaktu-waktu muncul di internet tanpa izin, tapi privasi mereka di media sosial juga menjadi taruhan.

Salah satu korbannya adalah seorang guru sekolah dasar di Seoul bernama Choi Hyeon-hui. Pada Juli 2017, ia melakukan wawancara yang dirilis dalam bentuk video. Ia berpendapat harus ada mata ajaran feminisme di sekolah. Tak lama setelahnya, ia jadi target pelecehan di internet.

Selanjutnya adalah kasus di mana seorang penulis junior di stasiun radio SBS yang dikeluarkan dari sebuah program. Ini terjadi usai para pendengar kaum adam menilai ia "tidak menyukai laki-laki". Tudingan ini muncul setelah ia mengikuti sebuah akun Instagram seseorang yang mengunggah beberapa komentar feminis.

6. Seksisme masih mengakar kuat di masyarakat Korea Selatan

Seksisme dan Voyeurisme Mendalam di Korea Selatanunsplash.com/Bundo Kim

Namun, persoalannya sepertinya bukan pada teknologi, melainkan seksisme yang sangat mengakar di masyarakat Korea Selatan. Berdasarkan survei Seoul Foundation of Women and Family terhadap 1.170 laki-laki dan perempuan Korea Selatan pada September 2018, sebesar 80 persen responden mengaku jadi korban seksisme seperti body shaming.

Sebanyak 90 persen responden adalah perempuan. Beberapa mengaku keluarga mereka kerap mengeluarkan komentar seperti "perempuan tak perlu pintar", "perempuan harus bugar, jangan makan terlalu banyak", atau "cepatlah menemukan pasangan karena laki-laki jarang mau dengan perempuan tua".

Laki-laki juga mendapat perlakuan mirip. Komentar yang mereka terima seperti "kamu laki-laki, jadi harus mampu membeli rumah untuk keluargamu" atau "kalau kamu laki-laki, kamu akan kuat mengangkat barang ringan ini". Hanya saja, seksisme lebih sering menimpa perempuan.

Menurut survei Womenlink pada 2017, sembilan dari 10 perempuan melihat Korea Selatan sebagai negara seksis. "Di semua tempat seperti sekolah dan rumah, mereka diacuhkan dan dihakimi berdasarkan penampilan fisik," tambah organisasi tersebut. Ini diperkuat laporan oleh World Economic Forum yang menempatkan Korea Selatan di peringkat 115 dari 149 negara untuk kesetaraan gender.

7. Apa yang menimpa korban 'molka' adalah produk seksisme bertemu voyeurisme

Seksisme dan Voyeurisme Mendalam di Korea Selatanunsplash.com/Kseniya Petukhova

Perspektif yang menempatkan perempuan hanya sebagai objek untuk memuaskan pandangan dan nafsu laki-laki diperparah dengan voyeurisme. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan voyeurisme sebagai dorongan untuk mencari kepuasan seksual dengan diam-diam melihat objek atau aktivitas seksual.

Presiden Moon Jae-in sendiri sampai mengakui bahwa 'molka' sudah menjadi "sebuah bagian dari kehidupan sehari-hari" di negaranya dan menginginkan adanya hukuman tegas. Menurut hitam di atas putih, mereka seharusnya didenda hingga Rp127 juta atau dihukum penjara maksimal lima tahun.

Namun, institusi peradilan yang didominasi oleh laki-laki dinilai tidak adil mengurus kasus ini. Wee Eun-jin, kepala komite hak perempuan di sebuah lembaga, mengatakan kepada The Guardian,"Banyak kasus di mana pelaku tidak ditindak sebab rekamannya hanya menunjukkan kaki atau payudara korban yang tertutup, dan hakim percaya ini takkan menyebabkan rasa malu."

"Para korban terus merasa ketakutan," lanjutnya. "Mereka harus mencari ke banyak situs untuk menemukan video yang menunjukkan alat kelamin mereka, menangkap layar, agar mereka bisa menunjukkannya kepada polisi. Ini memalukan."

Barangkali benar apa yang disarankan oleh jurnalis Korea Selatan Lee Suh-yoon. Dalam artikel di The Korea Times, Lee menuliskan,"Ledakan kejahatan yang berkaitan dengan gender yang terus berulang ini tak bisa dibebankan kepada kelemahan etika dari beberapa individu saja. Ini saatnya untuk menyalahkan masyarakat, kultur dan industri yang mengacuhkan dan mendukung perilaku-perilaku mengerikan itu."

Baca Juga: 10 Fakta Jung Joon Young Artis yang Terlibat Skandal Grup Chat Seungri

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya