Brasil Umumkan Keseluruhan Efikasi Vaksin Sinovac Hanya 50,4 Persen

Efikasi vaksin di Brasil lebih rendah dari RI dan Turki

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Brasil kembali mengumumkan hasil efikasi vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech. Hasilnya berada di angka yakni 50,4 persen, lebih rendah dibandingkan dengan yang pernah diumumkan pekan lalu. 

Kantor berita Reuters, Selasa, 12 Januari 2021 melaporkan, efikasi hasil uji klinis CoronaVac di Brasil nyaris hanya memenuhi standar minimum yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 50 persen. Tak heran banyak ahli kesehatan di Brasil yang mengaku kecewa dengan hasil uji klinis vaksin CoronaVac.

Padahal, CoronaVac merupakan satu dari dua jenis vaksin yang disiapkan untuk menghadapi gelombang kedua pandemik COVID-19. 

Beberapa ahli dan pengamat menyatakan kecewa terhadap Institut Butantan yang merilis hasil efikasi, namun hanya mendasarkan pada data yang belum lengkap. Alhasil, hal itu memicu kemunculan ekspektasi yang tak realistis bagi CoronaVac. 

"Kita sudah memiliki vaksin yang baik, tapi bukan yang terbaik di dunia dan bukan vaksin yang ideal," kata ahli mikrobiologi Brasil,  Natalia Pasternak yang mengkritik pengumuman Institut Butantan pekan lalu yang berlebihan. 

Pekan lalu para peneliti di Brasil sempat merayakan hasil uji klinis vaksin CoronaVac yang menunjukkan efikasi 78 persen, sehingga dapat memberi perlindungan bagi kasus COVID-19 yang ringan sampai berat. Tetapi, belakangan mereka menjelaskan sebagai efikasi klinis. 

Direktur medis penelitian klinis Institut Butantan, Ricardo Palacios dan pejabat berwenang di Sao Paulo mengatakan, hasil uji klinis CoronaVac sudah cukup baik. Menilik data penelitian tersebut tidak ada relawan vaksin CoronaVac yang perlu dirawat di rumah sakit meski terinfeksi COVID-19 dan menunjukkan gejala. 

Lalu, mengapa hasil efikasi uji klinis CoronaVac di Brasil bisa berbeda?

1. Ini alasan keseluruhan efikasi vaksin sinovac di Brasil lebih rendah

Brasil Umumkan Keseluruhan Efikasi Vaksin Sinovac Hanya 50,4 PersenPekerja melakukan bongkar muat Envirotainer berisi vaksin COVID-19 Sinovac setibanya dari Beijing di Terminal Cargo Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, 31 Desember 2020. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

Laman Bloomberg, Selasa, 12 Januari 2021 melaporkan, peneliti dari Institut Butantan dan pejabat berwenang di Sao Paulo, Brasil mengelompokan kasus ke dalam enam kategori yaitu tidak menunjukkan gejala (asymptomatic), sangat ringan, ringan, dua tingkat moderat dan parah. Dua kategori pertama tak membutuhkan bantuan medis. 

Menurut pejabat berwenang di Sao Paulo, 78 persen dihitung hanya berdasarkan kasus yang ringan, moderat dan parah. Para peneliti akhirnya menghitung ulang dan memasukkan data berisi kasus sangat ringan dari total 13 ribu relawan, sehingga menghasilkan efikasi 50,4 persen.

Dari angka itu, Institut Butantan mengungkap selama proses uji klinis tahap ketiga ada 167 relawan yang terpapar COVID-19. Sebanyak 167 relawan menerima suntikan plasebo dan 85 relawan disuntik vaksin CoronaVac. 

"Vaksin ini terbukti menurunkan intensitas atau keparahan penyakit," ungkap Direktur medis untuk penelitian klinis Institut Butantan, Ricardo Palacios.

Selain itu, Palacios menjelaskan efikasi vaksin CoronaVac rendah karena relawan dalam uji klinis tahap ketiga mayoritas tenaga medis. Mereka lebih rentan terpapar COVID-19 karena tetap merawat pasien. Apalagi ada jeda waktu dari suntikan pertama ke dosis suntikan kedua. Dimasukkannya kasus sangat ringan turut mempengaruhi hasil akhir efikasi CoronaVac. 

"Kami menambahkan semua kemungkinan yang berisi kesulitan. Bila Anda memperpendek jeda waktu dalam pemberian dosis vaksin, maka Anda akan menurunkan tingkat imunitas tubuh," katanya lagi. 

Baca Juga: Brasil Umumkan Efikasi Vaksin Sinovac 78 Persen, Aman untuk Lansia

2. Ahli epidemiologi sebut vaksin sinovac belum bisa jadi senjata pamungkas

Brasil Umumkan Keseluruhan Efikasi Vaksin Sinovac Hanya 50,4 PersenIlustrasi vaksin COVID-19 buatan Sinovac (Dokumentasi Sinovac)

Sementara, ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Dr. Pandu Riono melalui akun media sosialnya menjelaskan, hasil efikasi yang berkisar di angka 50 persen menunjukkan vaksin CoronaVac hanya memberikan perlindungan separuh. Artinya, orang yang telah disuntika vaksin itu, dua kali lebih rendah terpapar COVID-19 yang menimbulkan gejala. 

Melihat hasil akhir efikasi di Brasil semakin menguatkan pernyataan yang sejak dulu sudah Pandu sampaikan. Menurut dia, vaksin sinovac tidak bisa dijadikan senjata pamungkas dalam menghadapi pandemik.

"Vaksin itu pelengkap. Lain cerita kalau menggunakan vaksin dengan efikasi tinggi dan tetap menerapkan 3M serta 3T, maka (pandemik) bisa cepat teratasi. Bila hanya (efikasi vaksin) hanya 50 persen, mungkin saat Pak Jokowi sudah tak lagi jadi presiden, herd immunity juga tak akan tercapai," ungkap Pandu ketika dihubungi oleh IDN Times melalui telepon pada Rabu, 13 Januari 2021.

"Makanya saya katakan herd immunity sekedar ilusi. Kalau mau (mencapai) itu harus 100 persen (perlindungan yang diberikan). Kan enggak mungkin bisa ciptakan herd immunity bila efikasi vaksinnya hanya 50 persen," kata dia lagi. 

Ia juga menjelaskan di negara yang telah mulai proses vaksinasi, kasus COVID-19 tidak serta merta mengalami penurunan. Pandu mengambil contoh di Inggris. Meski sudah memberi vaksin Pfizer kepada kelompok prioritas, tetapi Negeri Ratu Elizabeth itu tetap memberlakukanlockdown sejak akhir tahun 2020. 

3. Separuh warga Brasil tak mau disuntik vaksin COVID-19?

Brasil Umumkan Keseluruhan Efikasi Vaksin Sinovac Hanya 50,4 PersenIlustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Rendahnya efikasi vaksin CoronaVac di Brasil dikhawatirkan memicu jumlah warga yang enggan disuntik vaksin. Menurut laporan Reuters pada 12 Desember 2020 lalu saja, hasil survei menunjukkan 50 persen warga di Brasil tak bersedia menerima vaksin COVID-19. 

Survei dilakukan oleh Datafolha pada akhir tahun 2020. Jumlah warga yang menolak divaksin pada Desember lebih tinggi ketika survei serupa dilakukan pada Agustus 2020 lalu yang menunjukkan penolakan hanya sembilan persen. 

Data yang diperoleh Datafolha menunjukkan 47 persen saja warga Brasil yang bersedia disuntik vaksin CoronaVac buatan Sinovac Biotech. Sedangkan, tiga persen mengaku belum memutuskan apakah bersedia divaksin atau tidak. 

Pada November 2020, Presiden Brasil, Jair Bolsonaro mengaku tak bersedia disuntik vaksin bila produk itu sudah tersedia. Ia bahkan juga mengaku ragu terhadap kualitas vaksin CoronaVac yang diteliti bersama dengan Institut Butantan di Brasil. 

Hingga saat ini, izin edar darurat (EUA) belum dikeluarkan oleh otoritas kesehatan di Brasil. Pemprov Sao Paulo berencana melakukan vaksinasi terhadap 46 juta warga pada 25 Januari 2021. Sejauh ini, mereka sudah menyediakan stok 11 juta dosis vaksin CoronaVac. 

Kementerian Kesehatan Brasil sudah meneken kontrak dengan Institut Butantan untuk mengggunakan 100 juta vaksin CoronaVac. Vaksin itu menambah stok yang sudah ada dari AstraZeneca. 

Baca Juga: Efikasi Vaksin Sinovac di Indonesia Lebih Rendah dari Turki dan Brasil

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya