Silo Rusak Akibat Ledakan, PBB Kirim 50.000 Ton Tepung ke Lebanon
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Badan PBB yang mengurusi bantuan pangan saat krisis kemanusiaan World Food Programme (WFP) akan mengirimkan sebanyak 50.000 ton tepung terigu ke Lebanon menyusul ledakan dahsyat yang meluluhlantakkan Beirut pada minggu lalu.
Pengiriman tepung itu penting sekali sebab satu-satunya silo atau tempat penyimpanan biji-bijian di Lebanon hancur lebur. Menurut laporan, seluruh stok ada di gudang tersebut musnah sehingga jika tanpa bantuan Lebanon akan berada dalam krisis pangan.
Reuters melaporkan cadangan tepung terigu yang ada saat ini di seluruh negeri diperkirakan hanya sanggup memenuhi kebutuhan sampai enam minggu mendatang.
1. Pengiriman pertama diharapkan sampai dalam waktu 10 hari
Lebanon menjadikan tepung terigu sebagai salah satu bahan makanan pokok masyarakat. Dalam sebulan, mereka bisa mengonsumsi antara 35.000 sampai 40.000 ton tepung. Namun, tragisnya, pemerintah justru tak punya cadangan biji-bijian strategis sebelum ledakan. Akibatnya, mereka terancam kelaparan.
Pengiriman bantuan pun dilakukan secara bertahap. WFP mengatakan pengiriman pertama sebanyak 17.500 ton akan tiba di Beirut dalam kurun waktu 10 hari mendatang. Jumlah itu diprediksi bisa digunakan untuk membuat roti selama satu bulan.
Baca Juga: Usai Ledakan Dahsyat Beirut, Pemerintah Lebanon Alami Krisis Politik
2. Tepung lebih efisien dibandingkan biji gandum
Hesham Hassanein, konsultan gandum yang berlokasi di Kairo, Mesir, mengatakan bahwa pengiriman tepung lebih efisien dibandingkan biji-bijian. Bukan hanya karena tidak ada silo berukuran besar untuk menyimpannya, tapi juga demi menghemat waktu mengingat gandum harus diolah lebih dulu sebelum jadi tepung.
Editor’s picks
"Tepung dibungkus dengan karung dan siap didistribusikan untuk membuat roti dibanding gandum yang perlu digiling lebih dulu," kata dia.
CEO pabrik penggilingan gandum Modern Mills of Lebanon di Beirut Bachar Boubess pernah mengatakan kepada Miller Magazine bahwa konsumsi tepung di negaranya sangat tinggi sampai mesin penggilingan perlu bekerja 24 jam untuk memenuhi permintaan pasar. Biji gandum sendiri sampai perlu diimpor.
"Lebanon memproduksi antara 40.000 sampai 50.000 ton gandum Durum per tahun yang cocok untuk produksi tepung semolina, dan mengonsumsi sekitar 400.000 ton tepung kasar dan halus per tahun," kata dia. "Jadi, kami bergantung pada impor gandum dari seluruh dunia, terutama dari Kanada dan Australia," imbuhnya.
3. Warga Lebanon takut kesulitan pangan selama ini akan semakin buruk setelah ledakan
Salah satu warga Beirut bernama Yasmina mengungkapkan kegelisahannya kepada Financial Times. "Orang-orang akan menderita, orang-orang akan kelaparan," kata dia. Daerah tempat tinggalnya pun hancur lebur akibat ledakan yang kini dilaporkan menewaskan setidaknya 160 orang dan diprediksi terus bertambah.
Situasi ini, menurutnya, akan semakin menyulut kemarahan masyarakat terhadap pemerintah. "Saya pikir akan ada kekerasan," ujarnya.
Demonstrasi pun masih berlanjut sejak akhir pekan kemarin di mana para pengunjuk rasa menyerbu gedung-gedung pemerintah. Perdana Menteri Hassan Diab pun mengundurkan diri karena desakan publik.
Harga makanan di Lebanon sendiri sudah meroket sejak sebelum ledakan terjadi. Pada Juni, misalnya, harganya bisa mencapai tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Persoalan lainnya adalah Pelabuhan Tripoli yang merupakan tempat terdekat bagi kapal-kapal bersandar hanya punya kapasitas separuh Pelabuhan Beirut.
Para investor dan pengusaha yang bertahun-tahun meminta izin untuk memperbaiki kondisi pelabuhan pun mengeluhkannya dan menuduh pemerintah memang tidak berniat untuk mengurus negara dengan baik.
Baca Juga: PM Lebanon Hassan Diab Undurkan Diri Setelah Ledakan Beirut