25 Staf KBRI di Abu Dhabi Sudah Disuntik Vaksin COVID-19, Kok Bisa?

UEA sudah berikan izin darurat pemberian vaksin

Jakarta, IDN Times - Sebanyak 25 staf di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, dilaporkan sudah menerima vaksin COVID-19, meski belum ada vaksin yang disetujui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Mereka yang menerima vaksin terdiri dari staf lokal dan diplomat Indonesia. 

Konfirmasi itu disampaikan pejabat bidang penerangan, sosial dan budaya (Pensosbud) KBRI Abu Dhabi, Nur Ibrahim kepada IDN Times melalui pesan pendek, Senin, 27 Oktober 2020. Nur menjelaskan, vaksin COVID-19 diberikan sesuai dengan aturan yang berlaku di Uni Emirat Arab (UEA). 

"Justru lebih banyak staf nondiplomat, pegawai setempat yang sehari-hari menjalankan kegiatan perlindungan dan pelayanan publik," ungkap Nur. 

Lantaran jenis pekerjaan di KBRI membutuhkan banyak interaksi dengan publik, maka diputuskan staf dan diplomat Indonesia ikut disuntikkan vaksin COVID-19. Nur mengatakan, proses imunisasi dilakukan pada Rabu, 21 Oktober 2020 lalu.

"Sebanyak 25 staf KBRI yang dinyatakan sehat telah mendapatkan vaksinasi secara sukarela usai menjalani prosedur pemeriksaan kesehatan," katanya lagi. 

Vaksin dari perusahaan farmasi mana yang disuntikkan kepada staf KBRI di Abu Dhabi?

1. UEA sudah keluarkan izin darurat penggunaan vaksin buatan Sinopharm

25 Staf KBRI di Abu Dhabi Sudah Disuntik Vaksin COVID-19, Kok Bisa?Ilustrasi vaksin atau jarum suntik (IDN Times/Arief Rahmat)

KBRI Abu Dhabi tidak bersedia menjawab soal vaksin COVID-19 buatan mana yang diberikan kepada para staf dan diplomatnya. Namun, menurut laporan CNBC 15 September 2020 lalu, Pemerintah UEA sudah memberikan persetujuan darurat bagi vaksin buatan Tiongkok, Sinopharm. UEA memberikan vaksin tersebut di kalangan petugas kesehatan. 

"Vaksin akan tersedia bagi para pahlawan kami yang bertugas di garda terdepan dan berisiko tinggi terpapar virus," ungkap Otoritas Nasional Manajemen Bencana dan Krisis UEA, NCEMA, melalui media sosial. 

Sebelum izin penggunaan darurat dirilis, UEA sudah melakukan uji klinis vaksin tersebut dengan melibatkan 31 ribu relawan dari 120 kewarganegaraan. Sebanyak 1.000 relawan di antaranya memiliki penyakit kronis. Mereka berhasil direkrut hanya dalam kurun waktu 6 pekan. 

Izin penggunaan darurat ini menandakan vaksin buatan Sinopharm itu belum selesai tahap uji klinis ketiga. Proses itu dimulai di UEA sejak 10 Juli 2020 lalu. Meski begitu, NCEMA mengklaim, tidak ada efek negatif berat yang dialami oleh relawan ketika disuntikkan vaksin COVID-19 Sinopharm. Mereka disebut hanya mengalami gejala ringan seperti sakit di bagian tenggorokan. 

Pada Juli lalu, Pemerintah UEA bahkan mengklaim, berdasarkan hasil imunisasi terhadap kelompok terbatas, antibodi akan terbentuk dalam kurun waktu dua pekan kemudian. Dalam beberapa tahun terakhir UEA telah meningkatkan kerja samanya dengan Tiongkok di beberapa sektor seperti teknologi, pembelian alat-alat pertahanan, perdagangan, pariwisata, dan kesehatan. 

"Sejak awal pandemik, UEA telah bekerja secara erat dengan Tiongkok mengenai vaksin, obat terapetik dan vaksin," ungkap pengajar di program Keamanan Internasional di New America kepada CNBC

Baca Juga: Keren! Nama Jokowi Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Abu Dhabi UEA

2. UEA juga bekerja sama dengan Rusia untuk adakan uji klinis ketiga vaksin Sputnik V

25 Staf KBRI di Abu Dhabi Sudah Disuntik Vaksin COVID-19, Kok Bisa?Ilustrasi imunisasi vaksin COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Selain menggandeng Tiongkok, UEA juga bermitra dengan Rusia untuk menggelar uji klinis ketiga vaksin COVID-19 Sputnik V. UEA menjadi negara kedua yang digandeng Rusia setelah Belarus. 

Kantor berita Reuters 12 Oktober 2020 lalu melaporkan, hasil uji klinis diprediksi akan diketahui pada akhir November 2020. Kementerian Kesehatan UEA disebut telah memberikan restu untuk melakukan uji klinis ketiga vaksin Sputnik V. Uji klinis akan dilakukan di laboratorium lokal bernama Pure Health. 

"Hasil uji klinis UEA akan dikombinasikan dengan hasil di Rusia dan di negara lain," ungkap Kepala Badan Dana Investasi Langsung (RDIF), Kirill Dmitriev. 

Namun, Dmitriev menolak mengungkap berapa jumlah relawan yang akan menerima vaksin Sputnik V di UEA. Tetapi, Menteri Kesehatan UEA Abdul Rahman bin Mohammed al-Owais mengatakan, negaranya dipilih sebagai tempat uji klinis vaksin sudah tepat. Sebab, di sana tinggal warga dari beragam kewarganegaraan. 

Selain menjadi mitra untuk Rusia, UEA juga menjadi tempat uji klinis dengan perusahaan farmasi lainnya yakni Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca. 

3. UEA mencatat 480 kematian akibat COVID-19

25 Staf KBRI di Abu Dhabi Sudah Disuntik Vaksin COVID-19, Kok Bisa?Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Berdasarkan data dari World O Meter, per Selasa (27/10/2020), sudah ada 126.234 orang yang terpapar COVID-19 di Uni Emirat Arab (UEA).

Dari angka itu, sebanyak 5.004 adalah kasus aktif COVID-19. Sementara, 480 pasien dinyatakan meninggal. 

Baca Juga: Usai Beri Nama Jalan Joko Widodo, UEA Berencana Bangun Masjid di Solo 

Topik:

  • Sunariyah
  • Septi Riyani
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya