WHO Kritik Keras Ulah Fans Napoli saat Rayakan Gelar Coppa Italia

WHO kecam ribuan fans Napoli yang cuek soal COVID-19

Napoli, IDN Times - Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengecam aksi ribuan pendukung klub Italia SSC Napoli, saat merayakan kemenangan tim kesayangan mereka sebagai juara Coppa Italia pada Rabu (17/6). 

Ribuan orang memadati jalanan dan dalam berbagai foto serta video, mereka tampak tidak memakai masker pelindung apalagi menjaga jarak dari satu sama lain. Napoli memenangkan pertandingan dengan skor 4-2 atas Juventus melalui adu penalti.

1. WHO menyebut fans Napoli ceroboh

WHO Kritik Keras Ulah Fans Napoli saat Rayakan Gelar Coppa ItaliaPendukung Napoli merayakan status sebagai juara Coppa Italia dii Napoli, Italia, pada 17 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Ciro de Luca

Menurut Asisten Direktur Jenderal WHO untuk urusan Inisiatif Strategis Dr. Ranieri Guerra, apa yang dilakukan suporter Napoli itu adalah tindakan ceroboh mengingat pandemik CPVID-19 belum berakhir.

"Saya tak mau itu terjadi lagi," kata dia, seperti dikutip kantor berita ANSA. "Melihat foto-foto itu rasanya menyakitkan," lanjutnya lagi

Ia pun membandingkan selebrasi para pendukung Napoli dengan pertandingan Liga Champions antara klub Italia, Atalanta, melawan tim tamu dari Spanyol yaitu Valencia. Pertandingan berlangsung di Stadion San Siro, Milan, pada Februari. Atalanta bermarkas di Bergamo, Provinsi Lombardy.

Baca Juga: Suasana Italia pada Fase Awal New Normal di Tengah Pandemik

2. Pertandingan sepak bola dipercaya berkontribusi dalam menyebarluaskan virus di Italia

Wali Kota Bergamo Giorgio Gori menilai pertandingan antara Atalanta dan Valencia turut menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 di Italia, khususnya di wilayahnya yang menjadi episentrum virus corona.

"Laga tersebut adalah bom biologis dan virus menyebar begitu cepat sejak saat itu karena, tanpa diragukan, fakta bahwa banyak dari 40.000 suporter di stadion malam itu mungkin sudah membawa virus," kata Giorgio, seperti dikutip media Italia, AS.

Namun, Giorgio mengaku tidak bisa menyalahkan mereka sebab tidak ada yang bisa memprediksinya mengingat kasus virus corona pertama di Italia diidentifikasi beberapa hari setelahnya.

Saat Atalanta bertandang ke markas Valencia pada leg kedua Liga Champions pada 10 Maret, jumlah kasus positif COVID-19 di Lombardy mencapai 1.472. Pada saat bersamaan, ada 468 orang dinyatakan meninggal akibat menderita penyakit tersebut.

Waktu kembalinya para pemain Atalanta dari Spanyol, pemerintah Italia sudah memberlakukan lockdown nasional.

"Awalnya kami bahagia," kata pemain belakang Atalanta Mattia Caldara kepada L'Eco di Bergamo.

"Bisa mencapai babak perempat final Liga Champions adalah hal tak terbayangkan beberapa bulan sebelumnya. Namun, begitu kami mendarat di Bergamo, kebahagiaan itu seketika sirna," lanjutnya.

"Tiba di sebuah bandara yang hampir tak ada orang, ketika biasanya ada para suporter yang menanti kami, dan kemudian mendapati jalanan sepi menjadi kesedihan tersendiri," kata pemain asli Bergamo itu.

3. Italia masih terus melaporkan kasus positif dan kematian akibat COVID-19

Italia sendiri juga sempat menjadi episentrum Covid-19 di Eropa, bahkan total kasus dan kematiannya mengalahkan Tiongkok. Lockdown di Italia berlangsung selama dua bulan dan berakhir secara bertahap pada Mei setelah mengalami penurunan kasus dan kematian.

Meski begitu, sampai kini negara tersebut tetap melaporkan adanya infeksi dan kematian harian. Per 17 Juni, ada 328 kasus baru dan 43 kematian. Secara total, Italia mengonfirmasi 238.159 kasus dan 34.514 kematian.

Puncak COVID-19 di Italia terjadi pada Maret lalu saat pemerintah mengonfirmasi lebih dari 6.500 kasus dan lebih dari 900 kematian dalam 24 jam.

Baca Juga: Napoli Juara Coppa Italia, Gattuso: Kami Diberi Hadiah oleh Dewa

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya