Tidak Dikarantina, Penumpang MS Westerdam di Kamboja Dibiarkan Bebas

PM Kamboja menampik telah salah ambil keputusan

Phnom Penh, IDN Times - Kapal pesiar Amerika Serikat, Holland America Westerdam, kembali menjadi sorotan setelah diizinkan bersandar di Sihanoukville oleh pemerintah Kamboja. Ini terjadi setelah satu penumpang dari Amerika Serikat yang telah meninggalkan kapal dinyatakan positif terinfeksi virus corona baru atau COVID-19 oleh otoritas Malaysia pada akhir pekan kemarin.

Sebelumnya, Jepang, Taiwan, Filipina sampai Guam menolak mengizinkan MS Westerdam bersandar karena khawatir ada virus corona di atas kapal. Pihak MS Westerdam sendiri mengaku telah menjalankan pemeriksaan dan hasilnya negatif. Sedangkan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen menyambut 2.257 tamu dan kru dengan tangan terbuka.

1. Ribuan penumpang sudah kembali ke negara masing-masing tanpa melalui karantina

Tidak Dikarantina, Penumpang MS Westerdam di Kamboja Dibiarkan BebasPerdana Menteri Kamboja Hun Sen tiba pada peringatan 41 tahun runtuhnya rezim Khmer Merah di Phnom Penh, Kamboja, pada 7 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer

Seperti dilaporkan The New York Times, Hun Sen menemui para penumpang Westerdam begitu kapal itu bersandar. Ia tak memakai masker. Bahkan, sejumlah petugas keamanan Hun Sen memerintahkan orang-orang yang menggunakan masker untuk melepasnya. 

Begitu juga dengan Duta Besar Amerika Serikat untuk Kamboja, W. Patrick Murphy, yang mengajak keluarganya berjumpa dengan para penumpang. "Kami sangat, sangat bersyukur bahwa Kamboja membuka pelabuhan dan pintunya untuk orang-orang membutuhkan," ujar Murphy.

Ratusan penumpang yang terdiri dari tamu dan kru pun dibiarkan melenggang bebas dari kapal tanpa melalui pemeriksaan kesehatan dari otoritas Kamboja. Pemerintah setempat menginformasikan ada 409 orang yang telah pulang ke negara masing-masing. Sisanya ada di Phnom Penh atau masih tinggal di atas kapal.

Baca Juga: [BREAKING] 3 WNI di Kapal Diamond Princess Positif Kena Virus Corona

2. Sejumlah penumpang diajak berkeliling ibu kota Kamboja

Tidak Dikarantina, Penumpang MS Westerdam di Kamboja Dibiarkan BebasSeorang pria melakukan panggilan telepon sementara kapal pesiar MS Westerdam berlabuh di Sihanoukville, Kamboja, pada 18 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Clare Baldwin

Berdasarkan pemberitaan VOA Kamboja, Gubernur Phnom Penh Khuong Sreng mengundang sekitar 200 penumpang Westerdam untuk berwisata mulai dari menghadiri acara di Hotel Sokha pada Senin malam (17/2) sampai mengunjungi sejumlah tempat bersejarah di kota tersebut. Dalam foto yang diunggah di Facebook Khuong, mereka tampak tak memakai masker.

Menurut pernyataan Holland America sebagai operator, petugas kesehatan Kamboja mulai memeriksa 255 tamu dan 747 kru di atas kapal pada Senin. Namun, Christina Kerby, seorang warga negara Amerika Serikat, yang sedang berada di hotel di Phnom Penh mengaku baru diperiksa setelah keluar dari kapal.

Ia memutuskan untuk menanti hasil tes dan tidak terbang kembali dulu. "Saya punya anak-anak masih kecil (di Amerika Serikat) dan tak mau mengambil risiko menginfeksi mereka atau siapa pun di sekitar saya jika saya membawa virus itu," ujarnya kepada AFP.

Masih belum adanya konfirmasi apakah ratusan orang yang sudah tak berada di kapal terinfeksi atau tidak juga ditegaskan oleh Holland America.

"Para tamu di hotel di Phnom Penh sudah menjalani pemeriksaan COVID-19. Hasilnya akan dikembalikan begitu selesai, dengan gelombang pertama sebanyak 406 orang dinyatakan negatif. Tamu yang sudah dinyatakan negatif boleh pulang dan persiapan sedang dibuat untuk tamu-tamu itu," kata operator kapal.

3. Hun Sen dituduh mengambil keputusan berdasarkan kepentingan politik

Tidak Dikarantina, Penumpang MS Westerdam di Kamboja Dibiarkan BebasIlustrasi medik di ruang isolasi di RS Wuhan, Foto diambil tanggal 16 Februari 2020. ANTARA FOTO/China Daily via REUTERS

Lolosnya penumpang Westerdam tanpa pemeriksaan sesuai prosedur melahirkan kekhawatiran bahwa Kamboja telah mempermudah penyebaran virus corona. Pakar politik Kamboja di Occidental College, Sophal Ear, mengatakan kepada The New York Times bahwa keputusan Hun Sen dilatarbelakangi kalkulasi politik sebagai seorang diktator dan kawan dekat Tiongkok.

"Tentu saja dia harus melakukan apa yang dilakukan diktator: kesempatan foto, mawar, mengeksploitasi situasi ini secara maksimal. Apa pun yang jadi kepentingan warga Kamboja sepenuhnya dianggap tak relevan olehnya," kata Ear.

Hun Sen menampik bahwa keputusannya didasari kepentingan politik. "Beberapa orang mengatakan itu (bersandarnya Westerdam) membawa virus ke Kamboja, tapi Kamboja tidak punya penyakit tersebut (di antara warga kami)," kata dia, seperti dikutip The Straits Times.

Sementara itu, di tengah penghentian penerbangan sementara oleh sejumlah maskapai berbagai negara ke Tiongkok, yang kemudian membuat Beijing marah, Hun Sen justru melakukan kunjungan ke sana pada awal Februari lalu.

Media pemerintah, Xinhua, menyebut pertemuan keduanya menunjukkan persahabatan tak terputuskan dan rasa saling percaya ketika Tiongkok sedang melawan wabah virus corona. Kamboja bahkan tidak mengevakuasi warganya dari Provinsi Hubei yang menjadi permulaan wabah.

Hun Sen mengatakan ini dilakukan untuk menunjukkan dukungan Kamboja kepada Tiongkok dan berterima kasih kepada Xi karena telah melindungi warganya yang berada di negara tersebut. 

Baca Juga: Ratusan WNI Bekerja di Kapal MS Westerdam yang Berlabuh di Kamboja

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya