Tren Terorisme Global: Menempatkan Wanita Sebagai Pelaku Bom Bunuh Diri

Karena wanita tak kalah rentan terkena radikalisasi

Sabtu lalu (10/12) pasukan Detasemen Khusus (Densus) 88 menangkap Dian Yulia Novi di rumah kontrakannya di kawasan Bekasi. Dian menjadi calon pelaku bom bunuh diri yang rencananya akan menargetkan Istana Negara pada hari Minggu. Dalam surat wasiatnya, Dian mengaku melakukan itu karena alasan agama.

Di Indonesia, ini adalah pertama kalinya seorang perempuan berperan sebagai 'pengantin' atau pelaku bom bunuh diri. Ini menandai babak baru dalam aksi teror dalam negeri di mana perempuan memegang peran inti.

Jaringan teroris di Indonesia mulai rekrut perempuan untuk mengisi posisi kunci sebagai 'pengantin'.

Tren Terorisme Global: Menempatkan Wanita Sebagai Pelaku Bom Bunuh Diridaboribo.com

Pada bulan Juli lalu, peneliti dari Institute for Policy Analysis of Conflict atau Institut Analisa Kebijakan Konflik, Sidney Jones, sempat menyatakan bahwa "hanya perkara waktu saja sampai kita melihat ada seorang pelaku bom bunuh diri perempuan di Jawa".

Pernyataan tersebut secara tak langsung dikonfirmasi oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Irfan Idris. Ia mengungkapkan bahwa jaringan teroris di Indonesia kini sedang melakukan perekrutan perempuan secara masif untuk menjadi pelaku bom bunuh diri. Faktanya, selain Dian, Densus 88 juga menangkap tiga perempuan bernama Arida Putri Maharani, Tutin Sugiarti​ dan Ika Purnamasari yang diduga berada satu jaringan dengan Dian.

Baca Juga: Hancur! Gudang Uang ISIS Berisi Rp 10 Triliun Ludes Dibom Amerika

Strategi tersebut konsisten dengan yang digunakan ISIS sejak awal tahun 2016.

Tren Terorisme Global: Menempatkan Wanita Sebagai Pelaku Bom Bunuh DiriMeli Pratiwi/ANTARA FOTO

Keterlibatan Dian tersebut tak bisa dipisahkan dari peran Bahrun Naim -- WNI yang kini bergabung dengan ISIS di Suriah. Bahrun adalah otak yang menginstruksikan Dian untuk menyasar Istana Negara. ISIS sendiri sudah sejak awal tahun 2016 mulai menempatkan perempuan dalam posisi kunci tersebut. Mereka pertama kali dideteksi ketika akan beraksi di Libya pada Februari 2016 lalu.

Di Perancis, peran perempuan dalam terorisme juga semakin meningkat. Awal bulan September lalu ditemukan sebuah mobil yang berisi sejumlah tabung gas terparkir secara ilegal di dekat Gereja Katedral Notre Dame, Paris. Tak lama kemudian, Menteri Dalam Negeri Perancis menerangkan bahwa ada tiga perempuan yang terkait dengan kepemilikan mobil beserta isinya tersebut.

Perempuan juga menjadi anggota inti dalam usaha peledakan sebuah stasiun kereta api di Paris serta perekrutan dua anak muda di Nice yang mana pelaku -- loyalis ISIS -- membunuh 86 orang dengan cara menabrak mereka menggunakan truk pada bulan Juli lalu. Dua orang perempuan juga menjadi pelaku bom bunuh diri di Nigeria pada 9 Desember lalu yang menewaskan 30 orang. Keduanya berasal dari kelompok Boko Haram berafiliasi dengan ISIS.

Sebelumnya, perempuan hanya berstatus simpatisan atau non-kombatan.

Tren Terorisme Global: Menempatkan Wanita Sebagai Pelaku Bom Bunuh Diribbc.com

Dalam berbagai kelompok teroris yang mengatasnamakan agama Islam, laki-laki dianggap sebagai aktor utama yang dominan. Sedangkan posisi perempuan terbatas pada peran-peran non-kombatan. Contoh paling nyata dari peran tersebut adalah keberadaan Al-Khansaa -- sebuah unit kepolisian untuk ISIS di Raqqa, Suriah. Seluruh anggota Al-Khansaa adalah perempuan. Mereka menerapkan aturan ultra ketat seperti perempuan harus memakai pakaian serba tertutup dan wajib ditemani laki-laki setiap keluar rumah.

Perempuan tak kalah rentan terkena radikalisasi.

Tren Terorisme Global: Menempatkan Wanita Sebagai Pelaku Bom Bunuh Dirimirror.co.uk

Menurut para pakar terorisme di Pusat Kerjasama Global Melawan Terorisme, faktor-faktor yang menyebabkan keterlibatan para perempuan dalam terorisme sama dengan yang terjadi pada laki-laki. Contohnya, kekecewaan mendalam pada kondisi sosial dan politik, rasa malu di level fisik, psikologis, maupun politis, komitmen fanatik terhadap keyakinan agama atau ideologis, keyakinan akan memperoleh keuntungan ekonomi, atau keinginan untuk mengubah situasi di masyarakat.

Salah satu cara yang digunakan para lelaki dalam kelompok teroris untuk merekrut perempuan agar masuk ke jaringannya adalah dengan menikahi perempuan tersebut. Dalam budaya patriarki -- dianut dengan sangat ketat oleh kelompok teroris yang mengatasnamakan Islam -- perempuan diharuskan submisif atau menurut pada laki-laki. Perempuan dinilai lemah. Namun, kini ada kecenderungan mereka didorong terlibat lebih jauh atau sekaligus dijadikan alat untuk misi-misi teror.

Perlu pemahaman lebih dalam tentang peran jender dalam terorisme.

Tren Terorisme Global: Menempatkan Wanita Sebagai Pelaku Bom Bunuh DiriMaulana Surya/ANTARA FOTO

François Molins, seorang jaksa di Perancis yang bertanggungjawab untuk urusan terorisme, menyatakan bahwa perempuan-perempuan yang sudah terkena efek radikalisasi kini tak mau lagi terkurung dalam ranah domestik. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka mampu mengambil peran sebagai kombatan layaknya para pria. Misalnya di Maroko. Ada sepuluh perempuan yang ditangkap karena diduga akan menjadi pelaku bom bunuh diri.

Namun, hingga kini pihak keamanan masih mencoba memahami apakah perempuan mengambil peran sebagai 'pengantin' untuk mengelabuhi petugas keamanan atau hanya dijadikan alat saja. Untuk alasan pertama, perempuan bisa dengan sadar memilih peran itu karena menyadari potensi mereka sekaligus tetap ingin meneruskan misi yang mereka yakini. Sedangkan yang kedua, perempuan tetap submisif dan dikontrol oleh pelaku teror laki-laki. Perempuan dijadikan alat untuk mempermalukan lelaki yang tak terlibat dalam misi teror.

Apapun alasannya, tak menutup kemungkinan bahwa akan ada Dian berikutnya. Dengan menyadari bahwa baik perempuan maupun laki-laki punya kerentanan yang sama terhadap terorisme. Kita bisa melibatkan keduanya -- dalam profesi apapun -- untuk lebih aktif sebagai langkah pencegahan radikalisme baik dalam berbagai lingkup.

Baca Juga: Sekarang ISIS Paksa Anak-anak Untuk Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri!

Topik:

Berita Terkini Lainnya