India Bela Presiden Prancis dengan Tagar #IStandWithFrance

"Toleransi seharusnya sekuler juga. #IStandWithFrance"

Jakarta, IDN Times - Di saat negara-negara Arab mengkritik Presiden Emmanuel Macron dan menyerukan agar produk buatan Prancis diboikot, reaksi berbeda justru datang dari India. Selama dua hari terakhir, tagar #IStandWithFrance dan #WeStandWithFrance menjadi tren di akun media sosial di India. Sebagian warga India mendukung pidato yang disampaikan oleh Macron bahwa paham radikalisme tidak bisa dibiarkan berkembang. 

Stasiun berita Al Jazeera, Rabu, 28 Oktober 2020 melaporkan tagar itu menunjukkan sebagian besar warga India memilih berada di belakang Presiden Macron. Pemimpin Prancis itu sejak pekan lalu menjadi sasaran kemarahan warga Muslim dunia karena dianggap telah menyudutkan Islam. Indonesia pun turut mengecam pidato yang disampaikan oleh Macron tersebut. 

Dalam pidatonya, Macron menuding umat Muslim di Prancis sebagai separatis dan menggambarkan Islam tengah mengalami krisis di seluruh dunia. Permasalahan semakin memanas ketika Macron tidak mengecam penerbitan karikatur Nabi Muhammad atau cara Samuel Paty menunjukkan gambar tersebut di ruang kelas. 

Lalu, apa kata warga India di media sosial soal boikot produk buatan Prancis?

1. Warga India tak sepakat bila kemarahan terhadap kartun Nabi Muhammad direspons pembunuhan

India Bela Presiden Prancis dengan Tagar #IStandWithFranceIlustrasi pembunuhan (IDN Times/Arief Rahmat)

Berdasarkan penelusuran di akun media sosial dengan menggunakan tagar #IStandWithFrance dan #WeStandWithFrance, warga India tak sepakat dengan aksi teror yang menimpa guru sejarah Samuel Paty. Guru itu dibunuh oleh seorang pemuda dari etnis Chechnya, Abdoullakh Anzorov. Tidak tanggung-tanggung, Anzorov pada 16 Oktober 2020 memenggal kepala Paty lantaran marah guru itu menunjukkan kartun Nabi Muhammad. 

Ada pula yang berpendapat Prancis sejak awal bukanlah negara Islam, sehingga bila ada perbuatan warganya yang melanggar hukum, maka pembunuhan bukan menjadi solusi. Individu tersebut bisa mengajukan gugatan ke pengadilan. 

Ada pula warga yang menyuarakan bahwa India merupakan salah satu contoh negara yang juga menjadi korban dari ideologi Islam yang dinilai ekstremis. 

Baca Juga: Indonesia Kecam Pidato Presiden Prancis yang Sudutkan Islam 

2. India mendukung Prancis karena adanya sentimen anti-Muslim?

India Bela Presiden Prancis dengan Tagar #IStandWithFrancePerdana Menteri India Narendra Modi memberikan penghormatan di tugu peringatan Mahatma Gandhi pada hari ulang tahun ke 150 Gandhi di Rajghat, India, pada 2 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi

Namun, di sisi lain, ada yang menuding sikap mayoritas warga India membela Prancis karena kini Partai Bharatiya Janata Party (BJP) yang tengah berkuasa. Di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi, Pemerintah India dinilai anti terhadap Muslim. 

Salah satu contoh kebijakan mereka yang dikritik yakni ketika pemerintah mengamandemen UU mengenai kewarganegaraan (CAB). Dengan adanya UU itu, maka etnis minoritas dari Pakistan, Bangladesh dan Afghanistan bisa memperoleh kewarganegaraan di India. 

Melalui UU itu pula, pemerintah mempermudah syarat bagi warga dari agama Hindu, Sikh, Jain, Parsi dan Kristen untuk menjadi warga negara India. Dikutip dari stasiun berita BBC, 11 Mei 2019 lalu, bila warga asing yang memeluk kelima agama itu atau bisa membuktikan datang dari etnis minoritas di Pakistan, Afghanistan atau Bangladesh, maka mereka hanya perlu tinggal atau bekerja di India selama enam tahun. Di dalam aturan sebelumnya, warga asing harus tinggal atau bekerja di sana selama 11 tahun. 

UU itu menimbulkan kontroversi karena dianggap melanggar prinsip sekularisme yang berlaku di dalam konstitusi India. Kelompok oposisi di India mengatakan pemerintah tidak bisa menjadikan agama sebagai status seseorang layak memperoleh kewarganegaraan. Hal ini bisa mendiskriminasikan warga asing beragama Islam yang ingin jadi warga India. 

Tetapi, Pemerintah India bersikeras mereka tak berniat mendiskriminasi umat Muslim. Mereka hanya ingin melindungi kaum minoritas dari Pakistan, Bangladesh dan Afghanistan. Lantaran pemerintah tak mau mengubah aturan itu, maka sempat terjadi unjuk rasa besar-besaran yang berakhir ricuh. Puluhan demonstran, mayoritas beragama Islam tewas dalam insiden itu. 

3. India baru-baru ini membeli lima jet tempur buatan Prancis

India Bela Presiden Prancis dengan Tagar #IStandWithFranceIlustrasi jet Rafale buatan Prancis (www.aa.com.tr)

Ada pula yang mengaitkan dukungan bagi Presiden Macron dengan pembelian 36 jet tempur canggih Rafale buatan Prancis. Kesepakatan pembelian jet tempur itu diteken pada 2016 lalu dengan nilai kontrak mencapai US$9,4 miliar.

Stasiun berita Al Jazeera melaporkan pengiriman 36 jet itu dilakukan secara bertahap. Gelombang pertama jet Rafale tiba di India terdiri dari lima unit pada Juli 2020 lalu. Semua jet diprediksi sudah diterima oleh India pada tahun 2022 mendatang.

Berdasarkan data, kecepatan jet Rafale bisa mencapai 1.389 kilometer per jam. Sebagai perbandingan untuk bisa menempuh jarak dari Prancis ke India hanya butuh waktu 10 jam dengan menggunakan jet tempur Rafale. 

Baca Juga: Presiden Prancis Enggan Kecam Penerbitan Ulang Kartun Nabi Muhammad

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya