Kasus COVID-19 di Amerika Diprediksi Bisa Lebih dari 20 Juta

Masih banyak warga AS yang menolak menggunakan masker

Jakarta, IDN Times - Pusat Pengendalian Penyakit Menular (CDC) Amerika Serikat memprediksi setidaknya 20 juta orang telah terpapar virus corona. Mereka menilai data yang saat ini ditampilkan ke publik tidak menggambarkan angka sesungguhnya karena jumlah orang yang terinfeksi virus corona bisa mencapai 10 kali dari yang dilaporkan. 

Stasiun berita BBC (28/6) melaporkan, pada pekan lalu AS mencatat ada 2,4 juta kasus infeksi COVID-19, 122.370 di antaranya meninggal. Beberapa negara bagian di wilayah selatan dan barat telah melaporkan adanya kenaikan kasus secara signifikan dalam beberapa hari terakhir. 

Sementara Universitas Washington memprediksi ada 180 ribu kematian akibat COVID-19 pada bulan Oktober. Angkanya bisa lebih rendah yakni 146 ribu orang yang diprediksi meninggal bila mereka mengenakan masker. 

"Prediksi kami saat ini setiap kasus yang dilaporkan sesungguhnya ada 10 kali infeksi lebih tinggi dari itu," tutur Direktur CDC, Dr Robert Redfield. 

Mengapa prediksi kasus COVID-19 di lapangan sesungguhnya lebih tinggi dibandingkan yang dilaporkan saat ini?

1. Testing diberlakukan terbatas hanya bagi orang-orang yang memiliki gejala

Kasus COVID-19 di Amerika Diprediksi Bisa Lebih dari 20 JutaANTARA FOTO/REUTERS/Bruno Kelly

Dr. Redfield mengatakan kepada media salah satu penyebab mengapa tingkat infeksi kasus COVID-19 di AS jauh lebih tinggi dibandingkan situasi di lapangan karena untuk testing hanya dibatasi kepada orang-orang yang telah mengalami gejala terpapar COVID-19. Padahal, kini banyak warga yang tidak menunjukkan gejala terpapar virus corona dan berpotensi menjadi penyebar dalam jumlah besar. 

Ia mengatakan prediksi itu didasarkan pada kajian dan metode dari 10 persen wabah yang terjadi pada periode Maret, April dan Mei. 

"Ketika kita memasuki musim gugur, musim dingin, maka dibutuhkan mekanisme pertahanan yang penting," kata Dr. Redfield. 

Kenaikan yang signifikan terjadi di bagian selatan Negeri Paman Sam. Florida sebagai contoh, pada Sabtu pekan lalu mencatat adanya kenaikan 9.500 kasus baru. Padahal, di Jumat pekan lalu ada 9.000 kasus baru. 

Alhasil, rencana untuk membuka kembali ekonomi di beberapa negara bagian itu ditunda untuk mengatasi wabah COVID-19. Otoritas setempat kemudian menambah aturan untuk mengenakan sanksi kepada warga AS karena tak mengenakan masker. Salah satunya di wilayah Miami. 

"Saat ini, kami mengenakan sanksi kepada mereka yang tidak mengenakan masker," ungkap Wali Kota Miami, Francis Suarez, kepada BBC pada akhir pekan lalu. 

Baca Juga: [UPDATE] Lebih dari 10 Juta Orang di Dunia Telah Terinfeksi COVID-19

2. Warga Florida sempat menolak mengenakan masker dengan alasan bisa membahayakan kesehatan

Kasus COVID-19 di Amerika Diprediksi Bisa Lebih dari 20 JutaPembagian masker di sekitar Jalan Raya Darmo, Surabaya, Minggu (28/6). Dok. Pemprov Jatim

Sebelumnya, sebagian warga Florida menyampaikan keberatan mereka untuk mematuhi aturan mengenakan masker. Keberatan itu disampaikan melalui forum resmi dengan perwakilan Pemda dan dapat disaksikan secara langsung di televisi. 

Di dalam video itu, seorang perempuan menolak secara terang-terangan penggunaan masker karena bisa menghilangkan nyawa seseorang. 

"Anda tidak bisa secara terang-terangan memerintahkan seseorang untuk mengenakan masker, apalagi bila hal itu bisa membunuh seseorang," kata perempuan yang tidak disebutkan namanya itu. 

"Kami warga bangun pagi dan kalian tahu apa? Kita semua bisa ditahan (karena tak mengenakan masker). Sebab, saat ini penahanan terhadap warga negara sudah terjadi dan kalian semua yang akan mematuhi aturan setan ini, berpotensi juga bisa ditahan," katanya lagi. 

Sementara, warga Florida lainnya menuding masyarakat dan pemerintah setempat yang membuat aturan sudah dicuci otaknya karena terlalu banyak menonton televisi. 

"Permasalahan yang terjadi saat ini dengan kemanusiaan adalah ketidakpedulian, kesombongan dan apatis," ujar warga lainnya. 

3. Ahli kesehatan kenamaan di AS tidak akan memperlambat tes COVID-19

Kasus COVID-19 di Amerika Diprediksi Bisa Lebih dari 20 JutaPresiden Amerika Serikat Donald Trump bersama Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Dr. Anthony Fauci saat konferensi pers harian gugus tugas virus corona di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, pada 17 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis

Sementara, ketika menyampaikan pendapatnya di hadapan anggota Senat, Dr. Anthony Fauci secara terang-terangan menyatakan tidak setuju bila tes COVID-19 akan diperlambat. Ia pun mengaku tidak pernah mendapat instruksi semacam itu dari Presiden Donald Trump. 

"Bahkan, kami akan melakukan tes lebih banyak lagi (ke warga AS)," ungkap Fauci di Capitol Hill dan dikutip dari stasiun berita Al Jazeera

Pernyataan Fauci sekaligus menjawab seruan Trump ketika berkampanye di Tulsa, Oklahama. Dalam pandangan Trump jelas kasus COVID-19 di AS semakin bertambah karena pemerintahan mereka terus gencar melakukan tes. 

"Saya sama sekali tidak bercanda (ketika mengatakan itu). AS memiliki program pengetesan COVID-19 yang paling bagus di dunia. Kami melakukan tes lebih baik dibandingkan siapapun di dunia ini. Dengan melakukan tes lebih banyak tentu akan ditemukan lebih banyak kasus," ungkap mogul properti itu di halaman Gedung Putih pekan lalu. 

Baca Juga: Menimbang-nimbang Nasib Ibu Kota Baru saat Pandemik Virus Corona

Topik:

  • Dwi Agustiar
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya