[UPDATE] Jumlah Pasien COVID-19 di AS yang Meninggal Tembus 10 Ribu
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat diprediksi mulai memasuki masa -masa terberat pada pekan ini. Sebab, jumlah kasus positif COVID-19 semakin bertambah banyak dan angka kematiannya juga pesat.
Berdasarkan data real time Selasa (7/4) dari universitas John Hopkins, jumlah pasien yang meninggal sudah menembus angka 10 ribu. Jumlah kematian di AS merupakan yang tertinggi ketiga di seluruh dunia.
Dua negara di atas AS yakni Italia yang mencatat 15.887 kematian dan Spanyol dengan 13.055 kematin. Sebelumnya, stasiun berita Al Jazeera pada Senin kemarin melaporkan ahli kesehatan dari White House memprediksi jumlah pasien yang meninggal akibat COVID-19 di sana bisa mencapai 100 ribu hingga 240 ribu. Angka tersebut merupakan simulasi bila warga AS mematuhi anjuran pemerintah untuk tetap berada di dalam rumah.
Ini kah minggu-minggu puncak pandemik virus corona bagi Negeri Abang Sam?
1. Pekan ini diprediksi menjadi puncak rumah sakit kewalahan menangani pasien COVID-19
Menurut pejabat berwenang, pekan ini Negeri Abang Sam memasuki puncak pekan kematian yang diakibatkan COVID-19. Sementara, menurut laporan lembaga pemantau rumah sakit-rumah sakit tengah kesulitan untuk mempertahankan kapasitas mereka agar bisa merawat pasien. Mereka tak memiliki perlengkapan medis dan tempat tidur yang cukup.
"Ini akan menjadi puncak orang-orang dirawat, puncak (pasien dirawat) di ICU dan sayangnya, puncak pekan kematian," ungkap anggota satgas virus corona di Gedung Putih, Laksamana Brett Giroir ketika berbicara di stasiun televisi ABC pada Senin kemarin.
Giroir juga mengingatkan situasi serupa bisa terjadi di New York, New Jersey, Connecticut dan Kota Detroit, Michgan. Sementara, di program lainnya di stasiun televisi yang sama, Giroir mengingatkan siapapun rentan untuk terinfeksi virus corona.
"Entah Anda tinggal di kota kecil di AS atau Anda tinggal di kota besar. Semua orang rentan (tertular) dan perlu mengikuti pedoman yang sudah kami buat," tutur dia lagi.
Baca Juga: [UPDATE] Kasus Pasien Positif COVID-19 di Seluruh Dunia Tembus 1 Juta
2. AS kekurangan personel medis profesional dan perlengkapan untuk merawat pasien
Editor’s picks
Sementara, berdasarkan laporan Inspektur Jenderal Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, secara keseluruhan Negeri Abang Sam itu mengalami kekurangan alat untuk melakukan tes bagi orang yang berpotensi terpapar COVID-19. Belum lagi yang sudah menjalani tes, mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengetahui hasilnya.
Di sisi lain, kota besar seperti New York, mengalami kekurangan personel medis profesional. Wali Kota New York, Bill de Blasio, mengatakan per April 2020, mereka membutuhkan sekitar 45 ribu personel medis profesional.
"Kami terus mengalami kekurangan. Kini tantangannya adalah kekurangan personel (medis)," ungkap de Blasio.
Ia tak menampik New York juga banyak membutuhkan perlengkapan medis. Tetapi, itu semua sia-sia bila tidak ada personel medis yang mengenakannya.
"Kami membutuhkan pasokan (perlengkapan medis), tetapi di saat bersamaan kami juga perlu para pahlawan yang mengenakannya," tutur dia lagi.
3. Pasien positif COVID-19 di seluruh dunia telah menembus angka 1,3 juta
Sementara, berdasarkan data dari Universitas John Hopkins per (7/4), sudah ada 1,3 juta pasien COVID-19 di seluruh dunia. Pasien COVID-19 paling banyak di dunia berada di Amerika Serikat yakni 368.079. Sedangkan, di bawahnya ada Spanyol yang mencatat 136.675 pasien. Di posisi ketiga adalah Italia yang mencatat 132.547 pasien.
Dari data itu, dunia mencatat angka kematian di seluruh dunia akibat COVID-19 mencapai 74.744 orang. Lalu, 277.331 pasien berhasil sembuh.
Di Indonesia sendiri menurut data dari Kemenkes pada (6/4), jumlah pasien yang positif virus corona mencapai 2.491. Dari data itu, sebanyak 209 orang meninggal dan 192 pasien lainnya sembuh.
Ini menempatkan Indonesia sebagai negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki jumlah pasien meninggal paling banyak. Padahal, pada (2/3) lalu, Indonesia baru mengumumkan dua pasien pertama yang terpapar COVID-19.
Baca Juga: Ciri-ciri Hidden Carrier Virus Corona, Tampak Sehat tapi Membawa Virus