WHO Tegaskan Pandemik COVID-19 Belum Usai Jika Virus Corona Masih Ada

WHO ingatkan negara agar waspada dalam melonggarkan aturan

Jenewa, IDN Times - Juru bicara Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan pemerintah di berbagai negara bahwa pelonggaran aturan jaga jarak harus diterapkan secara hati-hati. Ini mengingat ada beberapa negara yang sudah melakukannya ketika jumlah kasus satu digit, bahkan nol, tapi kemudian terjadi peningkatan kembali.

Otoritas terkait juga diminta untuk terus memperluas cakupan tes COVID-19 saat pelonggaran terjadi. Begitu juga masyarakat diimbau agar disiplin dalam beraktivitas, termasuk memakai masker dan sering mencuci tangan untuk menekan potensi infeksi virus corona.

Sampai hari ini, total kasus COVID-19 di seluruh dunia mencapai lebih dari 6,7 juta. Sebanyak lebih dari 390.000 orang meninggal dunia. Benua Amerika pun menjadi episentrum virus baru dengan tingkat infeksi harian tinggi di Amerika Serikat, Brazil serta Peru.

1. Pandemik baru berakhir setelah virus corona tidak ada

WHO Tegaskan Pandemik COVID-19 Belum Usai Jika Virus Corona Masih AdaAksi protes atas kebrutalan polisi terhadap warga Afrika-Amerika yang menyebabkan kematian George Floyd saat ditahan polisi Minneapolis AS. Aksi protes di depan kedutaan AS di Warsawa, Polandia, Kamis (4/6/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Kacper Pempe

"Soal peningkatan kecil [dalam kasus COVID-19], ya kami sudah melihatnya di berbagai negara di seluruh dunia--saya tak bicara spesifik soal Eropa--ketika lockdown dilonggarkan, saat aturan jaga jarak sosial dilonggarkan, terkadang orang-orang menerjemahkannya sebagai 'OK, ini sudah berakhir'," kata juru bicara WHO Margaret Harris, seperti dikutip Reuters.

Harris pun menegaskan bahwa asumsi tersebut keliru. "Ini belum berakhir. Ini belum berakhir sampai tidak ada virus di mana pun di dunia," tambahnya. Agar terhindar dari infeksi, WHO menyarankan agar masyarakat tetap melakukan jaga jarak fisik setidaknya satu meter, sering mencuci tangan serta menghindari menyentuh mulut, hidung serta mata.

Baca Juga: Unjuk Rasa George Floyd Diprediksi Picu Banyak Kasus Baru COVID-19

2. WHO khawatir dengan protes kematian George Floyd di Amerika Serikat

WHO Tegaskan Pandemik COVID-19 Belum Usai Jika Virus Corona Masih AdaPengunjuk rasa berjalan menyeberangi Jembatan Brooklyn saat melakukan protes atas kematian George Floyd di tangan polisi Minneapolis di Brooklyn, New York City, New York, Amerika Serikat, pada 4 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Andrew Kelly

Salah satu yang menjadi kekhawatiran Harris adalah protes #BlackLivesMatter yang dipicu oleh kematian seorang laki-laki kulit hitam Amerika Serikat, George Floyd, di tangan polisi. Protes yang awalnya terjadi di Minneapolis menjalar ke berbagai kota di 50 negara bagian dan diikuti oleh puluhan ribu sampai ratusan ribu orang.

Kota-kota lain seperti London, Berlin, Tokyo sampai Auckland turut jadi lokasi protes sebagai bentuk solidaritas melawan rasisme dan kebrutalan polisi. "Kami jelas melihat semangat tinggi minggu ini, kami melihat orang-orang merasa perlu keluar dan mengekspresikan perasaan mereka," ucap Harris. "Kami meminta mereka untuk ingat agar tetap melindungi diri sendiri dan orang lain."

3. Butuh upaya besar dan kolaborasi internasional untuk mengakhiri penyebaran virus corona

WHO Tegaskan Pandemik COVID-19 Belum Usai Jika Virus Corona Masih AdaPejalan kaki memakai masker pelindung menyeberangi sebuah jalan saat pandemik COVID-19 di Seoul, Korea Selatan, pada 28 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji/

Sementara itu, pada Mei lalu Dr Mike Ryan dari WHO mengaku sulit memprediksi kapan virus corona akan hilang. Bahkan, ia terbuka pada kemungkinan itu akan terus ada seperti HIV. "Penting untuk membeberkan ini: virus tersebut mungkin akan jadi virus endemik lain di masyarakat kita, dan virus itu mungkin takkan pernah pergi," ujar Dr Ryan, seperti dikutip BBC.

"HIV tak pernah pergi--tapi kita sudah menerima virus itu," kata dia lagi, kemudian menambahkan bahwa tak ada yang bisa memprediksi kapan COVID-19 akan hilang. Namun, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus tak mau masyarakat pesimisi. Ia menegaskan virus corona masih bisa dikendalikan asal ada upaya dan kolaborasi yang baik secara internasional.

"Lintasannya ada di tangan kita, dan ini adalah kepentingan semua orang, dan kita seharusnya berkontribusi untuk menghentikan pandemik ini," tuturnya dalam kesempatan yang sama. Epidemiologis WHO Maria van Kerkhove menambahkan pentingnya bersabar agar bisa mengakhirinya. "Kita perlu punya pola pikir bahwa perlu beberapa saat untuk keluar dari pandemik ini," ucapnya.

Baca Juga: The Great Reset, Kontrak Sosial Baru Pasca Pandemik Corona

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya