Berhasil Lawan COVID-19, Tiongkok Kini Tawarkan Bantuan ke Eropa

Tiongkok berjanji membantu Spanyol dan Italia hadapi corona

Jakarta, IDN Times - Usai berjibaku melawan virus corona selama empat bulan, Tiongkok mengklaim mereka sudah berhasil melewati wabah tersebut. Untuk bisa melewati wabah tersebut, Negeri Tirai Bambu harus kehilangan 3.099 warganya di Provinsi Hubei saja. Data itu dikutip IDN Times per Senin (16/3) dari Universitas John Hopkins. 

Indikasi Tiongkok berhasil mengendalikan COVID-19 terlihat dari jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit terus menurun. Selain itu, rumah sakit buatan di Wuhan sudah semuanya ditutup lantaran tak ada lagi pasien yang dirawat.

Kini, Tiongkok maju satu langkah dengan menawarkan bantuan kepada negara lain yang tengah dilanda isu serupa. Harian Hong Kong, South China Morning Post (SCMP) hari ini melaporkan Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi menghubungi koleganya Menlu Spanyol, Arancha Gonzalez Laya beberapa jam sebelum pemerintah negeri matador melakukan isolasi di negaranya. 

"Jumlah kasus orang yang tertular COVID-19 bertambah sedemikian cepat di Spanyol. Di saat kami sudah mulai mampu merasakan hasil dari peperangan melawan penyakit ini (di Tiongkok), kami juga bersedia menyediakan dukungan yang dibutuhkan berdasarkan kebutuhan negara lainnya," ungkap Wang seperti dilaporkan koran itu. 

Bantuan yang ditawarkan oleh Tiongkok bagi Spanyol yakni pasokan peralatan medis sesuai dengan yang dibutuhkan oleh negara tersebut. Spanyol bahkan juga bisa mengimpor peralatan perlindungan bagi petugas medis dari Negeri Tirai Bambu itu melalui cara komersial. 

Ini bukan kali pertama Tiongkok membantu negara di Benua Eropa untuk melawan COVID-19. Mereka sudah lebih dulu mengirimkan bantuan bagi Italia. Wah, apa saja ya bantuan yang dikirimkan untuk Negeri Pizza itu?

1. Tiongkok kirimkan tim medis untuk membantu Italia hadapi wabah virus corona

Berhasil Lawan COVID-19, Tiongkok Kini Tawarkan Bantuan ke Eropa(Personel medis yang dikirimkan oleh Tiongkok ke Italia) Aeroporti di Roma (AdR)/Handout via Reuters

Tiongkok pada (12/3) lalu mengirimkan bantuan medis ke Italia agar mereka bisa melawan virus corona. Namun, yang dikirim Tiongkok rupanya tak hanya sekedar pasokan peralatan medis, mereka juga mengirimkan personel medis yang diangkut menggunakan pesawat khusus. 

Stasiun berita Al Jazeera melaporkan tim medis dari Tiongkok yang terdiri dari sembilan orang tiba pada (12/3) malam di Italia. Mereka turut membawa peralatan medis seberat 30 ton yang diatur oleh Komunitas Palang Merah Tiongkok. 

"Dalam momen penuh stres, kesulitan yang besar, kami merasa lega pasokan (medis) ini tiba. Betul bahwa bantuan ini mungkin hanya bisa membantu sementara waktu, tapi tetap saja ini sangat penting," ungkap Kepala Palang Merah Italia, Francesco Rocca. 

Selain itu, pemilik grup bisnis e-commerce Alibaba, Jack Ma menyumbangkan 500 ribu perlatan tes virus corona dan satu juta masker bagi rakyat Amerika Serikat. Dalam akun media sosial, Jack mengaku bersedia membantu karena Tiongkok sudah merasakan penderitaan serupa lebih dulu. 

"Berdasarkan pengalaman negara saya sendiri, kecepatan dan keakuran hasil tes dan perlengkapan medis bagi petugas profesional merupakan cara yang paling efektif mencegah penyebaran virus ini," demikian cuit Jack pada (16/3). 

Baca Juga: Akibat Virus Corona Tiongkok Rugi Rp850 Triliun

2. Bantuan dari Tiongkok diterima, lantaran Uni Eropa gagal membantu negara anggotanya menghadapi virus corona

Berhasil Lawan COVID-19, Tiongkok Kini Tawarkan Bantuan ke Eropa(Ilustrasi virus corona) IDN Times/Arief Rahmat

Pemerintah Italia akhirnya menerima bantuan dari Tiongkok, lantaran Uni Eropa dianggap gagal merespons permintaan tolong dari negara anggotanya. Padahal, Italia sangat membutuhkan peralatan medis secara cepat. 

Tingkat kematian pasien yang terjangkit virus corona disebut SCMP 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan yang terjadi di Tiongkok. Berdasarkan data real time dari Universitas John Hopkins, per (16/3) jumlah pasien yang meninggal mencapai 1.809 orang. 

Sistem kesehatan di Italia dijelaskan oleh dokter setempat sudah di ujung tanduk. Media lokal melaporkan ruang perawatan di rumah sakit sudah hampir semuanya penuh terisi pasien yang terpapar COVID-19, khususnya di wilayah bagian utara Italia. 

"Kami sudah meminta pasokan peralatan medis, dan Komisi Eropa meneruskan permohonan itu kepada negara anggota. Tapi, tidak berhasil," kata perwakilan tetap Italia di UE, Maurizio Massari. 

Sementara, menurut Menlu Italia, Luigi Di Maio, peralatan medis yang diterima dari Tiongkok  berdasarkan kontrak komersial. Jadi, bukan diberikan secara cuma-cuma. 

3. Benua Eropa sudah berubah menjadi episentrum baru pandemik virus corona

Berhasil Lawan COVID-19, Tiongkok Kini Tawarkan Bantuan ke EropaIlustrasi virus corona. (IDN Times/Arief Rahmat)

Situasi di Benua Eropa memang dalam kondisi waspada tingkat tinggi dalam menghadapi wabah COVID-19. Sebab, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyebut benua itu sudah berubah menjadi episentrum pandemik COVID-19.

Salah satu indikasinya adalah penyebaran virus yang diberi nama Sars-CoV-2 itu yang semakin masif dan tingkat kematiannya yang terus naik. Berdasarkan data real time yang dikutip dari Universitas John Hopkins pada (14/3), total ada 1.518 orang yang tewas di 15 negara di Benua Eropa. 

Namun, tingkat kematian tertinggi setelah Tiongkok masih terjadi di Italia. Dari data Universitas John Hopkins, total ada 1.266 orang yang tewas di Italia. Kemudian, disusul di bawahnya adalah Spanyol dengan dengan total kematian per (14/3) mencapai 133 orang. Di bawahnya ada Prancis dengan 79 orang yang meninggal. 

Kendati begitu, di saat yang bersamaan ada 1.439 orang yang berhasil sembuh di Italia, dari 17.660 kasus di negara pizza tersebut. Ini merupakan angka kematian tertinggi di sana yang berhasil dicatat. 

Sementara, Spanyol mengalami tingkat kematian 50 persen apabila dibandingkan hari sebelumnya. 

"Eropa kini sudah berubah menjadi episentrum pandemik (virus corona) dengan lebih banyak kasus dan tingkat kematian pasien dibandingkan negara lain, dan berada di luar dari Tiongkok. Lebih banyak kasus baru yang dilaporkan ketimbang yang terjadi di Tiongkok," ungkap Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dikutip dari stasiun berita BBC pada (14/3). 

Baca Juga: WHO Sebut Benua Eropa Kini Telah Jadi Episentrum Pandemik Virus Corona

Topik:

  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya