2 Staf di Markas WHO Positif Terinfeksi Virus Corona
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jenewa, IDN Times - Dua staf dari badan kesehatan dunia (WHO) dinyatakan positif terinfeksi virus corona baru atau COVID-19. Informasi ini diungkap oleh seorang pejabat WHO pada Selasa (17/3). WHO merupakan organisasi PBB yang bermarkas di Jenewa, Swiss, dan bertanggung jawab memimpin perang melawan COVID-19.
Dilansir Reuters, ini merupakan kasus pertama yang ada di badan WHO. Sebelumnya, satu kasus positif COVID-19 juga terjadi di organisasi perdagangan dunia (WTO) pada minggu lalu. Baik WHO maupun WTO berlokasi di markas PBB yang sama.
1. Keduanya memperlihatkan gejala setelah pulang dari kantor
Juru bicara WHO Christian Lindmeier menginformasikan kepada para jurnalis bahwa dua staf tersebut baru memperlihatkan gejala-gejala COVID-19 usai pulang dari kantor pada minggu lalu. "Staf itu meninggalkan kantor dan kemudian di rumah menunjukkan gejala-gejala dan dites dan terkonfirmasi positif COVID-19," kata Lindmeier.
"Oleh karena itu, kami memiliki dua kasus yang sudah dikonfirmasi," lanjutnya.
Lindmeier juga menambahkan, WHO telah melakukan tes kepada para karyawan lainnya yang berada di gedung itu. Hasilnya menunjukkan tidak ada kasus baru. Sejauh ini belum jelas apakah dua staf yang terinfeksi ikut dalam tim respons COVID-19.
Baca Juga: WHO: Lawan Virus Corona dengan Social Distancing Saja Tidak Cukup!
2. WHO melakukan konferensi pers online
Editor’s picks
Ada sekitar 2.400 staf dan konsultan yang bekerja di markas WHO di Jenewa. Sebagian besar kini memutuskan untuk bekerja dari rumah untuk mengurangi potensi penyebaran virus lebih luas mengingat transmisi COVID-19 yang sangat cepat. Para pejabat tinggi WHO pun sudah tidak lagi melakukan konferensi pers tatap muka dengan media.
Mereka sekarang menggunakan alternatif jumpa pers online melalui live streaming. Salah satunya adalah dengan menyiarkannya lewat Twitter dan Facebook. Pertemuan-pertemuan penting juga dilakukan lewat komunikasi telepon atau dengan bantuan internet.
3. Ada 2.700 kasus COVID-19 di Swiss dan sistem kesehatan nasional terancam ambruk
Sementara itu, hingga Rabu (18/3), pemerintah Swiss melaporkan ada total 2.700 kasus COVID-19. Dari jumlah itu, sebanyak 2.658 kasus masih aktif, 15 sudah sembuh dan 27 lainnya meninggal dunia. Membludaknya pasien COVID-19 yang harus ditangani membuat sistem kesehatan nasional di Swiss terancam kolaps.
Daniel Koch, Kepala Divisi Penyakit Menular di Kantor Federal Urusan Kesehatan Swiss, mengatakan jika tren ini berlangsung sampai akhir Maret, maka negaranya akan sulit untuk memberikan perawatan maksimal. Sekarang saja, tambah Koch, pemerintah sudah sulit mencatat jumlah kasus secara real time.
"Orang yang terinfeksi hari ini hanya akan menghubungi kami 10 hari dari sekarang," ucap Koch dalam konferensi pers pada Selasa (17/3) seperti dikutip Reuters. Ia merujuk kepada kemungkinan masa inkubasi virus corona. "Kita harus memastikan tingkat infeksi menurun hari ini, jika tidak, dalam 10 hari [rumah sakit di Swiss] takkan mampu mengatasinya."
Baca Juga: Pandemik Virus Corona, Baca Surat Pakar Virus untuk Anak-anaknya