Kim Jong-un Perintahkan Cari Jasad Pejabat Korsel yang Tewas Ditembak

Korut minta maaf karena militernya tembak mati pejabat itu

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Korea Utara pada Minggu, 27 September 2020 lalu mengatakan mereka tengah mencari jasad seorang pejabat Korea Selatan yang sempat mereka tembak mati. Pejabat Negeri Ginseng itu ditembak mati karena dikira oleh militer Korut hendak membelot ke negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un tersebut. 

Stasiun berita Al Jazeera melaporkan Korsel juga ikut melakukan pencarian sendiri. Mereka mengerahkan 39 alutsista termasuk 16 kapal perang dan enam pesawat untuk memantau dari udara. Padahal, Korut sudah meminta agar Korsel tak perlu mengerahkan kapal perang lantaran akan dianggap sebagai aksi provokasi. 

Menurut stasiun berita Korut, KCNA, Korut lah yang lebih dulu berinisiatif melakukan pencarian terhadap jenazah pejabat Korsel itu. 

"Kami juga menempuh langkah keamanan yang diperlukan untuk memastikan tidak ada lagi peristiwa serupa sehingga berdampak kepada rasa hormat dan percaya antara utara dan selatan. Hal itu sesuai dengan niat pemimpin tertinggi kami," demikian laporan yang ditulis oleh KCNA

Sebelumnya, Kim Jong-un sudah meminta maaf secara resmi kepada Presiden Moon Jae-In lantaran membunuh warga Korsel. Harian Yon Hap mengutip keterangan resmi dari kantor Presiden menyebut permintaan maaf disampaikan Kim dalam bentuk surat. Apa isi surat yang dikirimkan oleh Kim kepada Presiden Moon? Bagaimana awal mula pejabat itu bisa ditembak oleh militer Korut?

1. Pejabat Korsel itu menghilang dari kapal patroli laut pada 21 September 2020

Kim Jong-un Perintahkan Cari Jasad Pejabat Korsel yang Tewas DitembakSeorang tentara berjalan di tepian sungai di pusat kota Pyongyang, Korea Utara. (ANTARA FOTO/REUTERS/Damir Sagolj)

Kementerian Pertahanan Korsel melaporkan salah satu pejabatnya tewas akibat ditembak pada Kamis, 24 September 2020 lalu. Pejabat itu dilaporkan menghilang dari kapal patroli laut yang memantau kapal ikan. Saat itu posisi kapal dilaporkan sekitar 10 kilometer dari selatan garis batas wilayah (NLL), area yang dikendalikan oleh militer sebagai batas de facto maritim antara dua Korea. 

Stasiun berita BBC melaporkan petugas patroli perbatasan Korut kemudian menemukan pejabat itu tengah mengenakan jaket pelampung dalam keadaan hidup pada Selasa, 22 September 2020 sekitar pukul 15:30. 

Petugas patroli itu kemudian mengenakan masker gas kepada pejabat itu. Sesuai dengan instruksi, petugas lalu meminta keterangan dari kejauhan. Tak berapa lama kemudian, turun instruksi dari atasan mereka untuk menembak mati pejabat tersebut. 

Menurut laporan intelijen yang diterima oleh Korsel, pejabat mereka tidak hanya ditembak, namun jasadnya juga dibakar. Tetapi, laporan itu dibantah oleh Korut.

Mereka mengaku tidak membakar jasad pejabat Korsel berusia 47 tahun. Mereka mengatakan pejabat Korsel tewas akibat dihujani 10 tembakan. Hingga kini jenazah pejabat Korsel itu belum ditemukan. 

Baca Juga: AS: Korut Perintahkan Tembak Mati Penyelundup untuk Cegah COVID-19

2. Korsel desak Korut lakukan penyelidikan soal penembakan pejabatnya

Kim Jong-un Perintahkan Cari Jasad Pejabat Korsel yang Tewas DitembakIlustrasi meninggal (IDN Times/Mia Amalia)

Hal lain yang diminta oleh Korsel yakni agar Korut melakukan penyelidikan mengapa salah satu pejabatnya bisa ditembak mati di perbatasan laut kedua negara. Salah satu penjelasan yang masuk akal karena Korut memberlakukan aturan tembak di tempat bagi siapa pun yang dituduh berupaya menyelundup masuk ke negara komunis itu. Kebijakan tersebut ditempuh untuk mencegah meluasnya COVID-19. 

Seoul menyarankan agar penyelidikan bisa dilakukan oleh kedua pihak. Sementara, kantor berita Korut, KCNA, melaporkan Pyongyang juga tengah memikirkan cara serah terima jenazah pejabat Korsel itu bila nantinya ditemukan. 

3. Kim Jong-un akui seharusnya militer Korut tak menembak pejabat Korsel

Kim Jong-un Perintahkan Cari Jasad Pejabat Korsel yang Tewas DitembakPemimpin Korea Utara, Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in saat melintasi perbatasan bersejarah pada 27 April 2018. Photo: www.thetimes.co.uk

Kim Jong-un jarang menyampaikan permintaan maaf secara resmi kepada Pemerintah Korsel. Dalam insiden tenggelamnya kapal perang Korsel tahun 2010 lalu, Korut ogah meminta maaf dan bertanggung jawab. Padahal, akibat serangan mereka menyebabkan tewasnya 46 personel angkatan laut Korsel. 

Di tahun yang sama, militer Korut juga pernah menembak ke arah pulau yang masuk teritori Korsel. Akibatnya dua personel militer dan dua pekerja konstruksi di pulau tersebut tewas. Korut juga enggan meminta maaf atas insiden itu. 

Sedangkan, dalam surat resmi yang dikirim ke Presiden Moon, Kim Jong-un menyebut insiden penembakan pejabat Korsel sebagai insiden memalukan. Ia juga meminta maaf karena telah mengecewakan Presiden Moon dan rakyat Korsel. 

Menurut Direktur Keamanan Nasional Korsel, Suh Hoon, pejabat mereka ditembak karena saat memasuki wilayah perairan Korut, ia tak mau mengungkap identitasnya. Selain itu, pejabat Korsel tersebut dituduh berniat kabur. 

"Saat ini pasukan kami masih belum bisa menemukan orang asing yang menerobos usai ditembak. Alat untuk menembak kemudian dibakar di bawah aturan UU darurat untuk mencegah pandemik," kata Suh ketika memberikan keterangan pers. 

Kim dalam suratnya juga memahami lebih dari siapa pun beratnya beban pemimpin yang menghadapi dua tragedi sekaligus yaitu pandemik dan kerusakan akibat badai topan. 

Baca Juga: Kim Jong-un Minta Maaf Telah Menembak Pejabat Korea Selatan

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya