AstraZeneca Klaim Uji Klinis Vaksin Berhasil Picu Imunitas Lansia 

Menkes Inggris memprediksi vaksin akan tersedia pada 2021

Jakarta, IDN Times - Bakal vaksin COVID-19 yang tengah dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Inggris, AstraZeneca, diklaim berhasil memicu respons imun relawan mereka yang berusia lansia dan lebih muda. Hal ini semakin mendorong rasa optimistis bahwa uji klinis bisa menghasilkan vaksin COVID-19 yang sukses. 

Stasiun berita Al-Jazeera, Senin 26 Oktober 2020 melaporkan, selain bisa memicu imunitas di tubuh lansia dan kaum lebih muda, vaksin yang diberi nama AZD1222 itu juga memiliki risiko efek samping yang rendah terhadap relawan. Perkembangan ini jelas dipandang bisa menjadi faktor penting untuk mengendalikan pandemik COVID-19. 

Akibat penyakit yang pertama kali muncul di Wuhan, Tiongkok, kehidupan normal dua miliar penduduk bumi langsung berubah. Selain itu, 43 juta penduduk dunia telah tertular dan sebanyak 1,15 juta di antaranya meninggal akibat penyakit COVID-19. 

"Temuan ini membuat kami lebih bersemangat karena respons imunogenisitas antara orang dewasa dan lansia mirip. Bahkan, reaktogenisitas pada orang dewasa yang lebih tua terlihat rendah," ungkap juru bicara AstraZeneca. 

Namun, perusahaan yang bermitra dengan Universitas Oxford itu tidak menyampaikan secara detail data-data yang mendukung klaim mereka. Salah satunya, kapan mereka akan menerbitkan hasil uji klinis tahap ketiga di jurnal ilmiah. Bila tahapan itu dilalui, maka peluang untuk memperoleh izin edar vaksin lebih besar. 

Lalu, kapan vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca ini diproduksi dalam jumlah massal?

1. Menkes Inggris berencana merilis vaksin AstraZeneca ke publik pertengahan 2021

AstraZeneca Klaim Uji Klinis Vaksin Berhasil Picu Imunitas Lansia Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock (Situs resmi Pemerintah Inggris)

Bakal vaksin AZD1222 buatan AstraZeneca termasuk salah satu bakal vaksin unggulan, yang kini sedang memasuki tahapan uji klinis ketiga. Vaksin itu dibuat dan didasarkan pada adenovirus simpanse yang dimodifikasi untuk menghasilkan protein di dalam sel manusia, yang juga diproduksi oleh COVID-19. Harapannya, tubuh manusia kemudian akan menyerang virus corona bila melihatnya.

Pengajar penyakit menular di London School of Hygiene and Tropical Medicine, Annelies Wilder-Smith mengatakan, sebelum vaksin diedarkan ke publik maka harus melalui tahap uji klinis ketiga dengan melibatkan puluhan ribu peserta. 

"Kita belum mengetahui keampuhan (vaksin) saat ini dan itu sebabnya kami semua bersemangat dengan hasil uji klinis ketiga," ungkap Smith. 

Berdasarkan hasil uji klinis pada Juli lalu yang dimuat di jurnal medis The Lancet menyebut, bakal vaksin AstraZeneca memicu daya tahan tubuh pada relawan usia 18 tahun hingga 55 tahun. 

Lalu kapan bakal vaksin AstraZeneca akan diproduksi massal? Menkes Inggris Matt Hancock mengatakan, hingga kini bakal vaksin AstraZeneca masih belum siap diproduksi. Pihaknya masih terus menyiapkan logistik untuk produksi pada pertengahan 2021. 

Tapi, apakah ada peluang vaksin AstraZeneca akan diproduksi pada 2020? "Saya tidak mencoret kemungkinan itu, tetapi itu bukan perkiraan saya. Program (pengembangan vaksin) memang berjalan baik, tapi kita belum ada di sana," tutur Hancock. 

Baca Juga: Indonesia Batal Beli Vaksin COVID-19 dari AstraZeneca, Kenapa?

2. Relawan AstraZeneca yang meninggal di Brasil bukan disebabkan suntikan vaksin

AstraZeneca Klaim Uji Klinis Vaksin Berhasil Picu Imunitas Lansia Ilustrasi vaksin atau jarum suntik (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebelumnya diberitakan, seorang dokter yang menjadi relawan vaksin COVID-19 yang dikembangkan AstraZeneca meninggal karena terpapar virus corona. Peristiwa itu terjadi di Brasil, salah satu negara yang melakukan uji klinis vaksin COVID-19. 

Stasiun berita BBC, Rabu 21 Oktober 2020 melaporkan, badan kesehatan di Brasil, ANVISA, menerima laporan mengenai kematian relawan vaksin AstraZeneca pada 19 Oktober 2020 lalu. Harian Brasil, O Globo, yang mengutip pernyataan dari seorang sumber, menyebutkan bahwa dokter itu ada di dalam kelompok yang tidak menerima vaksin eksperimental alias plasebo. Dokter itu meninggal lantaran kerap bersinggungan dengan pasien COVID-19. 

Di kesempatan terpisah, Universitas Oxford mengatakan, berdasarkan hasil penyelidikan secara independen, tahapan uji klinis di Brasil akan tetap dilanjutkan, meski ada satu relawan mereka yang meninggal dunia.

"Otoritas di Brasil pun juga merekomendasikan agar proses uji klinis kembali dilanjutkan," ungkap kampus ternama itu dalam pernyataan tertulis. 

3. Pengadaan vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca di Indonesia masih simpang-siur

AstraZeneca Klaim Uji Klinis Vaksin Berhasil Picu Imunitas Lansia Perkembangan uji klinis vaksin COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara, pengadaan bakal vaksin AstraZeneca untuk Indonesia masih simpang siur. Mantan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, dr. Achmad Yurianto pada 22 Oktober 2020 lalu sempat mengatakan kepada IDN Times, pemerintah ogah membeli bakal vaksin dari perusahaan farmasi asal Inggris tersebut. 

Hal itu karena klausul di kontraknya dianggap merugikan Indonesia. AstraZeneca mewajibkan Indonesia untuk membayar uang muka alias DP bila serius ingin membeli bakal vaksin COVID-19.

"Tapi, di klausul lainnya bila terjadi kegagalan dalam produksi (vaksin COVID-19) maka mereka tidak boleh disalahkan. Ya, kami tidak jadi pesan," ungkap pria yang akrab disapa Yuri itu. 

Ia juga menyebut, AstraZeneca menetapkan tenggat waktu untuk membayar DP senilai Rp3,67 triliun sudah terlewati yakni 20 Oktober 2020. Namun, pemerintah belum juga membayarkan. Usai mengungkapkan hal ini, tak berapa lama Yuri kemudian dicopot dari jabatannya sebagai Dirjen P2P.

Sementara, Menteri Koordinator bidang perekonomian Airlangga Hartarto menepis pernyataan bahwa pemerintah sudah memutuskan tidak membeli vaksin buatan AstraZeneca. 

"Berita itu tidak sepenuhnya benar karena belum diputuskan," ungkap Airlangga pada Selasa (27/10/2020). 

Semua bakal vaksin yang hendak dibeli tetap harus melalui kajian dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Baca Juga: Peru Tolak Teken Kesepakatan Pembelian Vaksin AstraZeneca, Kenapa?

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya