Dubes Tantowi: PM Ardern Tak Segan Pecat Menteri yang Buat Skandal

Menkes Selandia Baru dipecat karena langgar aturan lockdown

Jakarta, IDN Times - Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya, memuji gaya kepemimpinan Perdana Menteri Jacinda Ardern. Meski terpilih sebagai PM periode pertama di usia 37 tahun, namun ia bisa bersikap baik dan tegas di waktu yang bersamaan. 

Contohnya, ketika pemimpin Partai Buruh itu memecat teman baiknya yang duduk sebagai Menteri Kesehatan, David Clarke. Clarke mengumumkan mundur dari kabinet pada 2 Juli 2020 lalu karena terbukti melanggar aturan karantina wilayah dengan membawa keluarganya berlibur ke pantai.

Padahal, saat karantina wilayah, warga Kiwi diminta untuk tetap tinggal di rumah. Agar tetap bisa bertahan hidup, warga diberi insentif oleh pemerintah. 

"Menteri lainnya yang dipecat dua bulan jelang pemilu adalah menteri imigrasi. Artinya, bila ia harus mengambil keputusan yang baik bagi orang banyak, maka tidak ada tedeng aling-aling bagi PM Ardern," ungkap Tantowi ketika berbicara di program Ambassador's Talk by IDN Times pada Senin, 19 Oktober 2020. 

Menurut laporan harian The Guardian, Menteri Imigrasi, Lees-Galloway, dipecat lantaran ia berselingkuh dengan staf di kantornya selama satu tahun terakhir. Bocoran informasi itu diperoleh Ardern dari pemimpin kelompok oposisi. 

Apa lagi yang menyebabkan Ardern begitu dikagumi sebagai pemimpin oleh warga Selandia Baru dan dunia?

1. Sikap simpatik yang ditunjukan oleh PM Ardern bukan sekedar akting

Dubes Tantowi: PM Ardern Tak Segan Pecat Menteri yang Buat SkandalPerdana Menteri Jacinda Ardern kenakan kerudung ketika menghadiri peringatan teror di Christchurch (Dewan Kota Christchurch)

Menurut Tantowi yang sering bertemu dengan PM Ardern, sikap pemimpin yang kini berusia 40 tahun itu memang seperti yang selama ini digambarkan media. Ia baik dan penuh kasih sayang. Semua sikap yang membuat publik bersimpati itu, kata Dubes yang merupakan politikus Partai Golkar tersebut, bukan akting. 

"Salah satu yang mencolok yaitu ketika menemui para korban teror di Christchurch pada Maret 2019 lalu. Ia mengenakan kerudung ketika itu. Gesture sederhana seperti itu rupanya mendapat apresiasi bukan hanya dari keluarga korban, melainkan juga dari komunitas Islam di Selandia Baru dan di dunia," kata Tantowi. 

Pada 15 Maret 2020 lalu, seorang teroris berkulit putih asal Australia, Brenton Tarrant melepaskan tembakan membabi buta di dua masjid di Christchurch. Stasiun berita Al Jazeera, 22 Maret 2019 lalu melaporkan 51 orang tewas dalam aksi kejam yang baru kali pertama di Negeri Kiwi, termasuk satu WNI. Akibat aksi teror itu, Tarrant dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan tidak diberikan fasilitas pembebasan bersyarat. 

Paska kejadian itu, PM Ardern merevisi aturan penggunaan senjata di Selandia Baru. Ia melarang semua penggunaan semi otomatis militer. Berdasarkan data, ada sekitar 1,2 juta hingga 1,5 juta senjata yang beredar di Selandia Baru. Pemerintah memutuskan untuk membeli kembali senjata jenisrifle yang sudah beredar di publik. 

Sikap simpatik lainnya yang ditunjukkan oleh Ardern ketika membawa bayi perempuannya, Neve Te Aroha ke forum Sidang Umum PBB pada 25 September 2018. Ardern terpaksa membawa bayinya karena ia masih berusia tiga bulan dan membutuhkan ASI eksklusif. Sikapnya menuai apresiasi dari para pemimpin dunia yang ikut sidang di markas PBB di New York. Saat Ardern menyampaikan pidatonya, tunangannya, Clarke Gayford yang menggendong bayi mereka. 

Baca Juga: Jacinda Ardern Menangi Pemilu Selandia Baru, Jadi PM Lagi

2. Survei menunjukkan lebih dari 80 persen warga Selandia Baru setuju opsi lockdown untuk melawan COVID-19

Dubes Tantowi: PM Ardern Tak Segan Pecat Menteri yang Buat SkandalDubes Tantowi Yahya (pojok kanan) bersama PM Jacinda Ardern (tengah) (Iinstagram.com/tantowiyahyaofficial)

Sementara, dalam peperangan melawan COVID-19, Selandia Baru menerapkan kebijakan yang ketat sejak awal kemunculan pandemik. PM Ardern sejak 23 Maret 2020 lalu sudah memutuskan untuk memberlakukan karantina wilayah. Bahkan, sejak awal Februari, PM Ardern sudah melarang turis dari Tiongkok masuk ke Selandia Baru. 

Tantowi mengutip sebuah survei yang mengatakan lebih dari 80 persen warga Negeri Kiwi setuju dengan keputusan kabinet PM Ardern memberlakukan karantina wilayah. Bila ada penolakan, maka itu muncul dari pendukung partai baru yang mengikuti pemilu tahun 2020 ini. Artinya, mayoritas warga Selandia Baru bersedia mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap berada di rumah. 

"Salah satu kunci kesuksesan peperangan melawan COVID-19 adalah dukungan dari masyarakat yakni dengan patuh dan disiplin terhadap anjuran yang disampaikan oleh pemerintah," kata pria yang dulu sempat menjadi pembawa kuis itu. 

Tantowi tidak membantah bahwa tingkat kepercayaan dari publik ke pemerintah yang tinggi menyebabkan mereka bersedia mengikuti anjuran ketika menghadapi pandemik. Hal itu, kata Tantowi, didukung faktor kesuksesan Ardern dalam mengatasi dua krisis yakni penembakan di masjid di Christchurch dan meletusnya Gunung di White Island. Insiden terakhir menewaskan 25 turis meninggal dunia. 

"Karena dia cepat mengambil keputusan sehingga rasa percaya publik terhadap PM Ardern semakin tebal," ujarnya lagi. 

3. Pemilu di Selandia Baru sempat ditunda satu bulan karena kasus infeksi COVID-19 sempat tinggi

Dubes Tantowi: PM Ardern Tak Segan Pecat Menteri yang Buat SkandalPerdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern (Instagram.com/jacindaardern)

Dubes Tantowi pun menjelaskan pemilu di Selandia Baru memang sempat ditunda satu bulan lantaran muncul outbreak baru di area Auckland, kota terbesar kedua di sana. Kasus itu berasal dari warga Selandia Baru yang baru kembali dari luar negeri. 

Salah satu strategi yang diterapkan di Selandia Baru yakni di setiap tempat dipasang alat di mana warga wajib scan ponselnya ke alat tersebut. Hal ini untuk membantu petugas kesehatan melakukan contact tracing

"Jadi, itu sudah menjadi new normal di sini. Ketika kita masuk ke satu tempat, kita akan melakukan scan dan data kita akan tersimpan di aplikasi tersebut," ujar Tantowi. 

Sehingga, bila di kemudian hari ditemukan ada kasus COVID-19 di tempat tersebut, maka pemerintah bisa dengan mudah menghubungi individu yang ke sana dalam kurun waktu tertentu. 

"Pemerintah akan lebih mudah dalam memberikan fasilitas tes usap, bila terbukti positif, maka individu tersebut akan diisolasi," tuturnya lagi. 

Baca Juga: Selandia Baru Berhasil Kalahkan COVID-19 Dua Kali, Apa Rahasianya?

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya