25 Warga Korsel Meninggal Usai Disuntik Vaksin Flu, Apa Penyebabnya?

Pemerintah Korsel memutuskan tetap melanjutkan imunisasi

Jakarta, IDN Times - Sebanyak 25 warga Korea Selatan meninggal usai divaksin flu. Peristiwa itu terjadi dalam beberapa hari terakhir dan menyebabkan kekhawatiran di kalangan warga soal keamanan vaksin. 

Stasiun beritaChannel News Asia pada Kamis (22/10/2020) melaporkan warga yang meninggal itu termasuk seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun dan seorang laki-laki lansia 70 tahun.

Mereka meninggal satu pekan usai diberi vaksin flu secara gratis. Program pemberian vaksin flu yang dikhususkan bagi remaja dan lansia kembali dihidupkan oleh otoritas di Negeri Ginseng.

Pemerintah Korsel kini tengah menyelidik penyebab kematian tersebut. Seorang dokter dan pengajar di fakultas kedokteran bernama Kim Jun-kon dipercayakan oleh Kementerian Kesehatan untuk memimpin investigasi. Kepada publik, Kim mengaku tidak yakin banyaknya kematian disebabkan oleh vaksin flu tersebut. 

Ia menjelaskan kesimpulan dari investigasi terungkap kematian warga bukan disebabkan oleh suntikan vaksin flu. Proses autopsi kini sedang dilakukan oleh tim investigasi. Mereka juga melakukan tes COVID-19 bagi para korban. 

Melihat peristiwa itu, Asosiasi Medis Korea (KMA) lalu memohon kepada Pemerintah Negeri Ginseng untuk menunda pemberian vaksin influenza tersebut. Apakah saran itu didengar oleh pemerintah?

1. Otoritas kesehatan di Korsel ragukan banyaknya warga yang meninggal disebabkan suntikan vaksin flu

25 Warga Korsel Meninggal Usai Disuntik Vaksin Flu, Apa Penyebabnya?Ilustrasi vaksin COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Pemerintah Korsel akan melakukan imunisasi secara gratis terhadap 19 juta remaja dan lansia. Hal itu dilakukan sebagai bentuk pencegahan fenomena yang dinamakan "twindemic" atau kemungkinan warga akan tertular COVID-19 dimulai dari gejala flu. Pemerintah tak mau di musim dingin ini tiba-tiba terjadi penumpukan pasien di rumah sakit. 

"Jumlah angka kematian memang telah meningkat, tetapi tim kami melihat kecil kemungkinan bahwa kematian ini terkait suntikan (vaksin flu)," ujar Direktur Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea (KCDA), Jeong Eun-kyeong kepada anggota parlemen dan dikutip harian The Guardian

Vaksin flu yang diberikan kepada warga berasal dari perusahaan farmasi lokal seperti GC Pharma, SK Bioscience, Korea Vaccine dan Boryung Biopharma Co Ltd. Selain itu ada pula vaksin buatan perusahaan farmasi asal Prancis, Sanofi. 

Mereka memasok vaksin untuk program imunisasi gratis termasuk layanan kesehatannya. Namun, menurut The Guardian, Pemerintah Korsel berencana memberikan vaksin kepada 30 juta warga dari populasi 52 juta orang. 

Dari 25 korban yang meninggal, 10 orang di antaranya menerima vaksin buatan SK Bioscience, lima orang lainnya dari Boryung dan GC Pharma. Satu warga menerima vaksin buatan Korea Vaccine dan empat individu disuntikan vaksin buatan Sanofi.

Namun, empat perusahaan farmasi lokal itu tutup mulut ketika dimintai komentar. Sedangkan, Sanofi tidak memberikan respons ketika ditanya oleh media. Tidak diketahui apakah vaksin flu buatan Negeri Ginseng diekspor ke negara lain atau vaksin buatan Sanofi turut digunakan di area lainnya. 

Baca Juga: Korea Selatan Tuntut Ganti Rugi Perawatan Pasien COVID-19 Pada Gereja

2. Pemerintah Korsel memilih tetap melanjutkan pemberian vaksin flu gratis

25 Warga Korsel Meninggal Usai Disuntik Vaksin Flu, Apa Penyebabnya?Ilustrasi vaksin COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Tetapi, alih-alih menghentikan sementara waktu program imunisasi massal, pemerintah justru melanjutkannya. Hal itu berdasarkan laporan awal investigasi bahwa kematian enam warga tidak terkait dengan pemberian vaksin flu. Di dalam tubuh mereka tidak ditemukan zat berbahaya. 

Temuan dari KDCA pada Kamis kemarin menunjukkan 7 dari 9 warga yang meninggal diketahui memiliki gejala penyakit lainnya. Sementara, Menteri Kesehatan Korsel, Park Neung-hoo juga menyampaikan program pemberian vaksin flu gratis akan tetap diteruskan. Ia menyesalkan peristiwa itu malah membuat warga semakin ragu untuk divaksin. 

"Saya memahami warga kini semakin khawatir untuk divaksin. Kami sedang menelusuri penyebabnya tetapi akan memeriksa kembali semua proses (pemberian vaksin) secara menyeluruh, dimulai dari proses produksi hingga distribusi yang melibatkan banyak badan," ungkap Park. 

Padahal, pimpinan dari kelompok oposisi utama, Kim Chong-in juga sudah meminta agar program pemberian vaksin dihentikan sementara hingga penyebab kematian diketahui. Namun, desakan itu juga tak didengar oleh pemerintah. 

3. Program pemberian vaksin flu gratis sejak awal menuai kontroversi di Korsel

25 Warga Korsel Meninggal Usai Disuntik Vaksin Flu, Apa Penyebabnya?Ilustrasi vaksin (ANTARA FOTO/AAP Image/David Mariuz via REUTERS)

Menurut laporan The Guardian, sejak awal program pemberian vaksin gratis diluncurkan pada September lalu, sudah menuai kontroversi. Peluncuran program itu sempat ditunda selama tiga pekan karena adanya temuan 5 juta vaksin disimpan di dalam ruang bersuhu dan bukan di dalam kulkas pendingin, seperti yang ditentukan. 

Pejabat berwenang di Korsel menyebut sejak 13 Oktober 2020 lalu sudah ada 8,3 juta warga yang diimunisasi. Namun, menurut laporan ada 350 kasus di antaranya yang mengalami efek negatif vaksin. 

Kematian akibat vaksin flu juga pernah terjadi pada tahun 2005 lalu di Korsel. Kantor berita Korsel, Yonhap melaporkan ada warga yang meninggal ketika itu. Tetapi, pejabat berwenang berdalih membandingkan dengan angka kematian di tahun-tahun sebelumnya agak sulit. Lantaran, kini semakin banyak orang yang bersedia mengikuti program vaksin. 

Selain bisa didapat secara gratis, vaksin flu yang bersifat musiman itu juga bisa dibeli oleh warga. Salah satu keistimewaan yang diperoleh dengan membayar yakni warga bisa menentukan vaksin mana yang mereka konsumsi. 

Salah satu contoh warga Korsel yang memilih untuk membeli vaksin flu adalah Kim Myung-Suk (65 tahun). Meski ia termasuk kualifikasi untuk memperoleh dosis vaksin gratis, tetapi Kim lebih memilih untuk membeli. 

"Meskipun saat ini baru sedikit orang yang meninggal, tetapi angkanya terus naik dan itu membuat saya khawatir. Jadi, saya akan membeli dan ikut program vaksin di tempat lain," ujar Kim kepada kantor berita Reuters di Seoul. 

Baca Juga: Gereja Kembali Jadi Klaster COVID-19 di Korea Selatan, Pastor Dituntut

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya