Indonesia Kutuk Aksi Penistaan Al-Qur'an di Swedia dan Norwegia

Kemenlu sampai memanggil Wakil Dubes Swedia dan Norwegia

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Indonesia mengutuk aksi penistaan Al-Qur'an yang terjadi di Swedia dan Norwegia pada pekan lalu. Aksi pembakaran Al-Qur'an terjadi di Swedia pada 28 Agustus 2020 dan berujung kericuhan. Salah satu pangkal permasalahan karena otoritas Swedia melarang masuk politikus anti-Muslim asal Denmark, Rasmus Paludan. 

Sementara di Norwegia, seorang perempuan menyobek Al-Qur'an pada 30 Agustus 2020. Hal itu dipicu aksi protes anti Islam yang dilakukan oleh kelompok sayap kanan yang menamakan diri Stop Islamization on Norway (Hentikan Islamisasi di Norwegia). Aksi serupa juga pernah dilakukan oleh kelompok yang sama pada 2019 lalu. 

"Indonesia mengutuk aksi penistaan Al-Qur'an di Swedia dan Norwegia. Tindakan ini bukan saja melukai umat Islam, tetapi juga bertentangan dengan nilai demokrasi, dan dapat menimbulkan perpecahan antar umat beragama," demikian cuit Kementerian Luar Negeri pada Selasa, 1 September 2020. 

Bahkan, Kemenlu sampai memanggil Wakil Duta Besar Swedia dan Norwegia di Jakarta. Lalu apa yang disampaikan Kemenlu kepada dua pejabat asing tersebut? Apa pula komentar Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg, soal kembali terulangnya aksi serupa di negaranya?

1. Indonesia sampaikan kecaman resmi penistaan Al-Qur'an melalui wakil duta besar 2 negara

Indonesia Kutuk Aksi Penistaan Al-Qur'an di Swedia dan NorwegiaDoc. Kementerian Luar Negerii (Kemenlu)

Melalui akun media sosial, Kemenlu mengatakan, telah menyampaikan kecaman resmi kepada wakil duta besar dua negara tersebut. 

"Kecaman terkait aksi perusakan Al-Qur'an di kedua negara tersebut," kata Kemenlu. 

Kecaman juga disampaikan oleh Kemenlu Turki. Dikutip dari kantor berita Anadolu, Pemerintah Turki mengatakan, aksi penistaan Al-Qur'an seharusnya bisa dicegah oleh otoritas berwenang di masing-masing negara. 

"Turki akan terus melawan aksi fasis dan rasis," kata Kemenlu Turki, 31 Agustus 2020. 

Pemerintah Turki juga menyerukan kepada para politikus di Benua Eropa agar menganggap serius permasalahan ini. Sebab, aksi serupa terlihat meningkat di beberapa negara Skandinavia. 

Baca Juga: Kericuhan Melanda Swedia di Tengah Aksi Pembakaran Al-Qur'an

2. Perdana Menteri Norwegia membantah negaranya memelihara perilaku rasis

Indonesia Kutuk Aksi Penistaan Al-Qur'an di Swedia dan NorwegiaPerdana Menteri Norwegia, Erna Solberg (www.hoyre.ro)

Kecaman dari Pemerintah Turki ditanggapi oleh Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg. Ia mengatakan, aksi perobekan Al-Qur'an merupakan bagian dari kebebasan berpendapat. Meskipun ia tidak mendukung aksi tersebut. 

"Kebebasan berpendapat mungkin dipraktikan secara berbeda di negara lain. Atau terkesan kami tidak peduli aktivitas dan pandangan kelompok SIAN, sebab kami peduli. Saya tidak ingin dikaitkan dengan apa yang mereka yakini," kata Solberg yang dikutip kantor berita Norwegia, NTB

Pada dasarnya, Solberg menambahkan, sangat menyedihkan bila mendengar cara mereka menyampaikan bagaimana orang-orang hidup di Norwegia. Termasuk, keyakinan apa saja yang boleh ada di Norwegia. 

3. Ada 150 ribu warga Muslim yang hidup di Norwegia

Indonesia Kutuk Aksi Penistaan Al-Qur'an di Swedia dan NorwegiaIlustrasi Bendera Norwegia (www.twitter.com/@NorwayTheHague)

Dikutip dari laman TRT World, 18 November 2019, kebijakan Pemerintah Norwegia dalam menghadapi Islamofobia memang menjadi tanda tanya umat Muslim, khususnya setelah upaya pembakaran Al-Qur'an yang juga pernah coba dilakukan SION pada tahun lalu. 

Padahal, Norwegia dikenal sebagai negara yang sejahtera, memiliki alam yang cantik dan kehidupan politiknya cenderung moderat. Di negara tersebut, terdapat sekitar 150 ribu umat Muslim. Sementara, jumlah penduduk Norwegia mencapai 5 juta orang. 

Kendati Norwegia dipuji karena bersikap terbuka menyambut orang baru dari negara Eropa lainnya, tetapi salah satu negara Skandinavia itu dituding bersikap pasif menyaksikan kenaikan sentimen anti Muslim.

Salah satu indikasinya yakni pada Agustus 2019, seorang pria bersenjata menyerang masjid. Ia mengaku terinspirasi dari serangan yang terjadi di Selandia Baru dan serangan anti umat Muslim di El Paso, Texas. 

Beruntung dua pejalan kaki berhasil menghentikan pria yang melepaskan tembakan ke arah para jemaah di Kota Baerum. Pelaku berhasil ditahan dan hanya satu orang yang mengalami luka.

Baca Juga: Ini Pesan Aa Gym Terkait Pembakaran Alquran di Norwegia dan Swedia 

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya