Brasil Tak Jadi Rilis Hasil Awal Uji Klinis Vaksin Sinovac, Kenapa?

Brasil coba rekrut 130 ribu relawan vaksin CoronaVac

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Brasil menunda mengumumkan rilis hasil awal uji klinis tahap ketiga vaksin CoronaVac. Semula, hasil uji klinis akan diumumkan ke publik pada Selasa, 15 Desember 2020, tetapi pemerintah baru akan merilisnya pada 23 Desember 2020. 

Kantor berita Reuters Selasa, 15 Desember 2020 melaporkan, batalnya rilis tersebut disebabkan Gubernur Joao Doria ingin agar sampel vaksin yang lebih besar ikut dimasukkan ke dalam analisis dalam laporan tersebut. Sehingga, laporan mengenai hasil awal uji klinis bisa lebih lengkap. 

Dengan begitu, analisis mengenai keampuhan atau efikasi vaksin CoronaVac akan ikut memasukkan sampel dari 151 relawan yang terinfeksi COVID-19. Maka, laporan yang akan diumumkan ke publik bukan sekadar laporan awal, melainkan juga laporan definitif. 

Program vaksinasi di Negeri Samba diwarnai dengan perbedaan sikap antara Gubernur Doria dan Presiden Jair Bolsonaro. Doria yang menjadi rival Bolsonaro sudah menentukan program vaksinasi di kota terbesar di Brasil itu akan digelar pada 25 Januari 2021. Sementara, Bolsonaro hingga kini belum menentukan kapan vaksinasi akan dilakukan. 

Apakah ini menandakan vaksin CoronaVac tidak aman?

1. Belum diketahui berapa efikasi atau keampuhan vaksin CoronaVac

Brasil Tak Jadi Rilis Hasil Awal Uji Klinis Vaksin Sinovac, Kenapa?Hasil perburuan vaksin COVID-19 (IDN Times/Sukma Shakti)

Hingga kini belum diketahui efikasi atau keampuhan dari vaksin CoronaVac buatan Sinovac Biotech. Kantor berita Reuters melaporkan, hasil uji klinis tahap akhir vaksin Sinovac paling cepat didapat pada bulan Desember 2020.

Direktur senior Sinovac, Weining Meng, mengatakan hal tersebut dalam konferensi Global Town Hall 2020 yang diselenggarakan secara daring. Uji coba tahap akhir ini mengambil sampel dari tiga negara, yaitu Brasil, Indonesia, dan Turki. Di Brasil, mereka mencoba untuk merekrut hingga 130 ribu relawan. 

Pada Minggu kemarin, Hakim Mahkamah Agung Brasil, Ricardo Lewandowski, telah memerintahkan Kementerian Kesehatan agar segera mengklarifikasi dalam kurun waktu 48 jam, kapan pemerintah akan memulai vaksinasi COVID-19. Maka tak heran bila Gubernur Doria dilaporkan terus menekan BPOM Brasil yang disebut Anivsa. Sedangkan, di sisi lain, Anivsa dipimpin oleh individu yang merupakan sekutu Presiden Bolsonaro. 

Bolsonaro sendiri diketahui sejak awal meremehkan pandemik COVID-19. Ia juga menyampaikan dengan lantang ke publik tidak akan mengonsumsi vaksin COVID-19.

Baca Juga: Sinovac Klarifikasi Bio Farma yang Sebut Kemanjuran Vaksin 97 Persen

2. Mitra Sinovac di Brasil, Butantan Institute memiliki kemampuan memproduksi hingga 1 juta vaksin per hari

Brasil Tak Jadi Rilis Hasil Awal Uji Klinis Vaksin Sinovac, Kenapa?Ilustrasi vaksin atau jarum suntik (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara, mitra Sinovac Biotech di Brasil, Institut Butantan siap memproduksi vaksin CoronaVac dengan kapasitas 1 juta vaksin per harinya. Meski belum memperoleh izin dari pemerintah federal, tetapi institut yang berlokasi di Sao Paulo itu tetap memproduksi vaksin CoronaVac. 

Di Indonesia sendiri, pilihan untuk membeli vaksin Sinovac menuai tanda tanya dari pemerintah. Sebab, vaksin tersebut tetap dibeli meski keampuhannya belum diketahui. Sebanyak 1,2 juta vaksin jadi CoronaVac sudah tiba di Indonesia pada 6 Desember 2020 lalu. Sisa 1,8 juta akan tiba di Tanah Air pada Januari 2021. 

3. Brasil tuding Tiongkok tidak transparan soal pemberian izin penggunaan darurat vaksin COVID-19

Brasil Tak Jadi Rilis Hasil Awal Uji Klinis Vaksin Sinovac, Kenapa?Ilustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Hal lain yang juga menjadi sorotan Brasil, Tiongkok dituding tak transparan mengenai data yang dijadikan alasan dalam mengeluarkan izin penggunaan darurat (EUA) vaksin COVID-19. Sejak awal, Presiden Jair Bolsonaro sudah meragukan keampuhan vaksin CoronaVac yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech. 

Gubernur Sao Paulo Joao Doria sudah mengumumkan program vaksinasi akan dimulai pada 25 Januari 2021. Tetapi, program itu tidak mungkin berjalan sebelum memperoleh izin dari otoritas kesehatan, Anvisa. 

"Brasil menjadi pemimpin internasional dalam evaluasi proses bagi (vaksin) CoronaVac," kata Anvisa dalam keterangan tertulis pada Selasa kemarin. 

Tiongkok diketahui telah mengeluarkan izin penggunaan darurat vaksin COVID-19 sejak Juni 2020 lalu. Namun, Anvisa menuding Tiongkok tidak transparan soal kriteria yang wajib dipenuhi agar izin penggunaan darurat bisa dirilis. 

"Saat ini tidak ada informasi mengenai kriteria yang digunakan oleh otoritas Tiongkok sehingga mereka bisa merilis izin penggunaan darurat," ujar Anvisa lagi. 

Hal itu dibantah oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Wang Wenbin. Ia menggaris bawahi dalam pengembangan vaksin, keamanan dan keampuhan vaksin menjadi prioritas utama. 

Baca Juga: 5 Fakta Sinovac, Salah Satu Vaksin COVID-19 Pilihan Indonesia

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya