Cerita Ironis Korban Salah Konsumsi Chloroquine untuk Cegah COVID-19

Satu warga AS tewas usai konsumsi chloroquine untuk ikan

Jakarta, IDN Times - Langkah yang ditempuh oleh Presiden Joko "Jokowi" Widodo dengan mengumumkan dua jenis obat untuk mengobati penyakit COVID-19 mirip seperti yang dilakukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam pemberian keterangan pers pada pekan lalu, mogul properti itu menyebut Badan Administrasi Makanan dan Obat (FDA) sudah memberikan izin untuk obat chloroquine bisa dikonsumsi bagi pasien COVID-19. 

"Obat ini sangat menjanjikan, sangat, sangat menjanjikan di hasil awal. Dan kami akan bisa menyediakan obat itu tersedia dalam waktu dekat. Itu lah kehebatan FDA. Obat-obat ini sudah melalui proses persetujuan. Jadi, sudah disetujui (oleh FDA)," kata Trump pekan lalu seperti dikutip dari stasiun berita CNN, Senin (23/3). 

Namun, pernyataan Trump itu sangat fatal. Sebab, tidak saja berdampak bagi warga AS sendiri, namun juga invididu di negara lainnya. Lho, kok bisa begitu? 

1. Seorang pria lansia di Arizona meninggal usai mengonsumsi chloroquine fosfat yang digunakan untuk perawatan ikan koi

Cerita Ironis Korban Salah Konsumsi Chloroquine untuk Cegah COVID-19animals.howstuffworks.com

Mimpi buruk itu bermula ketika istri dari korban sempat menonton jumpa pers Trump mengenai obat yang diklaimnya sudah disetujui oleh FDA dan dapat dikonsumsi untuk mencegah tertular virus corona. Nama obat yang disebut Trump adalah chloroquine. 

"Saya melihat obat itu ada di rak belakang dan berpikir 'hei, bukan kah ini benda yang mereka bicarakan di televisi'?" kata istri yang tak mau disebut namanya itu kepada NBC News. 

Padahal, chloroquine yang dimilikinya bukan obat antimalaria melainkan perawatan untuk ikan koinya di rumah. Tak lama mengonsumsi obat itu, perempuan lansia itu langsung muntah. 

"Kami khawatir akan jatuh sakit," kata istri korban sebelum kondisinya memburuk.

Ketika ia merasa pusing dan muntah-muntah, suaminya mengalami kesulitan bernafas dan langsung memegang tangan sang istri. Sang istri langsung menghubungi layanan darurat 911. 

"Yang mengangkat telepon sempat menanyakan banyak pertanyaan, termasuk apa yang saya konsumsi. Saya kesulitan dan langsung tak sadarkan diri," tutur perempuan itu. 

Tak lama usai suaminya tiba di rumah sakit, ia langsung menghembuskan nafas terakhir. Sedangkan, istrinya dalam kondisi kritis. 

Menurut ahli kesehatan di Arizona, yang dikonsumsi oleh pasangan lansia itu adalah zat yang dapat membuat ketagihan, chloroquine fosfat namun untuk ikan koi. Bahasa medis obat itu disebut hydroxychloroquine. 

Baca Juga: RI Pilih Klorokuin Bagi Pasien COVID-19, WHO Sebut Obat Belum Manjur

2. Tiga warga di Nigeria kelebihan dosis mengonsumsi chloroquine

Cerita Ironis Korban Salah Konsumsi Chloroquine untuk Cegah COVID-19Ilustrasi Corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Sedangkan, di Nigeria, tiga warganya dilarikan ke rumah sakit karena kelebihan mengonsumsi obat chloroquine. Padahal, obat antimalaria itu tidak bisa sembarangan dikonsumsi dan harus dengan resep dokter. 

Juru bicara Presiden Gubernur Lagos, Nigeria, Gboyega Akosile menyampaikan kembali para ahli kesehatan dan petugas medis agar warganya tidak mengonsumsi chloroquine dalam jumlah banyak. Itu merupakan salah satu cara untuk melawan COVID-19. 

Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah menyampaikan belum ada bukti yang menunjukkan pasien COVID-19 bisa sembuh karena mengonsumsi obat chloroquine. Kepala perawatan klinis dalam program emergensi WHO, Janet Diaz pernah menyatakan dalam jumpa pers yang digelar pada (20/2) lalu klorokuin atau obat anti malaria belum terbukti ampuh untuk menyembuhkan pasien COVID-19. 

"Untuk obat klorokuin belum ada bukti yang menyebut bahwa itu merupakan perawatan efektif saat ini. Kami merekomendasikan agar metode itu diuji coba secara klinis untuk memperlihatkan kemanjuran dan keamanannya," kata Diaz dalam briefing dengan media ketika itu dari kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss. 

Bahkan, Diaz mengatakan hingga saat ini belum ada perawatan yang terbukti efektif untuk memulihkan pasien COVID-19. Kendati begitu, Diaz tidak menampik ada uji coba klinis yang tengah dilakukan di Tiongkok untuk mencari formulasi obat bagi pasien COVID-19. 

Usai diumumkan oleh Presiden Trump, obat chloroquine diyakini bisa mengobati pasien COVID-19, harga obat itu di Nigeria langsung melonjak naik. Seorang pria mengatakan kepada stasiun berita CNN bahwa harga chloroquine langsung melonjak 400 persen ketika ditemui di apotek di ibukota Lagos. Situasi serupa juga ditemui di Indonesia. 

3. Pemerintah Indonesia sudah mewanti-wanti chloroquine bukan obat untuk mencegah COVID-19

Cerita Ironis Korban Salah Konsumsi Chloroquine untuk Cegah COVID-19Juru Bicara Pemerintah COVID-19, Achmad Yurianto. Dok BNPB

Bila tidak dikendalikan, maka situasi di AS dan Nigeria juga bisa menimpa di Indonesia. Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, dr. Achmad Yurianto mengaku sudah mewanti-wanti warga di dalam negeri agar tidak perlu menimbun obat chloroquine. Sebab, itu bukan untuk mencegah agar tidak tertular virus corona, melainkan hanya membantu proses penyembuhan. 

Selain itu, klorokuin bukan obat yang dijual bebas dan membutuhkan resep dokter. 

"Chloroquine itu obat untuk penyembuhan, bukan untuk pencegahan (agar tidak terjangkit COVID-19). Jadi, masyarakat tidak perlu membeli dan menyimpannya. Chloroquine perlu resep dokter," kata pria yang akrab disapa Yuri itu ketika memberikan keterangan pers dari kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang disiarkan secara daring pada Sabtu (21/3). 

Keberadaan obat anti malaria itu juga sulit diperoleh di apotek. Namun, uniknya malah banyak diperjual belikan di toko-toko daring. Melalui toko daring ini, merchant tidak mewajibkan pembeli untuk menunjukkan resep dokter sebelum membeli. 

Baca Juga: Jubir Pemerintah: Klorokuin Obat untuk Penyembuhan Bukan Pencegahan

Topik:

  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya