Badan Kesehatan AS: Kalau Warga Mau Pakai Masker, Pandemik Terkendali

"Pandemik ini bisa dikendalikan dalam 4-8 minggu"

Jakarta, IDN Times - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengatakan bila saja warga Negeri Paman Sam mau memakai masker, maka kenaikan kasus COVID-19 bisa dikendalikan dalam periode 4-8 pekan. Hal itu disampaikan oleh Direktur CDC, Robert Redfield pada Selasa, 14 Juli 2020 ketika melakukan wawancara secara daring dengan Asosiasi Jurnal Medis Amerika (JAMA), terbitan khusus medis. 

"Saya pikir bila kita bisa meminta orang untuk mengenakan masker saat ini, kita bisa mengendalikan (pandemik) ini dalam kurun waktu empat, enam, hingga delapan pekan," tutur Redfield dan dikutip dari stasiun berita Channel News Asia pada Rabu (15/7/2020). 

Ia juga mengaku sedih mengapa isu penggunaan masker harus dipolitisasi. Padahal, itu merupakan isu kesehatan publik. 

Ia mengatakan gembira ketika Presiden Donald J. Trump dan Wapres akhirnya bersedia menggunakan masker. 

"Jelas sekali dalam situasi mereka saat ini, bisa saja mereka membenarkan bahwa mereka tidak perlu (mengenakan masker). Tapi, kami butuh mereka untuk menjadi contoh (penggunaan masker)," kata dia lagi. 

Menurut CDC, penggunaan masker untuk mencegah penularan COVID-19 terbilang sangat efektif. Lho, apa buktinya?

1. Laporan CDC menunjukkan dua stylist di salon yang mengenakan masker bisa cegah penularan

Badan Kesehatan AS: Kalau Warga Mau Pakai Masker, Pandemik Terkendali(Ilustrasi pegawai salon di era pandemik) www.instagram.com/@rudyhadisuwarno.school

CDC juga merilis laporan pada Selasa kemarin yang mengambil contoh dua stylist yang mengenakan masker kendati terpapar COVID-19, maka mereka tidak akan menularkan penyakit itu ke para pelanggannya. Hal itu sempat terjadi di sebuah salon di Kota Missouri pada Mei lalu. Dua penata rambutnya terpapar COVID-19. 

Namun, karena ketika bekerja, mereka menggunakan masker, maka sekitar 140 orang pelanggannya tidak terpapar COVID-19. Temuan itu justru menguatkan semakin diperlukannya kebijakan untuk menutup wajah sebagai cara untuk memperlambat penyebaran Sars-CoV-2. 

Kasus penyebaran di salon di Kota Missouri bermula dari dua penata rambut yang terpapar COVID-19. Penata rambut A mulai merasakan gejala sesak di saluran pernafasan pada 12 Mei 2020. Namun, ia malah terus bekerja hingga 20 Mei 2020 ketika mengetahui hasil tesnya ia positif terpapar COVID-19. 

Bahkan, penata rambut A tidak mempedulikan saran medis untuk melakukan isolasi mandiri ketika hasil tesnya keluar pada 18 Mei 2020. Sedangkan, penata rambut B tertular dari penata rambut A.

Ia mulai mengalami gejala COVID-19 pada 15 Mei 2020 dan bekerja hingga 20 Mei 2020. Penata rambut B dinyatakan positif dua hari kemudian. 

Baca Juga: Begini Protokol Kesehatan di Salon dan Barbershop

2. 139 klien di salon yang kontak dengan dua penata rambut dipantau dan tak ada yang terpapar COVID-19

Badan Kesehatan AS: Kalau Warga Mau Pakai Masker, Pandemik Terkendali(Ilustrasi peralatan salon) IDN Times/Helmi Shemi

Usai diketahui ada dua penata rambut di salon tersebut yang terpapar COVID-19, penelusuran kontak pun dilakukan terhadap pelanggan yang sempat berinteraksi. Ada 139 pelanggan yang dimonitor selama dua pekan. Tes juga dilakukan kepada mereka semua lima hari setelah mereka melakukan kontak. 

Hasilnya, tidak ada satu pun dari 67 orang yang menjalani tes yang ditemukan positif COVID-19. Namun, ada sebagian pelanggan yang menolak untuk menjalani tes. Tetapi, mereka tidak menunjukkan gejala apapun dalam dua pekan terakhir. Hal itu diketahui karena petugas kesehatan rutin mengirimkan teks untuk memperoleh informasi mengenai status kesehatannya. 

Berdasarkan data, para pelanggan yang datang ke salon itu berasal dari beragam usia, mulai dari 21 hingga 93 tahun. Rata-rata usia mereka adalah 52 tahun. Tetapi, mayoritas dari mereka mengenakan masker selama proses pengerjaan yang berlangsung antara 15 menit hingga 45 menit. 

Mayoritas klien ketika mendatangi salon itu mengenakan masker medis atau masker kain. Sementara, 5 persen dari pelanggan mengenakan masker N95. 

3. Warga AS sulit mengenakan masker karena tak semua negara bagian mewajibkan untuk pakai

Badan Kesehatan AS: Kalau Warga Mau Pakai Masker, Pandemik TerkendaliIlustrasi pasien virus corona. ANTARA FOTO/Umarul Faruq

Maka, kini muncul pertanyaan mengapa begitu sulit bagi warga AS untuk mengenakan masker. Padahal, aktivitas itu begitu sederhana untuk dilakukan. 

Pengajar dari Emory University Global Health and Law, Polly Price, mengatakan situasi yang kini dialami oleh Negeri Paman Sam sudah menyerupai ketika pandemik flu Spanyol terjadi tahun 1918 lalu. Ketika itu, dokter bedah AS telah menyarankan semua orang untuk mengenakan dan menggunakan masker mereka masing-masing. Itu instruksi yang sama yang terdapat di situs resmi CDC. 

"Tetapi, itu terserah kepada negara-negara bagian dan pemerintahan setempat apakah mewajibkan semua warganya mengenakan masker. Tetapi, pada kenyataannya tak semua mewajibkan itu," ungkap Price dan dikutip stasiun berita BBC pada Mei lalu. 

Beberapa kota bahkan mengenakan denda bagi orang-orang yang tak mengenakan masker. 

"Ada juga gugatan ke pengadilan soal kewajiban mengenakan masker, tetapi pada umumnya hasil sidang justru menegakan putusan otoritas setempat untuk mengenakan masker," kata dia lagi. 

Baca Juga: Siapkan Protokol Kesehatan Iduladha, Semua Menko akan Rapat Bersama

Topik:

Berita Terkini Lainnya