Setiap Jam, Ada 1 Siswa India yang Bunuh Diri

Mereka diduga depresi karena ujian sekolah, masalah keluarga hingga patah hati.

New Delhi, IDN Times - Sebuah data resmi yang diterima oleh Kementerian Dalam Negeri India menunjukkan sesuatu yang menakutkan. Data itu menyebut setiap 24 jam ada 26 laporan bunuh diri yang dilakukan oleh siswa.

1. Per satu jam ada satu siswa yang mengakhiri hidupnya

Setiap Jam, Ada 1 Siswa India yang Bunuh DiriUnsplash.com/Volkan Olmez

Data tersebut melaporkan bahwa dalam kurun waktu 2014 hingga 2016, ada 26.476 siswa yang melakukan bunuh diri. Angka tertinggi tercatat terjadi pada 2016 di mana ada 9.474 siswa yang mengakhiri hidup mereka. Artinya, pada tahun tersebut, ada lebih dari satu siswa yang bunuh diri setiap jam.

Baca juga: Depresi, Ejekan, Kemudian Bunuh Diri

2. Kasus bunuh diri terbesar terjadi di dua negara bagian

Setiap Jam, Ada 1 Siswa India yang Bunuh DiriUnsplash.com/Lily Lvnatikk

Berdasarkan data tersebut, Biro Catatan Kriminal Nasional India tidak menyebutkan apa saja penyebab para siswa bunuh diri. Namun, kemudian ditemukan bahwa ribuan siswa melakukannya adalah karena gagal saat ujian. Jumlahnya mengerikan yaitu 2.403 pada 2014, 2.646 pada 2015, dan 2.413 siswa pada 2016.

Angka bunuh diri tertinggi, yakni 1.350 kasus, terjadi di Maharashtra pada 2016. Setelahnya adalah Bengal Barat yang mencatat ada 1.147 siswa yang bunuh diri. Dengan kata lain, mayoritas siswa yang bunuh diri tinggal di dua negara bagian tersebut pada 2016.

3. Gagal ujian hingga masalah keluarga dituding menjadi penyebabnya

Setiap Jam, Ada 1 Siswa India yang Bunuh DiriUnsplash.com/Alex Iby

Sejumlah faktor diduga menjadi penyebab mengapa ribuan siswa itu bunuh diri. Gagal ujian di sekolah, perceraian orangtua, hingga patah hati adalah tiga hal yang diyakini melatarbelakangi keputusan mereka untuk menyudahi hidup.

Sementara itu, ada juga yang menduga penyebabnya adalah masalah psikologis. Seorang sosiolog bernama Samata Deshmane, misalnya, berkata kepada Economic Times India bahwa sesuatu yang kompleks dan saling berkaitan sedang terjadi dan mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang.

"Masyarakat tengah bertransformasi, dan orang-orang merasa sulit untuk beradaptasi, baik terlihat jelas atau tidak. Salah satu definisi tertua spesies kita adalah bahwa manusia merupakan makhluk sosial, tapi hari ini kita kurang bersosialisasi dan lebih individualistik.

Selain kasta dan agama, yang juga menyatukan masyarakat pada level permukaan, orang-orang dipaksa untuk kompetitif dan hanya mengkhawatirkan diri sendiri, seringkali tak mempedulikan faktor pendukung lainnya," ujar Deshmane.

Direktur organisasi non-profit yang fokus pada urusan anak, Nagasimha G Rao, menambahkan bahwa para siswa tidak punya tempat untuk berkeluh kesah. Akhirnya, mereka memilih untuk memendam kegelisahan sendiri.

Rao berkata,"Siswa-siswa itu tak bisa mengatur stres mereka. Mereka juga tak punya tempat untuk mencurahkan pikiran baik di rumah maupun sekolah. Banyak yang berperang melawan krisis identitas. Tak yakin terhadap masa depan, mereka mulai mengisolasi diri sendiri dan akhirnya depresi."

Baca juga: Mengenal Aokigahara, "Hutan Bunuh Diri" di Jepang

Topik:

Berita Terkini Lainnya