Brasil: Tiongkok Tak Transparan Soal Izin Penggunaan Darurat Vaksin 

Tiongkok klaim sudah berhasil kendalikan pandemik

Jakarta, IDN Times - Otoritas kesehatan di Brasil, Anvisa menuding Tiongkok tak transparan soal alasan di balik izin penggunaan darurat (EUA) vaksin COVID-19 pada 14 Desember 2020 lalu. Data itu dibutuhkan sebagai salah satu pertimbangan merilis EUA di Brasil, lantaran negeri Samba juga akan menggunakan vaksin CoronaVac.

"Vaksin sudah diberi izin penggunaan darurat di Tiongkok sejak Juni 2020. Tetapi, kriteria dan apa dasar yang digunakan oleh Tiongkok untuk memberikan izin penggunaan darurat tidak transparan. Saat ini tak ada informasi yang tersedia mengenai kriteria yang sudah dikeluarkan oleh otoritas di Tiongkok untuk membuat keputusan itu," demikian keterangan tertulis Anvisa yang dikutip oleh kantor berita Reuters pada Selasa, 15 Desember 2020.

Pernyataan Anvisa ini sempat ditanggapi dengan hati-hati di Brasil. Sebab, pemimpin Anvisa kini diketahui berafiliasi secara politik ke Presiden Jair Bolsonaro. Sebelumnya, Direktur Utama Anvisa tidak pernah memihak kubu mana pun.

Hal ini dikhawatirkan oleh para ahli kesehatan di Brasil. Sebab, keputusan yang dikeluarkan dikhawatirkan terpengaruh pada afiliasi politik.

Sekitar 10 ribu orang telah diberikan vaksin CoronaVac buatan Sinovac dengan izin penggunaan darurat. Tetapi, hingga kini otoritas Negeri Tirai Bambu belum menyampaikan ke publik apa yang dijadikan dasar merilis EUA untuk vaksin CoronaVac.

Lalu, apa komentar Sinovac mengenai tuduhan bahwa vaksin mereka tidak aman dikonsumsi oleh publik?

1. Sinovac klaim vaksin buatan mereka aman dan memicu imunitas

Brasil: Tiongkok Tak Transparan Soal Izin Penggunaan Darurat Vaksin Ilustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Perwakilan manajamen Sinovac sempat ditanya mengenai tuduhan dari otoritas di Brasil. Mereka merujuk pernyataan pejabat berwenang kesehatan di Tiongkok pada Oktober lalu bahwa pemberian imunisasi dengan EUA dilakukan setelah melalui penelusuran yang ketat. Selain itu, pemberian EUA juga sudah sesuai dengan aturan yang diterapkan oleh Pemerintah Tiongkok dan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Vaksin menunjukkan keamanan dan memicu imunitas di fase satu dan dua saat dilakukan uji klinis," kata perwakilan Sinovac.

Saat ini, Sinovac sedang melakukan uji klinis tahap ketiga di Kota Sao Paulo. Selain itu, mereka juga melakukan aktivitas serupa di beberapa negara lain seperti Indonesia, Turki, Chile dan Bangladesh.

Gubernur Sao Paulo, Joao Doria berencana melakukan vaksinasi pada 25 Januari 2021. Namun, Gubernur Doria memastikan tak akan memberikan vaksin CoronaVac ke publik sebelum disetujui oleh Anvisa.

Tekanan dirasakan semakin tinggi oleh otoritas di Brasil, karena mereka belum berhasil mengamankan pasokan dari beberapa jenis vaksin COVID-19.

Baca Juga: Vaksin Merah Putih vs Vaksin Sinovac, Apa Bedanya?

2. Brasil juga mengusahakan agar memperoleh pasokan vaksin AstraZeneca dan Pfizer

Brasil: Tiongkok Tak Transparan Soal Izin Penggunaan Darurat Vaksin Hasil perburuan vaksin COVID-19 (IDN Times/Sukma Shakti)

Selain Sinovac, Brasil juga mengincar vaksin buatan Pfizer dan AstraZeneca. Kantor berita Reuters melaporkan Brasil sudah mengamankan 70 juta dosis vaksin Pfizer. Tetapi, hanya dua juta yang akan dikirimkan pada kuartal pertama tahun 2021.

"Hanya di paruh kedua tahun depan kita akan memiliki tingkat vaksinasi yang cukup untuk mengurangi sirkulasi virus," ujar Wakil Direktur bidang produksi dan inovasi di Fiocruz Institute, Marco Krieger.

Fiocruz Institute dilaporkan juga sudah meneken kesepakatan kerja sama dengan AstraZeneca. Institut yang berlokasi di Rio de Janeiro itu mengaku akan memproduksi vaksin AstraZeneca hingga 100 juta dosis pada paruh pertama 2021. Sedangkan, di paruh kedua 2021 diprediksi akan ada tambahan 110 juta vaksin. Nilai kesepakatan Fiocruz Institute dengan AstraZeneca mencapai SGD$495 juta atau setara Rp5,2 triliun. 

Namun, pemberian vaksin itu baru terealisasi setelah memperoleh izin dari Anvisa.

"Kami di Fiocruz tengah menyiapkan diri untuk sebuah marathon bukan lari jarak pendek 100 meter," kata Krieger lagi.

3. Data izin penggunaan darurat vaksin COVID-19 di Tiongkok sejak lama sudah jadi tanda tanya publik

Brasil: Tiongkok Tak Transparan Soal Izin Penggunaan Darurat Vaksin Ilustrasi bendera Tiongkok (ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter)

Menurut epidemiolog dari Universitas Griffith, Brisbane, Australia, Dicky Budiman, keluhan yang disampaikan oleh otoritas di Brasil menggambarkan tanda tanya publik ke Tiongkok. Sebab, Negeri Tirai Bambu sudah mengeluarkan izin EUA sejak Juli 2020, namun tidak ada data detail berapa jumlah individu yang sudah diberi vaksin COVID-19. 

"Ini kan sudah enam bulan (sejak vaksin diberikan), tapi laporan bahkan prelimenary (belum ada). Itu salah satu bentuk tidak transparannya mereka," ungkap Dicky melalui pesan pendek kepada IDN Times, Rabu (16/12/2020).

Hal lain yang jadi tanda tanya, Tiongkok justru mengeluarkan EUA vaksin COVID-19. Padahal, Tiongkok mengklaim sudah berhasil mengendalikan pandemik. 

"EUA itu kan dikeluarkan oleh negara-negara yang tidak bisa mengendalikan pandemik. Berarti, ini kenapa? Ini yang menimbulkan banyak pertanyaan," tutur dia lagi.

Laporan mengenai efektivis dan dampak samping vaksin COVID-19 di Tiongkok pun juga belum dikeluarkan.

"Metodologi dan siapa yang disasar dari pemberian vaksin juga belum jelas," kata dia. 

Hal penting lainnya yang digaris bawahi Dicky yaitu vaksin CoronaVac melalui uji klinis multi centre, artinya diuji di lebih satu negara.

"Bila hasil uji klinis di Indonesia atau Brasil sudah ada, tidak serta merta bisa digunakan. Itu kan hasil uji klinisnya harus dikompilasi," ujarnya. 

https://www.youtube.com/embed/IXAe7CBQOzY

Baca Juga: 5 Fakta Sinovac, Salah Satu Vaksin COVID-19 Pilihan Indonesia

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya