AS: Korut Perintahkan Tembak Mati Penyelundup untuk Cegah COVID-19

Korut tutup perbatasan darat dengan Tiongkok sejak Januari

Jakarta, IDN Times - Militer Korea Utara diberikan instruksi atasan mereka untuk menembak mati siapa pun yang berupaya menyelundupkan barang atau orang, dari Tiongkok menuju ke negeri komunis itu. Langkah tegas itu diambil Korut untuk mencegah adanya kasus impor COVID-19 masuk ke sana. 

Dikutip dari harian Bangkok Post, Sabtu, 12 September 2020, pernyataan itu disampaikan Komandan Pasukan Militer Amerika Serikat yang bertugas di Korea Selatan (USFK), Robert Abrams. Menurut dia, kebijakan Korut yang menutup perbatasan daratnya sejak Januari lalu meningkatkan aktivitas penyelundupan beragam produk dari Tiongkok. Padahal, kasus COVID-19 masih ditemukan di Tiongkok. 

Militer Korea Utara kemudian memberlakukan kebijakan bernama "zona penyangga" sekitar satu atau dua kilometer dari perbatasan darat di Tiongkok. 

"Korut menyiagakan pasukan khusus militer (SOF). Pasukan yang mampu menyerang dan mereka diberi kewenangan untuk menembak mati di tempat," ungkap Abrams ketika berbicara di diskusi virtual yang diselenggarakan lembaga think tank CSIS, di Washington DC, Amerika Serikat. 

Ia menilai dengan ditutupnya wilayah perbatasan darat dengan Tiongkok justru membuat perekonomian Korut semakin ambruk. Sebab, sebelumnya Korut sudah dijatuhi banyak sanksi ekonomi lantaran tetap meluncurkan program uji coba nuklir. Alhasil, impor Korut ke Tiongkok anjlok hingga 85 persen. 

Apakah dengan kebijakan ekstrem itu Korut berhasil mencegah COVID-19 masuk ke negaranya?

1. Pembelot dari Korsel yang diduga terpapar COVID-19 masuk kembali ke Korea Utara

AS: Korut Perintahkan Tembak Mati Penyelundup untuk Cegah COVID-19Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-Un ketika bertemu Presiden Korsel Moon Jae-In (ANTARA FOTO/The Presidential Blue House/Handout via REUTERS)

Sebelumnya sempat muncul informasi bahwa Korea Utara akhirnya mengonfirmasi ada satu suspect COVID-19 yang kembali dari Korea Selatan. Pria yang hanya diketahui nama depannya Kim itu menyelundup masuk kembali ke Korut dengan secara ilegal melewati area perbatasan. 

Pejabat berwenang Korea Selatan menyebut pria yang kembali ke Korut itu merupakan warga Kaesong, kota industri yang terletak di wilayah perbatasan dua Korea. Ia sempat kabur dari Korut pada 2017 lalu dengan menyelam untuk menyeberang dari negara komunis itu ke Korsel. 

Tetapi, menurut informasi dari otoritas di Korsel, warga Kaesong yang tertangkap itu tidak terpapar penyakit yang ditularkan virus Sars-CoV-2 tersebut. Kesimpulan itu disampaikan pejabat senior di Kementerian Kesehatan Korsel, Yoon Tae-ho, yang dikutip harian Yon Hap

"Orang ini tidak teregistrasi sebagai pasien COVID-19 atau individu yang pernah kontak dengan pasien yang terpapar virus corona," ungkap Yoon. 

Tes COVID-19 sudah dilakukan terhadap dua orang yang sering melakukan kontak fisik dengan Kim dan hasilnya negatif.

Baca Juga: Korsel Sebut Pembangkang yang Kembali ke Korut Tak Terinfeksi COVID-19

2. Gegara pandemik COVID-19, Korut diprediksi akan tunda lakukan uji coba rudal

AS: Korut Perintahkan Tembak Mati Penyelundup untuk Cegah COVID-19Pimpinan tertinggi Korea Utara Kim Jong-Un (ANTARA FOTO/Yonhap via REUTERS)

Sementara, menurut Komandan Pasukan Militer Amerika Serikat yang bertugas di Korea Selatan (USFK), Robert Abrams, Korea Utara diprediksi tidak akan melakukan aksi provokatif seperti uji coba rudal. Sebab, pandemik COVID-19 turut memukul perekonomian mereka. Belum lagi Korut juga terkena dampak angin topan Maysak yang menyebabkan lebih dari 2.000 rumah warga hancur atau terendam air. 

Namun, Abrams mengatakan, tak menutup kemungkinan Korut tetap akan memamerkan persenjataan mereka pada Oktober mendatang. Hal itu lantaran akan dirayakan peringatan 75 tahun partai penguasa di Korut yakni Partai Pekerja (WPK). 

"Rezim yang berkuasa saat ini, termasuk militer, tengah fokus untuk memulihkan negaranya dan mencegah risiko penyebaran COVID-19," ungkap Abrams. 

"Saat ini, kami tidak melihat adanya indikasi yang menunjukkan sikap pemimpin tertinggi tengah kesal," ujarnya, lagi. 

Selain menutup wilayah perbatasan darat dan udara, Korut juga memberlakukan keadaan darurat dengan tingkat maksimal. 

3. Kim Jong-Un dirumorkan dalam kondisi koma

AS: Korut Perintahkan Tembak Mati Penyelundup untuk Cegah COVID-19Presiden Amerika Serikat Donald J Trump bertemu Kim Jong-Un di Singapura (ANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Ernst)

Di tengah pandemik COVID-19, pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-Un kembali dirumorkan dalam kondisi koma. Laman France 24 melaporkan spekulasi itu seolah menjadi kenyataan setelah laporan badan intelijen Korea Selatan menyebut, Kim telah mendelegasikan sebagian kewenangan kepada adik perempuannya, Kim Yo-jong. Menurut laporan intelijen yang sama, Kim menyerahkan sebagian wewenangnya untuk mengurangi stres. 

Salah satu yang menyebut Kim dalam kondisi koma adalah ajudan mantan Presiden Korsel, Kim Dae-jung. Ia menuliskan dugaan tersebut di akun media sosialnya tanpa melampirkan bukti apapun. 

Namun, setiap kali Kim dirumorkan sakit, tiba-tiba selalu muncul pemberitaan yang menunjukkan kondisi sebaliknya. Kantor berita Pemerintah Korut, KCNA pada akhir Agustus lalu menunjukkan foto Kim dalam kondisi sehat. 

Foto yang tidak diketahui keterangan waktunya itu menggambarkan Kim tengah memimpin rapat dengan para petinggi Partai Pekerja (WPK) untuk melakukan evaluasi terhadap status darurat di Korut. Sebagai negara yang tertutup, sangat sulit untuk memperoleh informasi mengenai berita foto tersebut. 

Baca Juga: Intelijen Korsel dan Tiongkok Bantah Kim Jong-Un Dalam Kondisi Koma 

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya