Thailand Produksi Calon Vaksin COVID-19 dan Siap Lakukan Uji Coba

Thailand pilih tidak menanti vaksin produksi luar negeri

Jakarta, IDN Times - Thailand memutuskan untuk memproduksi kandidat vaksin COVID-19 sendiri, alih-alih menanti dan membeli dari luar negeri. Penelitian saat ini masih berlangsung dan harapannya uji coba pada manusia bisa dilakukan pada awal Oktober mendatang.

"Kami mempelajari suatu pelajaran yang sangat menyakitkan selama pandemik H1N1 yaitu saat pemerintah menandatangani perjanjian membeli vaksin, tapi kami tak mendapatkannya sampai wabah berakhir," ungkap Kepala Penelitian dan Pengembangan Vaksin di Universitas ChulalangkornKiat Ruxrungtham, seperti dikutip Bloomberg.

"Pandemik mengajarkan seluruh dunia untuk melakukan sesuatu yang berbeda," katanya lagi. 

Lalu, bagaimana perkembangan penemuan virus itu?

1. Tes vaksin telah dilakukan terhadap monyet dan menunjukkan hasil

Thailand Produksi Calon Vaksin COVID-19 dan Siap Lakukan Uji CobaKuil di taman Ancient City di Samut Prakan saat pandemik COVID-19 di Thailand, pada 25 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva

Kiat mengatakan timnya sudah melakukan tes kandidat vaksin kepada sejumlah monyet dan hasilnya menunjukkan munculnya antibodi di masing-masing tubuh binatang tersebut. Kemudian, mayoritas juga menghasilkan antibodi penetralisir yang berarti virus corona bisa dihambat agar tidak masuk atau merusak sel tubuh.

Dosis kedua sudah disuntikkan pada minggu ini. Kiat berharap ada hasil bagus yaitu lolos kriteria yang diperlukan untuk bisa melakukan uji coba terhadap manusia. Apabila kandidat vaksin mencapai tes klinis, ini akan jadi satu dari sedikit yang mampu dibuat oleh negara-negara berkembang.

Baca Juga: [LINIMASA] Perkembangan Terbaru Vaksin COVID-19 di Dunia

2. Kandidat vaksin akan diproduksi di Amerika Serikat dan Kanada, sebelum diambil alih oleh Thailand

Thailand Produksi Calon Vaksin COVID-19 dan Siap Lakukan Uji CobaSuasana makan siang di sebuah sekolah saat pandemik COVID-19 di Bangkok, Thailand, pada 23 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Athit Perawongmetha

Menurut Kiat, ia dan timnya berharap hasil tes terhadap binatang akan keluar dalam dua minggu mendatang. Begitu ini terjadi, mereka berencana memproduksi sekitar 10.000 dosis kandidat vaksin di San Diego (Amerika Serikat) dan Vancouver (Kanada), baru kemudian mengirimkannya ke Thailand untuk diuji coba kepada manusia.

Ada tiga tahapan uji coba kepada manusia, dan seandainya semua berhasil, maka vaksin akan diproduksi di Thailand. Ia juga menyebut tidak menutup kemungkinan akan ada distribusi ke beberapa negara tetangga atau yang memiliki tingkat perekonomian menengah ke bawah. 

"Jika kami mampu mengembangkan salah satu vaksin yang efektif dan memproduksinya secara lokal, artinya kami akan mampu melawan pandemik sendiri. Kuncinya ada di akses," kata Kiat.

3. Negara berkembang dan miskin tidak boleh ditinggalkan

Thailand Produksi Calon Vaksin COVID-19 dan Siap Lakukan Uji CobaKaryawan bank memakai masker di Bangkok, Thailand, pada 14 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva

Berbagai perusahaan bioteknologi dunia berlomba-lomba meneliti dan melakukan uji coba kandidat vaksin COVID-19. Ada yang sudah mencapai kesepakatan dengan negara-negara maju. Misalnya perusahaan biofarma AstraZeneca yang sudah setuju mendistribusikan vaksin untuk Italia, Jerman, Belanda, dan Prancis.

Keempat negara itu sudah membayar setoran awal sebesar Rp12 triliun untuk membeli 300 juta dosis calon vaksin COVID-19. Amerika Serikat sendiri mengungkap telah memberikan Rp14 triliun kepada AstraZeneca pada Mei lalu. Tujuannya adalah supaya pengembangan dan produksi vaksin bisa dipercepat.

Yang menjadi kekhawatiran adalah bagaimana memastikan negara berkembang dan miskin mendapatkan akses vaksin COVID-19. Pada awal Juni, PBB dan Palang Merah dan Bulan Sabit Internasional meminta semua pihak memperhatikan "perintah moral" untuk memberikan akses vaksin secara merata kepada semua orang.

Namun, menurut Yuan Qiong Hu selaku penasihat hukum dan kebijakan senior di organisasi Doctors Without Borders, belum ada rencana jelas dan detail untuk mencapai tujuan itu, sehingga masih ada kemungkinan besar vaksin takkan terdistribusi secara adil.

"Kita punya gambaran bagus di mana semua orang mendapatkan vaksin, tapi tak ada peta jalan tentang bagaimana mencapainya," kata Yuan, seperti dikutip Al Jazeera.

Berbagai masalah harus diatasi, ujarnya, termasuk tentang potensi perusahaan swasta untuk mempatenkan setiap langkah pengembangan vaksin yang akan membuat harganya meroket.

Baca Juga: Juru Wabah UI: Herd Immunity Gak akan Tercapai Tanpa Vaksin 

Topik:

Berita Terkini Lainnya