Ditinggal Lockdown 50 Hari, Produk Mall di Malaysia Ditemukan Jamur

Jamur memenuhi produk kulit di Metrojaya Suria Sabah

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Malaysia pada (4/5) lalu mulai melonggarkan aturan pembatasan pergerakan manusia alias Movement Control Order (MCO). Salah satunya dengan membuka kembali pusat perbelanjaan namun dengan protokol kesehatan yang ketat. 

Tetapi, beberapa foto baru-baru ini viral di media sosial dan menggambarkan produk fesyen yang terbuat dari bahan kulit dipenuhi jamur. Dilihat dari akun media sosial dengan nama Nex Nezeum pada (10/5) lalu, hampir semua produk terbuat dari bahan kulit seperti sepatu, tas, dompet, hingga ikat pinggang dipenuhi jamur. Bahkan, ada beberapa foto yang menunjukkan produk tersebut merupakan merk tertentu. 

Ini menjadi masalah baru bagi pengelola pusat perbelanjaan. Sebab, selama pusat perbelanjaan ditutup, hal itu tidak saja membuat penjualan mereka menurun tetapi juga tidak ada yang merawat produk yang dibiarkan di dalam etalase. 

Menurut akun Nex, produk-produk yang berjamur itu ditemukan di Metrojaya Suria Sabah. Lalu, apa yang dilakukan oleh pengelola pusat perbelanjaan untuk memastikan produk yang mereka tawarkan ke pelanggan tetap dalam kondisi prima?

1. Jamur bisa saja ditemukan di produk dari bahan kulit karena area di sekitarnya lembab

Ditinggal Lockdown 50 Hari, Produk Mall di Malaysia Ditemukan Jamur(Tas berbahan kulit terpapar jamur) www.facebook.com/nex.nezeum

Harian Singapura, The Straits Times sempat berbicara ke seorang pemilik toko di sebuah pusat perbelanjaan di Pulau Tikus, Penang, Malaysia bernama Chong. Ia mengatakan jamur bisa saja muncul di produk fesyen yang dibuat dari bahan kulit. Khususnya bila produk itu diletakan di area yang lembab. 

"Suhu dari pusat perbelanjaan tergantung dari pendingin udara, kadang (suhunya) bisa jadi lembab bila suhunya dibuat lebih dingin," ungkap Chong dan dikutip ST pada (12/5). 

Ia menjelaskan ketika suhu dibuat lebih dingin, maka air menguap dan berubah menjadi udara. Situasi itu mendorong lebih banyak munculnya jamur. 

Ia pun mengakui jamur pun muncul di produk fesyen di tokonya seperti dompet, tas dan ransel. Hal itu karena ia menjual produk tersebut dibuat dari bahan kulit. 

Menurut Chong, kendati ada jamur di produk yang ia jual tetapi itu tidak mengurangi fungsinya. Namun, munculnya jamur membuat produknya tidak menarik untuk dibeli oleh pelanggan. 

Sementara, penjual tas dan dompet di sebuah perbelanjaan lainnya di Malaysia mengaku usai dibuka kembali, sebagian besar produknya terlihat berdebu. 

"Beberapa produk yang ada di rak display terlihat sangat berdebu karena kami tidak bisa membersihkannya ketika toko ditutup. Sementara, produk kami lainnya dalam kondisi baik karena sudah sempat kami bungkus sebelum MCO diberlakukan," tutur seorang perempuan bernama Lai. 

Baca Juga: 72.966 WNI dari Malaysia Dijadwalkan Pulang Hingga 10 Mei 

2. Jamur di produk fesyen yang terbuat dari bahan kulit bisa mudah dihilangkan menggunakan baby oil

Ditinggal Lockdown 50 Hari, Produk Mall di Malaysia Ditemukan Jamur(Jamur muncul di produk berbahan kulit di pusat perbelanjaan di Malaysia) www.facebook.com/nex.nezeum

Sementara, menurut seorang asisten penjaga toko bernama Saw (51 tahun) jamur di produk fesyen yang terbuat dari bahan kulit bisa dengan mudah dihilangkan. Caranya, dengan mengoleskan baby oil atau cairan untuk mengilapkan furniture

"Selama dua bulan toko ditutup mungkin ada perubahan dalam suhu pendingin udara di dalam mall. Udaranya kadang lembab. Selain itu, karena sering kali hujan sehingga udaranya semakin lembab," kata Saw. 

Ia juga menjelaskan beberapa produk yang terbuat dari kulit asli akan bertahan lama. "Bila Anda jaga dengan baik, maka jamur tidak akan mudah tumbuh di sana," kata dia lagi. 

3. Pusat perbelanjaan harus membantu penjual retail untuk kembali menarik perhatian pelanggan

Ditinggal Lockdown 50 Hari, Produk Mall di Malaysia Ditemukan Jamur(Produk kulit terpapar jamur di pusat perbelanjaan di Malaysia) www.facebook.com/nex.nezeum

Bila dilihat dari foto ini, maka tas terbuat dari kulit yang terpapar jamur seharga RM679 atau bila diubah kursnya setara Rp2,3 juta. Namun, menurut Direktur Asosiasi Retail Malaysia (MRCA) di Petaling Jaya, Garry Chua, hanya sedikit pedagang retail yang melaporkan adanya kerusakan di produk mereka selama ditinggal lockdown. Bahkan, Garry bisa mengatakan jarang sekali ada kerusakan seperti munculnya jamur. 

"Saya pikir ada beberapa kasus di pusat perbelanjaan lain yang memiliki kasus di mana produk yang dijual mengalami kerusakan. Tetapi, para pedagang retail yang menjadi anggota MRCA tidak ada yang mengalami itu," kata Garry. 

Ia juga menyebut para pedagang retail dengan pusat perbelanjaan harus bekerja sama untuk kembali menarik para pelanggan berbelanja. 

"Pusat perbelanjaan juga harus memiliki program yang agresif untuk kembali menarik pelanggan," tutur dia. 

Kendati begitu, Garry mengingatkan perlu digaris bawahi bahwa pusat perbelanjaan tetap akan mematuhi ketentuan dan protokol kesehatan agar wabah COVID-19 tidak kembali meluas. 

"Salah satu upayanya dengan melakukan pengecekan suhu dan menyediakan alat pembersih tangan. Tujuannya untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan," ujarnya. 

Baca Juga: Ciri-ciri Hidden Carrier Virus Corona, Tampak Sehat tapi Membawa Virus

Topik:

  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya