AS Cabut Larangan Terbang Pesawat Boeing 737 Max

Lion Air alami kecelakaan dengan pesawat Boeing 737 Max

Jakarta, IDN Times - Otoritas berwenang di bidang penerbangan Amerika Serikat (FAA) pada Rabu, 18 November 2020 mencabut larangan terbang bagi pesawat Boeing 737 Max usai diberlakukan selama 20 bulan. Pesawat itu dilarang terbang usai dua kecelakaan besar yang melibatkan Lion Air dan Etiophian Airlines terjadi dalam waktu berdekatan. 

Lion Air jatuh di perairan Karawang pada 29 Oktober 2018 lalu dan menewaskan 189 penumpang. Sementara, dalam insiden Etiophian Airlines yang jatuh pada 10 Maret 2019, menewaskan sebanyak 157 penumpang, termasuk di dalamnya satu WNI. 

Dalam keterangan tertulis FAA yang dikutip dari situs resminya menyebut dengan dicabutnya larangan terbang bagi Boeing 737 Max, bukan berarti mereka bisa langsung mengudara. Boeing harus lebih dulu mengubah perangkat lunak dan kabel. Pilot-pilot yang sebelumnya mengemudikan pesawat itu juga membutuhkan pelatihan. 

Menurut FAA, perubahan desain yang mereka wajibkan telah mengurangi faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan beberapa waktu lalu. Bos FAA, Steve Dickson, mengatakan ia merasa yakin 100 persen mengenai keselamatan pesawat setelah dilakukan perubahan. 

"Kami telah melakukan semua hal yang dapat dilakukan oleh manusia untuk memastikan agar kecelakaan serupa tidak lagi terulang," kata Dickson. 

Janji serupa juga disampaikan oleh bos Boeing, Dave Calhoun. Ia mengatakan Boeing telah memperkuat budaya dan faktor keamanan sejak kecelakaan tersebut terjadi. 

"Kami tak akan pernah melupakan nyawa yang melayang dalam dua kecelakaan tragis yang memicu keputusan untuk menghentikan operasi," ungkap Calhoun dan dikutip dari stasiun berita BBC, Rabu, 18 November 2020.

Tetapi, benarkah usai dilakukan perbaikan dan evaluasi, pesawat Boeing 737 Max benar-benar aman untuk digunakan?

1. Meski larangan terbang sudah dicabut, tapi butuh waktu berbulan-bulan sebelum Boeing 737 Max mengudara

AS Cabut Larangan Terbang Pesawat Boeing 737 MaxIlustrasi pesawat Boeing 737 Max (www.cnet.com)

Harian New York Times melaporkan keputusan FAA itu dinilai membantu upaya Boeing untuk memperbaiki citranya. Selain itu, mereka juga berniat untuk melanjutkan pembuatan pesawat Boeing 737 Max yang tertunda akibat sempat dilarang terbang sejak Maret 2019 lalu. 

Boeing juga terkena dampak ekonomi cukup keras akibat pandemik. Mereka mengaku kehilangan 1.000 pesanan pesawat tahun ini, sebagian besar untuk jenis Max. Di dalam kontrak pembelian pesawat, lazim bagi pembeli untuk membatalkan pesanan atau menegosiasikan ulang poin kesepakatan bila pengirimannya tertunda.

Oleh sebab itu, Boeing ingin secepatnya bisa kembali melanjutkan pembuatan dan pengiriman pesawat. Saat ini, masih ada 4.200 pesawat yang belum dikerjakan. Mayoritas pemesanan untuk pesawat jenis Max. 

America Airlines diprediksi menjadi maskapai AS pertama yang kembali terbang dengan jenis Boeing 737 Max. Rencananya, mereka akan menggunakan pesawat tersebut pada 29 Desember 2020 hingga 4 Januari 2021. Rute yang dilayani adalah penerbangan lanjutan dari Bandara La Guardia, New York menuju ke Miami. 

Selanjutnya yang akan kembali menerbangkan Boeing 737 Max adalah United Airlines. Mereka berencana menerbangkan pesawat itu pada kuarter pertama tahun 2021. Sedangkan, Southwest Airlines diprediksi baru akan menerbangkan pesawat itu di kuarter kedua 2021. 

Baca Juga: [BREAKING] Kemenlu Cari Identitas WNI Penumpang Ethiopian Airlines

2. Keluarga korban tragegi Etiophian Airline kecewa FAA cepat mencabut larangan terbang bagi Boeing 737 Max

AS Cabut Larangan Terbang Pesawat Boeing 737 MaxIlustrasi pesawat Ethiopian Airlines (ANTARA FOTO/M N Kanwa)

Meski keputusan FAA itu disambut positif oleh Boeing, namun tidak bagi keluarga korban Ethiopian Airlines. Sebagian dari mereka mengaku kecewa karena keputusan mencabut larangan terbang dinilai terlalu cepat. Bahkan, sebagian mengaku tak percaya terhadap perubahan yang dilakukan oleh Boeing atau FAA. 

Menurut mereka, semula Boeing mencoba menimpakan kesalahan atas kecelakaan pada Maret 2019 lalu kepada pilot yang ikut tewas dalam insiden itu. Keluarga korban pun masih ada yang mengajukan gugatan di pengadilan terhadap Boeing. 

"Siapa yang akan mempercayai mereka? Yang pasti, bukan saya," ungkap Paul Njoroge yang kehilangan istri, ibu mertua dan tiga anaknya sekaligus dalam insiden jatuhnya Ethiopian Airlines. 

Sementara, Naomi Ryan menegaskan seharusnya industri penerbangan memprioritaskan keselamatan dan tidak menjadikannya sebagai proses percobaan. "Bila mereka tidak memprioritaskan itu, maka seharusnya mereka (Boeing) tutup saja," ujar Ryan di mana suaminya, Mick, ikut tewas dalam penerbangan dengan Ehiopian Airlines. 

3. Otoritas penerbangan di Eropa diprediksi juga segera mencabut larangan terbang bagi Boeing 737 Max

AS Cabut Larangan Terbang Pesawat Boeing 737 MaxIlustrasi pesawat Boeing 737 Max (Dokumentasi dari Boeing)

Setelah otoritas penerbangan di AS yang mencabut larangan terbang bagi Boeing 737 Max, diprediksi langkah itu akan ditiru oleh Uni Eropa dan Inggris. 

Bos FAA, Steve Dickson mengatakan Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) lah yang akan bertanggung jawab terhadap proses sertifikasi ulang negara-negara anggotanya. "Kami akan bekerja sama secara erat dengan EASA menyangkut B737 Max dan keputusan mereka untuk kembali memberikan izin terbang," kata Dickson. 

Ia menambahkan selain dengan Benua Eropa, FAA juga tengah terlibat pembicaraan dengan otoritas penerbangan di Brasil dan Kanada. Dickson memprediksi izin kembali terbang bisa segera dikantongi dalam beberapa hari ke depan. 

Namun, menurut analis penerbangan, untuk negara seperti Tiongkok, akan membutuhkan waktu lebih lama bagi Boeing 737 Max terbang lagi. 

https://www.youtube.com/embed/dHxFTcR6_Vw

Baca Juga: [BREAKING] Lion JT 610 Jatuh 13 Menit Usai Take Off

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya